Lantas, saya pun bertanya, apakah ada cara atau program yang bisa disulap untuk menjadi sebuah program inovatif daerah bagi pemberdayaan PKL tanpa harus melakukan penggusuran. Saya yakin, bila keberadaan PKL dipertahankan dan diberdayakan, dalam harapan besarnya maka akan dapat menyokong pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional. Minimal, mengurangi laju angka pengangguran.
Saya pun mencoba berselancar di dunia maya, mencari tahu konsep penataan PKL yang inovatif di luar negeri. Sebuah berita yang dilansir sebuah media online nasional cukup menarik perhatian saya, meski ditulis 22 September 2014. Dalam artikel itu, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengaku kagum terhadap penataan PKL di Distrik Gangnam, Korea Selatan. Ahok, sapaan akrab Basuki Tjahaja Purnama pun tertarik untuk memperbolehkan PKL di ibu kota berjualan di trotoar dan taman seperti yang dilakukan Pemerintah Korsel dengan upaya-upaya penataan.
Selanjutnya, saya membuka tulisan lain yang dirilis media online berbeda. Lagi lagi dalam berita kedua yang dimuat pada 10 Agustus 2016 lalu, Ahok melontarkan gagasan diperbolehkannya PKL berjualan di trotoar dan taman dengan sejumlah syarat.
Sejenak saya termenung. Apa yang salah dengan Engkong sehingga harus kehilangan barang dagangan dan tenda kaki limanya kalau bos ibu kota saja sudah setuju memperbolehkan PKL seperti Engkong berjualan di trotoar jalan dan taman?
Saya hanya mencoba menebak. Mungkin jawabannya karena keinginan Gubernur DKI itu baru sebatas wacana inovatif, meski telah digulirkan dua tahun lalu sepulangnya dari Korsel. Pemikiran itu belum mewujud pada sebuah kebijakan nyata yang bila diundangkan dua tahun lalu mungkin tak akan berujung pada razia tenda kali lima Engkong di Jalan Johar. Bisa jadi pula, pernyataan Gubernur Ahok itu untuk menenangkan hati dan menarik simpati para PKL yang tergusur menjelang digelarnya Pilkada DKI 2017 mendatang.
Tapi, apa pun jawabannya, keberadaan PKL tetap harus diberdayakan dan dipertahankan. Sebab, warung kaki lima lah yang menjadi andalan mereka bertahan hidup dan menata masa depan anak-anak mereka. Melalui warung kaki lima pula mereka mampu menggeliatkan pertumbuhan ekonomi di Tanah Air. Melalui warung kaki lima pula, mereka mampu menutup celah pengangguran. Melalui warung kaki lima pula, mereka tetap terus bekerja dan berkarya. Melalui warung kaki lima pula, mereka menyampaikan pesan buat anak-anak mereka, Pokoke Kerja Le…
Ya, peran Engkong dan PKL lainnya kini tak dapat dipandang sebelah mata. Mereka juga pahlawan ekonomi yang sama hebatnya dengan para pahlawan devisa, Tenaga Kerja Indonesia. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H