Mohon tunggu...
Yumna Widyadhana Anwar
Yumna Widyadhana Anwar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

PH'UA 2021

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Titip Absen Dapat Menumbuhkan Jiwa Korupsi Sejak Dini pada Mahasiswa

30 Mei 2022   20:58 Diperbarui: 30 Mei 2022   21:17 2410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap orang memiliki rasa bosan yang berbeda-beda.  Rasa bosan itu yang membuat beberapa orang mengalihkan aktivitas biasanya atau bahkan menghindarinya. Dan yang dikhawatirkan, rasa bosan yang selalu terjadi dapat mendorong orang untuk melakukan hal negatif dan akan berdampak buruk. Seperti halnya dengan mahasiswa, yang diberi kesempatan menimba ilmu di perguruan tinggi untuk masa depannya. 

Dalam prosesnya, mahasiswa sering merasakan lelah dalam menimba ilmu dan mengeluhkannya kepada teman-teman mereka. Fenomena yang terjadi untuk menghindari rasa lelah tersebut, yaitu dengan melakukan titip absen ketika tidak hadir dalam perkuliahan. 

Sebagian besar menganggap titip absen merupakan hal yang biasa, karena sudah menjadi turun temurun di kalangan mahasiswa. Dilihat dari jenis kelamin, mahasiswa laki-laki yang sering melakukannya.

Titip absen merupakan perbuatan curang yang dilakukan oleh kalangan mahasiswa tak bertanggung jawab. Perbuatan ini menyuruh seseorang untuk menandatangani presensi kehadiran agar dihitung hadir meskipun tidak hadir. 

Hal ini disebabkan karena presensi merupakan salah satu ketentuan untuk dapat mengikuti ujian semester. Selain itu, presensi juga menjadi hal yang penting karena sebagian dosen memasukkannya ke dalam komponen penilaian. 

Menurut Studenta (2008) dalam artikelnya, ia pernah melakukan riset di berbagai perguruan tinggi di Bogor dan sekitarnya, bahwa ada 80% mahasiswa pernah melakukan titip absen. 

Kebiasaan titip absen dapat menjadi awal penyalahgunaan tanda tangan seseorang yang apabila terbiasa dapat dibawa ke dunia kerja, sehingga dapat dengan mudah memalsukan tanda tangan untuk tujuan yang negatif (Studenta, 2008).  

Ada banyak alasan mahasiswa sering melakukan titip absen. Mahasiswa sering kali menggunakan alasan capek karena kegiatannya yang padat dan tugas yang semakin menumpuk untuk melakukan titip absen. Padahal, semua orang juga merasakan capek, tidak hanya mereka saja. 

Karena alasan capek dan pernah melakukan titip absen, maka akan muncul rasa malas dengan sendirinya. Mahasiswa yang telah melakukan kecurangan ini akan menganggap hal tersebut dapat dilakukan sewaktu-waktu, dan akan mengulanginya pada kesempatan lain. 

Biasanya motivasi mahasiswa yang melakukan titip absen ini adalah banyak orang yang melakukannya, sehingga dia tidak merasa sendiri. Terjadinya kecurangan kerap dilakukan mahasiswa demi tercapainya nilai yang maksimal. 

Selain itu, cara dosen ketika mengajar pun dapat mempengaruhi tindakan kecurangan ini. Dosen yang mengajar dengan cara membosankan atau menyeramkan akan membuat mereka malas mengikuti mata kuliah tersebut.

Sebenarnya, tindakan titip absen ini tidak bermanfaat bagi mahasiswa, karena mahasiswa akan ketinggalan materi perkuliahan. Jika mahasiswa ketinggalan materi perkuliahan, mereka dapat meminta catatan temannya yang saat itu masuk kuliah. 

Pada akhirnya, mereka dapat mengikuti ujian tetapi belum tentu mereka paham dengan apa yang disampaikan ketika perkuliahan, meskipun mereka sudah meminta catatan temannya. 

Titip absen merupakan contoh tindakan kecil yang membuat kemunduran pada moral bangsa, namun jika terus berlanjut akan berdampak besar. Dimulai dari ketidakjujuran hingga menyepelekan hal-hal kecil. Ketidakjujuran kecil seperti ini akan mengurangi integritas mahasiswa, bahkan kelak akan berani melakukan hal yang lebih besar dengan mengorbankan integritasnya.

Perilaku koruptif merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan sikap, tindakan, dan pengetahuan seseorang yang mendekatkan dirinya pada kegiatan korupsi, seperti budaya titip absen ini. 

Budaya titip absen yang sering akan menumbuhkan jiwa-jiwa korupsi sejak dini, karena dapat dikatakan sebagai penipuan kepada beberapa pihak, yaitu dosen, dunia civitas akademika, dan diri sendiri. 

Hal ini juga telah diterangkan oleh kepala KPK, Saut Simatorang yang mengatakan bahwa sebuah perbuatan korupsi besar terjadi mulai dari perbuatan kecil, termasuk kebiasaan titip absen pada mahasiswa. 

Orang yang menitipkan absen akan menjadi calon koruptor dan orang yang membantu untuk mempresensikan akan menjadi calon penerima suap. Perbuatan tersebut bukannya melahirkan generasi yang lebih baik, melainkan generasi penerus koruptor. Mahasiswa yang harusnya menyuarakan antikorupsi malah menjadi tombak awal lahirnya pelaku-pelaku perbuatan korupsi.

Untuk menghadapi fenomena yang terjadi, maka mahasiswa membutuhkan introspeksi diri karena masa depan ditentukan oleh diri mereka sendiri. Jika memang tidak dapat mengikuti perkuliahan, lebih baik meminta ijin terhadap akademik atau dosen, sehingga tidak menanggung risiko yang akan terjadi. 

Mahasiswa juga perlu dibekali pendidikan karakter dan pendidikan integritas dengan memasukkan pendidikan tersebut ke dalam mata kuliah mereka. Dosen yang mengajar sebaiknya melakukan pengecekan presensi setiap ada kelas, sehingga akan ketahuan siapa yang tidak hadir, dan memberikan sanksi yang tegas agar mahasiswa yang menitipkan absen tersebut tidak akan mengulanginya.

Referensi:

Heriskha, Tia. (2019). Perilaku Koruptif Awal Lahirnya Perbuatan Korupsi. https://www.reqnews.com/mahasiswa/6073/perilaku-koruptif-awal-lahirnya-perbuatan-korupsi (diakses pada 30 Mei 2022).

Megasari, Lutfi A. (2016). Kebiasaan Titip Absen Oleh Mahasiswa. https://www.academia.edu/26353073/Kebiasaan_Titip_Absen_oleh_Mahasiswa (diakses pada 28 Mei 2022).

Purnama, R. Adi. (2017). Mahasiswa Jaman Now Sering Titip Absen, Apa Sih Untungnya?. https://kema.unpad.ac.id/wp-content/uploads/Mahasiswa-Jaman-Now-Sering-Tipsen.-Apasih-Untungnya.pdf (diakses pada 30 Mei 2002)

Rafita, Y. (2012). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecurangan Akademik (Titip Absen) pada Mahasiswa S1 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia. Khazanah. 5(2): 25-37.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun