Sedangkan Nona Alberts dan terutama Jimie tidak punya waktu begitu lama hanya untuk membiarkan putera dan puteri mereka lulus dari sekolah yang gagal.
Dengan konsekuensi bahwa mereka harus bisa menjamin kesejahterahan untuk para guru dengan sistem yang sama sekali baru yang akan mereka terapkan di sekolah mereka nanti.
Berbagai langkah perjuangan mereka wujudkan. Terutama Jamie, hingga harus menghadapi tekanan dari anaknya sendiri yang semakin sering di"bully" di sekolahnya karena dia makin dibenci oleh sebagian besar guru dan teman-teman sekolahnya.
Termasuk juga Nona Alberts yang dikucilkan di dalam komunitas guru dan difitnah dengan kejam karena peristiwa kecelakaan yang hampir menewaskan dia dan anaknya dalam kondisi dia mabuk.
Sehingga dinilai dia tidak akan mampu menjadi kepala sekolah di sekolah baru jika membesarkan anaknya saja Dia tidak mampu.
Namun rupanya Tuhan tidak tinggal diam berbagai ujian demi meraih impian mereka lalui dengan baik dan tabah hingga kemudian seluruh petisi dan dukungan guru dapat dikumpulkan tidak lebih dari 2 bulan.
Menjelang sidang "dewan sekolah" untuk memutuskan apakah mereka menerima pengambil alihan sekolah atau tidak. Kembali ujian datang. Dewan sekolah menolak proposal yang ditulis Jamie dengan beberapa ejaan yang salah dan nominal uang yang terbalik karena dia menderita disleksia.
Tapi lagi-lagi Jamie yang tak kenal menyerah berjuang dan ingin mengajukan pemungutan suara di dewan sekolah.
Dengan susah payah dia menjelaskan "Bahwa sebagai orang tua dia tidak mau anaknya mengalami kegagalan yang sama seperti dirinya, lulus dengan ketidakmampuan membaca, sehingga harus menghadapi kenyataan hidup yang pahit diluar, dia tidak mau sejarah suramnya berulang, jadi bahan cemoohan, miskin, dan bodoh". Akhirnya dengan kegigihan perjuangannya. Jamie mampu meluluhkan hati anggota dewan, dari hasil "voting" anggota dewan menyetujui pengambilalihan sekolah oleh mereka berdua, sambil melihat hasilnya 2 tahun lagi.
Kesempatan ini tak di sia-siakan Jamie dan Alberts mereka bahu membahu membenahi sistem pendidikan. Alhasil di akhir kelulusan Melia. Dia bisa membaca dan menulis sebuah karya sastra meski harus terbata-bata.
Nah, dari cerita diatas bisa kita lihat betapa daya juang seseorang selalu bisa mewujudkan impian. Walau dengan cara yang sulit sekalipun. Kuncinya tidak kenal menyerah, pantang surut, dan tidak boleh mengeluh.