Pada ulasan saya sebelumnya telah membahas tentang Hierarki dalam Gereja Katolik Â
Pada ulasan kali ini saya akan membahas sedikit tentang kaum awam.
Sebagaimana kita ketahui, Gereja dibangun atas persekutuan umat beriman, yaitu persekutuan antara Hierarki dan Awam. Gereja tidak bisa berdiri oleh Hierarki saja, demikian sebaliknya Gereja tidak bisa berdiri hanya oleh kaum awam saja.Â
Kaum Hierarki dan awam saling melengkapi dengan perannya masing-masing. Hierarki bertindak sebagai pimpinan/gembala  oleh karena tahbisannya, sedangkan awam berperan sebagai kawanan oleh karena baptisan yang telah ia terima.
Istilah awam dikenal juga dengan kata Laikos (bahasa Yunani) yang berarti bukan ahli. Dalam kaitannya dengan kebudayaan Yahudi, kaum awam adalah umat yang bukan golongan imam atau ahli taurat.Â
Oleh karena itu, istilah "bukan ahli" yang dimaksud dalam hal ini adalah orang-orang yang tidak belajar secara khusus dalam hal Kitab Suci dan Teologi sehingga mereka tidak bisa dikatakan sebagai ahli.Â
Dalam Gereja Katolik, kaum awam adalah setiap orang yang tidak menerima tahbisan (Sakramen Imamat).Â
Jadi kaum awam tidak termasuk dalam kelompok hierarki. Ciri khas hakiki kaum awam adalah sebagai "para penggarap kebun anggur" (bdk. Mat 20:1-16) dimana mereka menerima tugas untuk bekerja di ladang Tuhan dengan beraneka talenta dan karuniayang diberikan kepadanya.Â
Berkat baptisan, mereka telah menjadi anggota Tubuh Kristus dan terhimpun menjadi Umat Allah. Dengan cara mereka sendiri pula, mereka ikut mengemban tugas Kristus yakni sebagai imam, nabi dan raja.Â
Sesuai dengan kemampuannya, kaum awam ikut melaksanakan tugas perutusan segenap kaum kristiani dalam Gereja dan dunia. Â Tugas khas kaum awam adalah melaksanakan dan mewujudkan "Kabar Baik" di tengah-tengah dunia dimana kaum hierarki tidak bisa masuk ke dalamnya.