Tuntas sudah gelaran kompetisi Swiss Open 2021 pada minggu malam, 07 Maret Maret 2021 pukul 21.00 wib di lapangan St Jakobshalle, Basel, Swiss.Â
Partai puncak di tutup permainan apik tunggal putri Carolina Marin dari Spanyol kontra Pusarla V.Sindhu dari India dengan skor 21-12, 21-05. Menurut warta BWF, final kali ini adalah pertemuan yang ke 14 bagi kedua pemain tunggal putri ini. Dan kemenangan ke 8 kalinya untuk Marin.
Sayangnya partai puncak tidak menampilkan satu pun wakil dari Indonesia, karena tim merah putih sudah keok duluan pada babak perempat final. Itu pun hanya menyisakan dua wakil ganda putra Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin kandas melawan Aaron Chia/Soh Wooi Yik dari Malaysia.
Satu lagi tunggal putra Indonesia juga gagal menyusul rekannya yaitu Shesar Hiren Rhustavito tunduk dari pemain kawakan Denmark Viktor Axelsen. Maklum para pemain andalan Indonesia ini mungkin masih yunior dibandingkan lawannya yang sudah berpengalaman. Â Jadi wajar lah jika kalah. Jujur harus diakui.
Pemain lainnya seperti ganda campuran senior andalan Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja atau tunggal putri Gregoria Marieska T justru berguguran di awal. Nasib baik rupanya berpihak pada ganda campuran asing  asal Perancis Thom Gichel/Delphine Delrue.Â
Mereka sukses mendulang kemenangan usai mengalahkan pasangan senior Denmark Mathias Christiansen/Alexandra Boje dengan skor kembar 21-19, 21-19.
Kemenangan pasangan Perancis kali ini tentu mengukir sejarah baru kompetisi bulu tangkis. Mengingat sangat langka sekali prestasi pemain Perancis sejak 2001 -- 2005 (sumber bolasport.com). Itu pun dulu hanya tunggal putri Pi Hongyan yang namanya kini tenggelam.
Kembali ke Marin vs Sindhu
Sebenarnya saya sudah lupa ada partai puncak Swiss Open 2021 karena wakil Indonesia sudah habis duluan. Tapi selagi update berita muncul ulasan tunggal putri papan atas akan bertemu pada laga puncak minggu malam ini. Yaitu Carolina Marin (Spanyol) vs Pusarla V. Sindhu (India).
Menarik karena selain Marin selalu langganan juara, lawan kali ini adalah musuh lama. Bayangkan mereka akan bertanding yang ke 14 kalinya. Dan sebelum ini, Marin sudah 8 kali meraih kemenangan. Tentu pertemuan mereka penuh tanda tanya mengingat Sindhu sudah cukup lama absen tampil di beberapa turnamen.
Dan biasanya jika lama tidak tampil, ketika sekali tampil pasti akan memangsa banyak korban. Buktinya Sindhu sekali tampil saja sudah sampai final walaupun para lawannya tidak seberat Tai Tzu Ying (China Taipei) atau Nozomi Okuhara (Jepang). Â Ya sudah, yang jelas apakah Marin tetap juara atau ada keajaiban buat Sindhu ?
Ternyata Marin tetap juaranya. Pada gim pertama saja sudah bisa di tebak Sindhu bakal kalah. Lihat saja gaya permainan Sindhu jauh di bawah Marin. Walaupun memiliki postur lebih jangkung, nyatanya Sindhu tidak mampu mengimbangi permainan kidal Marin yang terlalu bersemangat.
Harusnya dengan tubuh jangkung, Sindhu banyak menciptakan smash. Tapi bagi Marin yang tubuhnya bak sayur kangkung, dengan luwesnya membalikkan bola - bola lawan dengan sukses. Gim pertama berakhir dengan skor 21-12 untuk kemenangan Marin.
Memasuki gim kedua, Marin tiada ampun lagi. Sepertinya ia ingin segera menyudahi pertandingan. Dengan kejamnya, Marin berhasil mengobrak abrik pertahanan lawan. Susah payah Sindhu meladeni bola -- bola sulit.Â
Apalagi saat point pembuka untuk Marin, tersaji permainan cantik Marin, tiga kali bola sempat menyilang kanan dan kiri di bibir net. Luar biasa !!
Point beruntun hingga 5-1, dan point demi point untuk Marin terus terkumpul banyak hingga menjauhi Sindhu 12-2 dst. Sepertinya lawan mulai kelelahan. Ini terlihat pada mimik wajah Sindhu yang nampak lesu. Akhirnya pemain jangkung dan berambut panjang ini menyerah kalah dengan skor telak 21-05.
Saya juga heran dengan Sindhu yang beberapa tahun lalu cukup bagus bermain. Apalagi saat bertemu lawan sekaliber Akane Yamaguci (Jepang), Ratchanok Intanon (Tahiland), Tai Tzu Ying (China Taipei), dll. Kali ini Sindhu sudah kehabisan gaya. Pontang - panting ia menyambut serangan demi serangan Marin, dan banyak gagal lalu melakukan kesalahan sendiri.
Apa mungkin Sindhu sudah capek karena dari pertandingan awal hari selasa lalu beruntun ke puncak final pada minggu ini. Tapi nyatanya tidak bagi Marin. Kan mereka sama -- sama bermain dari awal sampai puncak final. Entahlah, yang tahu hanya Sindhu.
Oh iya, yang menarik nih dari Marin, konon masa kecilnya dulu Marin gemar menari. Pantas saja tubuhnya luwes dan gemulai memainkan raket di lapangan. Kalau lihat Marin yang kecil, pendek dan putih mirip boneka hidup. Lihat saja jika tidak percaya.Â
Dan satu lagi nih yang bikin bangga, Marin juga awalnya dulu berlatih di Indonesia lho. Wahh ....jadi sehebat itu yaaa.. Rupanya latihannya di Indonesia ?? Mana nih tunggal putri Indonesia ??
Carolina Marin Yang Unik
Marin Marin ... ciri khasnya itu selain pemain kidal, Marin kalau bermain pasti suka menjerit ketika mendapat point. Walaupun sempat terbatuk-batuk di lapangan karena jeritannya itu memang cukup membuat kuping sakit.Â
Tidak masalah tubuhnya yang kecil dan pendek. Marin selalu banyak juara. Dialah tunggal putri asal Spanyol peraih medali emas Olimpiade Rio 2016, juara dunia tiga kali dan juara Eropa 4 kali. Luar biasa !!!
Sudah berapa tahun sejak juara olimpiade 2016, bukan stamina yang turun, kini targetnya Marin masih akan meraih emas di olimpiade Tokyo 2020 yang akhirnya tersenggara di tahun 2021 karena pandemi. Jika berhasil nih berarti Marin sukses melampaui pencapaian wakil China, Zhang Ning yang meraih dua medali emas pada tahun 2004 dan 2008.
Dan tekadnya lagi nih katanya tidak hanya olimpiade Tokyo 2020 saja yang tahun ini terlaksana, tapi Marin akan terus menargetkan emas lagi di olimpiade Paris 2024, (sumber indosport.com).
Gilaaa !?
Sukses buat Carolina Marin. Untuk sekuad merah putih, ayo kerahkan kemampuannya. Â Bila perlu sempatkan waktunya video call buat ngobrol sama mbak Marin, apa sih mbak resepnya bisa melayang layang dengan raket di lapangan sambil menjerit, wkwkwk ...
Salam ...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H