Mohon tunggu...
Yumna Ariesta
Yumna Ariesta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengangguran dan Pasar Tenaga Kerja: Tantangan dan Peluang di Tengah Dinamika Ekonomi Global

27 Oktober 2024   23:18 Diperbarui: 27 Oktober 2024   23:32 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pengangguran dan Pasar Pengangguran merupakan topik yang sering menjadi perbincangan dalam dunia politik, karena merupakan masalah makroekonomi yang berat dan berdampak langsung pada manusia. Pengangguran bisa membawa banyak masalah ataupun dampak negatif pada lingkungan yang menyebabkan pemerintahan menjadi tidak stabil. Pengangguran di Indonesia per tanggal 23 September 2024, menyatakan bahwa pengangguran sudah mencapai 7,2 juta orang. Sekitar 39% dari penduduk Indonesia mengalami pengangguran, dengan alasan yang berbeda-beda. Adanya perbedaan ini, biasanya akan membuat ketimpangan social dalam Masyarakat.

PENGANGGURAN SETELAH PANDEMI

Setelah pandemi melanda, tingkat pengangguran di banyak negara meningkat tajam karena pembatasan sosial dan penutupan sektor-sektor ekonomi penting seperti pariwisata, perhotelan, dan transportasi. Namun, setelah beberapa tahun, banyak negara mulai melihat tingkat pengangguran kembali turun. Di Amerika Serikat, misalnya, tingkat pengangguran berada di sekitar 3,8% pada 2023, mendekati tingkat sebelum pandemi. Di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa tingkat pengangguran pada Februari 2023 turun menjadi 5,45%, sebuah kemajuan dari angka 6,26% pada 2021.

Namun, angka ini tidak menggambarkan seluruh cerita. Satu isu yang muncul adalah pengangguran struktural, di mana ada kesenjangan antara keterampilan yang dimiliki pekerja dan yang dibutuhkan oleh pasar tenaga kerja saat ini. Transformasi ekonomi yang cepat akibat percepatan digitalisasi dan adopsi teknologi baru menyebabkan permintaan akan tenaga kerja dengan keterampilan tinggi di bidang teknologi informasi, data analitik, dan digital marketing meningkat, sementara pekerja di sektor tradisional seperti manufaktur atau ritel tertinggal.

PENGANGGURAN KARENA KETIDAKCOCOKAN KETERAMPILAN (SKILL MISMATCH)

Fenomena skill mismatch menjadi lebih terlihat saat perusahaan-perusahaan berjuang untuk mengisi posisi tertentu di sektor teknologi, kesehatan, dan logistik, meskipun ada banyak orang yang masih mencari pekerjaan. Sebuah laporan terbaru dari World Economic Forum (WEF) menyoroti bahwa sekitar 50% dari semua pekerja perlu meningkatkan keterampilan mereka pada tahun 2025 untuk memenuhi permintaan pasar yang berubah. Ini menekankan pentingnya pelatihan ulang (re-skilling) dan peningkatan keterampilan (up-skilling) bagi tenaga kerja di masa depan.

Pemerintah dan sektor swasta perlu bekerja sama untuk mengatasi ketimpangan ini. Di Indonesia, inisiatif seperti program Kartu Prakerja adalah contoh yang baik dari upaya untuk memperlengkapi tenaga kerja dengan keterampilan yang lebih relevan. Namun, program ini perlu terus ditingkatkan dalam cakupan dan kualitas untuk memastikan bahwa pekerja benar-benar siap menghadapi perubahan pasar.

PENGANGGURAN KARENA PERUBAHAN PASAR TENAGA KERJA

Perubahan pergeseran menuju ekonomi gig dan fleksibilitas kerja membuat pasar tenaga kerja sering mengalami perubahan. Misalnya pada saat pandemi, tren pekerjaan jarak jauh dipercepat dan popularitas pekerjaan freelance atau berbasis proyek itu meningkat. Model kerja ini memungkinkan fleksibilitas yang lebih besar bagi pekerja dan perusahaan, tetapi juga menghadirkan tantangan baru, seperti perlindungan jaminan sosial dan hak-hak pekerja yang kurang diatur dalam sistem kerja tradisional.

Di beberapa negara, terutama di sektor teknologi dan layanan kreatif, gig economy berkembang pesat. Namun, ada kekhawatiran bahwa pekerjaan gig cenderung lebih rentan terhadap ketidakpastian dan tidak menawarkan perlindungan yang sama seperti pekerjaan penuh waktu. Di sisi lain, beberapa sektor tradisional seperti manufaktur masih mengandalkan tenaga kerja konvensional dengan waktu kerja yang tetap, sehingga menciptakan dualisme di pasar tenaga kerja.

DAMPAK PENGANGGURAN TERHADAP KEBIJAKAN FISKAL

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun