Mohon tunggu...
Yulius Solakhomi Wau
Yulius Solakhomi Wau Mohon Tunggu... Guru - Gratias Deo

Catholic Religion Teacher and Pastoral Ministry Agent

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Panggilan Hidup Membiara

12 Oktober 2021   17:31 Diperbarui: 12 Oktober 2021   21:23 22104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Biarawati Claris Capusines - Gambar: katolik.yahoonta.com 

Hidup membiara berarti status hidup tidak menikah yang kadang dipandang tidak sesuai dengan kodrat alam, karena pada kodratnya manusia diciptakan sebagai laki-laki dan perempuan untuk saling mencintai dan membangun keluarga. Jadi apakah hidup tidak menikah merupakan pelanggaran atas kodrat itu? Tentunya tidak juga. 

Karena hidup selibat dalam biara juga memiliki nilai kodrati atau luhur. Maka dimungkinkan orang tidak menikah atas kemauannya sendiri demi Kerajaan Allah (Matius 19:12).  Hal ini mau mengatakan bahwa kita perlu memandang secara wajar mereka yang hidup selibat atau membiara. Itulah keutamaan hidup mereka yang harus kita hormati pula. 

Maka inti hidup membiara adalah persatuan atau keakraban dengan Kristus. Oleh karena itu ada semboyan klasik yang ada dalam panggilan hidup membiara yakni mengikuti jejak Kristus (vestigia Christi) atau meniru Kristus (imitantes Christum) (Lumen Gentium, artikel 42). 

Biarawan Fransiskan - Gambar: ofm-indonesia.com
Biarawan Fransiskan - Gambar: ofm-indonesia.com

Proses meniru Kristus ini perlu didukung dengan komunikasi yang intens dengan Kristus sendiri yaitu melalui hidup doa. Maka tanpa persatuan dengan Kristus melalui doa, hidup membiara akan rapuh karena tidak memiliki dasar yang kuat. 

Maka Intisari hidup membiara didasarkan pada cinta Allah sendiri. Pola hidup ini hendaknya dihayati sebagai tanda persatuannya dengan Allah. 

Di dalam kaul-kaul kehidupan membiara, kaul  kemiskinan berarti melepaskan hak memiliki harta duniawi yaitu dengan hidup sederhana. Kaul ketaatan mau mengatakan bahwa mereka yang mengikrarkannya melepaskan kemerdekaannya untuk mau taat dan patuh kepada pimpinan demi kerajaan surga. 

Dan kaul kemurnian berarti melepaskan haknya untuk berkeluarga demi kerajaan Allah. Inilah bentuk pengorbanan dan pengabdian hidup mereka. Mereka menyerahkan diri secara tuntas kepada Gereja demi pengembangan Kerajaan Allah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun