Mohon tunggu...
Dr Yundri Akhyar
Dr Yundri Akhyar Mohon Tunggu... Dosen - menulis, menulis dan menulis

menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Didik dan Ajak Istri dalam Usaha Agama

26 Agustus 2021   13:27 Diperbarui: 26 Agustus 2021   13:35 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dialah yang datang kepada para nabi-nabi sebelum kamu. Berarti  itu kamu dijadikan Nabi oleh Allah Swt. Waraqah berkata ' alangkah indahnya dan bahagianya disaat-saat nanti kamu akan diusir oleh kaum-kaumku,  maka aku akan membela kamu untuk menjadi pendukung kamu, maka Rasulullah heran dan berpikir, apakah mungkin orang Qurasy, orang Arab memuliakan beliau, yang memberi nama gelar Asssidiq, Al-Amin yang telah mempercayakan beliau untuk meletakkan kembali Hajar Asswad pada tempatnya bahkan macam-macam pujian dan amanah mereka berikan kepada Rasulullah, apakah mungkin itu masyarakatku akan mengusirku dari Mekkah. Maka Waraqah katakan begitulah wahai Muhammad setiap Nabi yang berdakwah di kaumnya diperlakukan tidak baik, diusir dari kampungnya dan kau dianggap dan ditempatkan demikian pula.

MENDIDIK SATU WANITA BAGAIKAN MENDIDIK SATU GENERASI

Mendidik satu wanita itu artinya mendidik satu generasi. Wanita nantinya akan menjadi ibu, madrasah utama dan pertama bagi anaknya. Kalau ibu rajin salat dan mengaji, maka perilaku ibu akan mudah ditiru oleh anak. Oleh karena itu, wanita mesti cerdas, otaknya perlu dikembangkan dengan jalan pendidikan. Wanita sekarang tidak bisa lagi tidak berpendidikan, semua mesti diberikan peluang agar berpendidikan tinggi terutama pendidikan agama agar mereka menguasai banyak cara untuk mendidik generasinya kea rah agama. Bung Hatta pernah berucap, "Siapa yang mendidik satu laki-laki berarti telah mendidik satu manusia, sedangkan siapa yang mendidik satu perempuan berarti sedang mendidik satu generasi." Wanita adalah ujung tombak lahirnya generasi hebat.

Karena wanita sebagai ujung tombak, maka mereka perlu diajarkan berbagai ilmu terutama ilmu agama seperti aqidah, akhlak, fiqih, al-Qur`an, hadis, bahasa Arab, tarikh, dan ilmu berkaitan dalam mendukung pendalam al-Qur`an, seperti nahwu shorof, balaghah, ilmu tafsir, dll., dan pendukung hadis seperti mushthalah hadis, dll. Juga termasuk diajakarkan kepada mereka ilmu-ilmu umum yang memudahkan untuk kehidupan. Karena dunia merupakan keperluan sedangkan akhirat sebagai tujuan, maka seluruh ilmu diusahakan untuk dipelajari.

Menjadi seorang istri dan ibu yang cerdas, tentu akan mengusahakan segala hal yang terbaik untuk suami dan anak-anaknya tentu sesuai dengan ilmu yang dipelajarinya. Jika ia tidak pernah mempelajari ilmu, tentu ia akan sulit mengatasi masalah-masalah ia hadapi, ia juga tidak bisa membimbing anak-anak dalam berbagai hal termasuk dalam amal agama, sebab mau beramal mesti dimulai dengan ilmu.

KEWAJIBAN SUAMI PADA ISTRI DALAM ISLAM

Sejak terjadi akad pernikahan, maka terjadi peralihan tanggungjawab dari ayah seorang wanita kepada suaminya. Oleh karena itu, seorang lelaki mesti tahu bahwa ijab qabul dalam semua pernikahan bukan hanya sekedar ucapan lisan tetapi juga peralihan tanggungjawab. Hal yang mesti diketahuinya bahwa kewajibannya terhadap istri-istrinya tidak hanya menyoal uang atau nafkah kebutuhan primer seperti makan, pakaian dan tempat tinggal saja, melainkan banyak hal terutama nafkah agama. Nafkah batin yang sebenarnya bukanlah nafkah seksual, tetapi yang benar adalah nafkah agama, maksudnya istri mesti didik dengan ilmu-ilmu agama dan menghidupkan amalan agama dalam keluarga.

Betapa banyak para istri yang tidak bahagia padahal kebutuhan duniawinya sudah dicukupkan oleh suaminya, tinggal di rumah mewah, mobil berkilat, emas berlingkar dijari-jari, kebun luas, shoping setiap hari, menu makanan banyak, pembantu banyak, pakaian beberapa lemari tinggal pilih, berkumpul dengan kawan-kawan arisan sosialita setiap saat, pokoknya berbagai kemewahan dunia disediakan, namun ternyata istri tidak bahagia semakin banyak kemewahan itu semakin gelisah, kenapa? Karena ada nafkah yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh batin yang tidak diberikan yaitu nafkah agama. Dengan nafkah inilah sebenarnya membuat orang bahagia, bukan hanya sekedar nafkah duniawi yang melalaikan.

Selain memberikan nafkah agama, seorang suami mesti juga menjaga adab-adab kepada istrinya sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Al-Ghazali dalam kitabnya berjudul Al-Adab fid Din dalam Majmu'ah Rasail al -Imam Ghazali (Kaira, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah) menjelaskan tentang adab suami terhadap istri sebagai berikut:

"Adab suami terhadap Istri, yakni: berinteraksi dengan baik, bertutur kata yang lembut, menunjukkan cinta kasih, bersikap lapang ketika sendiri, tidak terlalu sering mempersoalkan kesalahan, memaafkan jika istri berbuat salah, menjaga harta istri, tidak banyak mendebat, mengeluarkan biaya untuk kebutuhan istri secara tidak bakhil, memuliakan keluarga istri, senantiasa memberi janji yang baik, dan selalu bersemangat terhadap istri."

Berikut ini 12 kewajiban suami pada istri dalam Islam yang diuraikan dari kutipan di atas. Pertama, bergaul dan bertutur kata yang lembut. Bergaul dengan baik di sini dimaksudkan suami hendaknya berinteraksi dengan istri secara baik dan santun. Berkomunikasi dengan lembut (qaulan laiyinan), santun dan penuh kasih sayang juga akan membuat hubungan suami istri lebih harmoni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun