HYBE sudah "mencoba" cara ini di penjualan tiket konser Agust D Tour di US yang telah lalu. Harga tiket di section 108 awalnya $180.35 (IDR 2.6juta), tiba-tiba saat pembelian berlangsung naik jadi $1.030 (IDR 15juta). Ini bahkan bukan general sale. Ini membership presale.
Namun fakta yang terjadi di lapangan lebih kejam. Harga berubah naik di 5 menit pertama untuk section dengan minat tinggi. Alhasil, fans yang tidak sanggup membayar 15juta, harus merelakan tiket yang sudah berhasil disecure tadi karna gagal membayar (tidak sanggup membayar, dikarenakan kenaikan harga yang drastis secara tiba-tiba).
Dan hal ini sangat merugikan ARMY, karena ARMY adalah fandom yang luar biasa besar. Selama ini tiket selalu sold out. Bahkan Agust D Tour kemarin walaupun harga naik, tetap sold out. Ini berbahaya karena HYBE melihat hal itu sebagai opportunity; walaupun banyak yang complain, tiket tetap dapat terjual habis.
Sehingga mulai pada 4 Mei kemarin, ARMY beramai-ramai menaikkan tagar #NoDynamicPricing. Mereka menolak keras akan penerapan System Dynamic Pricing ini. Karena, sebagai agensi yang selalu menggaungkan "fans adalah prioritas" dynamic pricing adalah pengkhianatan terhadap fans yang sesungguhnya. Calo dan bots akan menggunakan dynamic pricing untuk menaikkan harga terus-menerus tanpa batas.
Sebenarnya, HYBE bukanlah satu-satunya agensi K-pop yang menerapkan Dynamic Pricing. Ada agensi K-pop lain yang telah melakukan hal yang sama. But, there's no one is better than others in capitalism. Kapitalisme benar-benar akan menggerogoti manusia, demi memuaskan nafsu si pemegang kuasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H