Mohon tunggu...
Yulius Solakhomi Wau
Yulius Solakhomi Wau Mohon Tunggu... Guru - Gratias Deo

Catholic Religion Teacher and Pastoral Ministry Agent

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ini Isi Kitab Suci Perjanjian Lama Menurut Konsili Vatikan II

13 Oktober 2021   20:25 Diperbarui: 13 Oktober 2021   21:45 17352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kitab Suci Alkitab - sumber gambar: dokumen penulis

Alkitab atau Kitab Suci dalam Gereja dibagi dalam dua bagian besar yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Penggunaan istilah ini digunakan untuk membedakan dua bagian dari Kitab Suci itu sendiri yakni sebelum kedatangan Kristus dan sesudah kedatangan Kristus. 

Kitab-kitab yang ditulis sebelum kedatangan Kristus disebut Kitab Suci Perjanjian Lama sedangkan kitab-kitab yang ditulis setelah kedatangan Kristus disebut Kitab Suci Perjanjian Baru.

Namun, yang menjadi pertanyaan bagi kita adalah mengapa disebut perjanjian? Penggunaan istilah "perjanjian" sebenarnya berkaitan erat dengan hubungan antara Allah dengan manusia. 

Dalam Kitab Suci digambarkan bahwa hubungan antara Allah dengan manusia (yang diwakili bangsa Israel sebagai bangsa pilihan Allah) sebagai suatu relasi dalam perjanjian. Dalam hubungan itu ada kesepakatan-kesepakatan yang berdampak pada masing-masing pihak. 

Di satu pihak Allah berjanji untuk memelihara, melindungi dan memberi kesejahteraan kepada manusia. Di pihak lain manusia berjanji untuk menyembah dan berbakti kepada Allah. Perjanjian-perjanjian ini dengan jelas dapat kita temukan dalam Kitab Suci, khususnya dalam Kejadian bab 19-24.

Selanjutnya, perjanjian itu dibedakan atas dua, yang juga menjadi pembagi Kitab Suci itu sendiri yakni Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Tulisan-tulisan pada Perjanjian Lama mengisahkan perjanjian antara Allah dengan manusia pertama yakni melalui orang-orang Yahudi. 

Ini tulisan-tulisan dalam Perjanjian Lama mengarah kepada pemenuhan perjanjian akan datangnya seorang Juru selamat yang akan membebaskan bangsa Yahudi dari segala bentuk penindasan dan penderitaan. 

Sosok yang dimaksud adalah Mesias, yakni Yesus sendiri. Sedangkan tulisan-tulisan dalam Perjanjian Baru  mengisahkan perjanjian Allah dengan manusia terakhir yakni segala bangsa. 

Jadi di sini janji akan keselamatan itu bukan hanya ditujukan kepada kaum Yahudi saja melainkan bagi seluruh dunia. Perjanjian ini didasarkan pada pengorbanan Yesus di salib demi keselamatan seluruh dunia.

Dari uraian di atas dapat kita pahami mengapa Kitab Suci disebut juga perjanjian, yakni karena isinya mengisahkan perjanjian antara Allah dengan manusia, dengan berbagai peristiwa pasang surut kehidupan manusia yang kadang tidak setia dan ingkar pada janji itu sehingga perjalanannya seperti gelombang yang kadang pasang dan kadang surut.

Gereja Katolik melalui Konsili Vatikan II dalam konstitusi  dogmatis tentang Wahyu Ilahi (Dei Verbum) mengajarkan dengan rinci apa isi pokok dari Perjanjian Lama. 

Gereja mengajarkan bahwa Allah merencanakan dan menyiapkan keselamatan segenap umat manusia. Oleh karena rencana itu, Allah memilih suatu bangsa untuk diserahi janji-janji-Nya. 

Penyerahan janji itu dapat kita temukan dalam beberapa kutipan Kitab Suci, antara lain dalam Kejadian 15:18 "Pada hari itulah TUHAN mengadakan perjanjian dengan Abram serta berfirman: 'kepada keturunanmulah Kuberikan negeri ini, mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai yang besar itu, sungai Efrat'". 

Dan dalam Keluaran 24:8 "Kemudian Musa mengambil darah itu dan menyiramkannya kepada bangsa itu serta berkata: 'Inilah darah perjanjian yang diadakan Tuhan dengan kamu, berdasarkan segala firman ini." Dari kedua kutipan ini setidak-tidaknya menggambarkan kepada kita bahwa isi pokok Perjanjian Lama adalah perjanjian akan rencana keselamatan Allah yang bagi manusia yang disampaikan melalui bangsa pilihannya, yakni keturunan Abraham yang adalah bangsa Israel. 

Ketika Allah bersabda melalui para nabi, bangsa Israel semakin mendalam dan terang memahami hal itu. Bahkan bangsa Israel menunjukkan kepada para bangsa lain dengan semakin meluas (Mzm 21:28-29; Mzm 95:1-3; Yes 2:1-4; dan Yer 3:17). 

Tata keselamatan yang dijanjikan itu diramalkan, diceritakan dan diterangkan oleh para pengarang suci sebagai sabda Allah yang benar sebagaimana terdapat dalam Kitab-Kitab Perjanjian Lama. 

Maka dari itu, Kitab-Kitab Perjanjian Lama itu ditulis atas ilham Allah sendiri dan mempunyai nilai abadi. Santo Rasul Paulus menulis demikian: "sebab apa pun yang tertulis, ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita supaya kita karena kesabaran dan penghiburan Kitab Suci mempunyai pengharapan" (Roma 15:4).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun