Pada buku Quraish Shihab yang pernah say abaca berjudul "Pengantin Al-Qur'an", disebutkan permasalahan perkembangan jaman yang menyebabkan hubungan pernikahan kian merumit, persoalan yang kompleks, berbagai keinginan yang lebih yang dimiliki oleh sebagian besar pasangan, dan penghormatan terhadap lembaga pernikahan sebagai sesuatu yang agung telah hilang pada sebagian orang.
Persoalan yang kian kompleks diantaranya adalah dari hasil survey yang saya cuplik dari internet dan dilakukan oleh Ni Putu Suciptawati, jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Udayana, antara lain adalah faktor :
1. Faktor Komunikasi
Ada kesenjangan yang tinggi antara dua individu karena setiap persoalan yang terjadi atau sedang terjadi tidak segera dikomunikasikan untuk diselesaikan dengan banyak alasan terutama adalah faktor kesibukan baik karier ataupun hobby.
2. Faktor ekonomi
Kesenjangan pendapatan, atau tuntutan salah satu pihak pasangan untuk meningkatkan perekonomian keluarga hingga membebani pasangan lainnya. (ambisi salah satu pasangan)
3. Faktor Psikologi
Perbedaan pendapat yang curam, hingga adanya ganguan dari pihak ketiga seperti mertua, atau keluarga kedua belah pihak.
4. Faktor Sosial
Perbedaan starta sosial atau status sosial ekonomi yang berbeda ketika mereka menikah serta perbedaan pergaulan.
5. Faktor godaan atau wanita atau pria yang menggoda, faktor moral.
6. Faktor kurang perhatian pasangan, terutama untuk kebutuhan batin
7. Faktor lain, pasangan tidak dapat menguasai diri, faktor iman, hingga sekedar mencari selingan
8. Faktor pasangan selalu mendominasi atau tidak ada ketentraman dalam rumah tangga.
9. Faktor seks (disfungsi seksual dll).
10. Faktor Egositas
Semakin tinggi penghasilan, semakin bagus karier, maka semakin mudah seseorang untuk melakukan perselingkuhan dan ini sering kali terjadi.
Maka benarlah ada sebuah filosofi yang pernah di ungkap seorang teman yang telah bertahun malang melintang di dalam kehidupan berumah tangga bahwa "Kesetiaan wanita di ukur ketika laki-laki berada pada titik terbawah kehidupannya dan kesetiaan laki-laki di ukur ketika dia berada di titik tertinggi / puncak kesuksesannya".
Menurut Jakson 2002
"umumnya perselingkuhan terjadi antara mereka yang memiliki relasi hubungan yang panjang atau bersifat lama, bekerja sama atau teman baik. Perselingkuhan bukan terjadi pada wanita yang memakai bikini di pantai. Dan seringkali wanita yang terlibat bukan seseorang yang hebat kadang malah di bawah standar kreteria istrinya, namun yang dipertimbangkan adalah orang yang menarik".
Yang mengejutkan berdasarkan buku Frank Pittman "Private lies: infidelity and betrayal of intimancy" menemukan berdasarkan hasil penelitian terhadap beberapa pasiennya yang pernah melakukan perselingkuhan, bahwa sebenarnya mereka memiliki kehidupan seksual yang baik dengan pasangan resminya. Tapi hal tersebut berawal dari pernikahan yang sedikit atau tidak ada keintiman didalamnya (kemesraan/hambar). Hingga dia menyimpulkan "Perselingkuhan 3 kali lebih disukai untuk pencarian teman baik dari pada pencarian orgasme yang baik".
Dan anehnya tindakan yang dilakukan oleh pasangan dalam mengatasi perselingkuhan selalu dilakukan oleh pihak wanita atau istrinya dengan jalan (berdasarkan survey Dari 50 responden) :
- Sebagian besar tidak setuju membalas perselingkuhan dengan cara berselingkuh (78 %)
- Memaafkan pasangan (36 %)
- Sedangkan yang memutuskan bercerai (18 %)
Kemudian tindakan yang diambil untuk menyelamatkan pernikahan oleh kedua belah pihak seharusnya dengan cara :
- Memperbaiki komunikasi dan member perhatian lebih
- Mencari solusi yang terbaik
- Menyadarkan dan disarankan untuk bertobat
- Instropeksi diri dll.
Tapi semua kreteria diatas untuk dapat menerima kembali pasangan dan mempertahankan pernikahan serta menjalin hubungan kembali hingga kemudian berlangsung baik adalah dengan cara mencari cinta yang masih ada di sela-sela hati bukan karena pengabdian atau alasan anak-anak.
Kenapa cinta?
Karena cinta adalah modal dasar menjalin hubungan pernikahan seperti yang pernah disampaikan dalam sebuah hadist Rasulullah SAW diatas, dan juga pemahaman bahwa lembaga pernikahan di bangun dengan niat yang baik untuk semata-mata beribadah kepadaNya. Bukan hanya sekedar mencari pasangan hidup, melengkapi status, demi karier, atau juga karena terpaksa/dijodohkan.
Tapi semua itu semata-mata karena cinta, kecintaan kita pada makhluk Allah baik wanita atau pria sebagai manifestasi kecintaan kita yang besar terhadap sang Khalik.
Untuk itu sebenarnya modal dari semuanya untuk menjaga sebuah komitmen adalah kesetiaan.
KESETIAAN ~ Kesel / bosan SEh Harus seTIA Ama diA doaNg?
Beberapa saat yang lalu seorang teman mengirimi saya sebuah cerita hikmah tentang makna kesetiaan yang mungkin bisa saya tambahkan disini sebagai landasan berpikir kita bersama, agar kita selalu memikirkan dan memberikan banyak kekuatan pada iman kita untuk selalu setia pada pasangan kita. Sebagai wujud dari penghormatan, penghargaan serta rasa cinta kasih kita yang tidak terhingga pada Allah SWT, Tuhan pencipta Alam semesta raya.