Mohon tunggu...
Yulius Balagaize
Yulius Balagaize Mohon Tunggu... Mahasiswa - 🔎•Mencari dan Memberi Yang Terbaik.

📻• Local Wisdom

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Proyek Strategis Nasional (PSN) antara Hasrat Kekuasaan dan Monopoli Hak Kesulungan Warga Lokal

23 Oktober 2024   23:45 Diperbarui: 24 Oktober 2024   00:36 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Dok/Beritahita.id

Merauke, Papua Selatan - Proyek pengembangan perkebunan tebu berskala besar yang mencakup lahan seluas 2 juta hektare di wilayah Merauke, Provinsi Papua Selatan, tengah menuai banyak perhatian dan protes dari masyarakat adat serta organisasi lingkungan. Proyek yang melibatkan kerjasama antara perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan perusahaan swasta ini dikhawatirkan akan menyebabkan dampak sosial dan lingkungan yang serius, terutama terkait pembabatan lahan dan perampasan tanah adat.

Masyarakat adat Merauke, yang telah lama tinggal dan menggantungkan hidup pada lahan tersebut, menyuarakan kekhawatiran mereka atas hilangnya hak tanah adat yang menjadi sumber mata pencaharian, budaya serta identitas mereka. Pembukaan lahan untuk perkebunan tebu dituding mengancam eksistensi masyarakat adat karena adanya perampasan tanah secara paksa tanpa adanya konsultasi yang memadai dengan warga lokal.

"Tanah adat adalah warisan leluhur kami. Kehilangannya berarti memutus hubungan kami dengan identitas budaya yang telah diwariskan turun-temurun," ujar salah satu tokoh masyarakat adat setempat.

Gambar: Dok/Beritahita.id
Gambar: Dok/Beritahita.id

Selain permasalahan sosial, pembabatan lahan dalam skala besar juga dinilai mengancam keberlanjutan ekosistem setempat. Hutan yang menjadi rumah bagi berbagai keanekaragaman hayati penting, termasuk flora dan fauna endemik Papua Selatan, terancam rusak akibat pembukaan lahan untuk perkebunan tebu. LSM lingkungan lokal menyuarakan kekhawatiran bahwa proyek ini akan mempercepat deforestasi, menurunkan kualitas air, serta mengakibatkan peningkatan emisi karbon.

Gambar : Dok/Beritahita.id
Gambar : Dok/Beritahita.id

"Jika 2 juta hektare hutan hilang untuk perkebunan, kita tidak hanya kehilangan pohon, tapi seluruh sistem ekologi yang menghidupi masyarakat setempat juga akan terpengaruh," ungkap perwakilan dari salah satu LSM lingkungan di Papua Selatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun