Dora dan Sembada merupakan abdi yang setia kepada Ajisaka. Jika Ajisaka ingat akan pesan yang ditinggalkannya pada Sembada, maka dia pasti akan mengambil keris pusaka itu dengan tangannya sendiri, dan hasilnya kedua abdi setianya akan terhindar dari kematian. Cerita ini saya tulis ulang setelah saya menonton video Legenda Aji Saka dari Gromore Studio Series.
Pada masa lampau, terbentuklah sebuah kerajaan yang dikenal sebagai Medhang Kamulan.
Kerajaan ini dikuasai oleh seorang raja yang sangat jahat, yang dikenal dengan nama Prabu Dewata Cengkar. Tubuhnya begitu besar hingga menyerupai raksasa, bola matanya berwarna merah menyala, wajahnya menakutkan, dan gigi taringnya panjang seperti seekor singa. Dia juga senantiasa membawa senjata kapak maut yang mematikan.
Raja tersebut memiliki kebiasaan yang sangat menakutkan bagi penduduk Medhang Kamulan. Dia suka menyantap manusia, dan saat akan menyantap, korban-korban tersebut dipotong dengan kejam menggunakan kapak mautnya. Tak ada seorang pun yang berani menentang atau menolak permintaannya yang mengerikan ini.
Pada suatu hari di tengah samudra, seorang pemuda bernama Aji Saka berlayar bersama dua abdi setianya, Dora dan Sembada. Aji Saka berasal dari Jambudwipa India dan mereka berlayar menuju pulau yang terkenal dengan kekayaannya, yaitu Pulau Jawa. Karena kekayaan dan potensi yang dimilikinya, Aji Saka merasa tertarik untuk menginjakkan kaki di pulau ini.
Pada suatu malam, Prabu Dewata Cengkar menerima sebuah mimpi yang sangat mengganggu. Dalam mimpinya, dia melihat seorang pemuda sakti yang misterius menjejakkan kakinya ke tanah. Akibatnya, raja jahat ini terjungkal dari singgasana kerajaannya. Seketika itu dia terbangun dari mimpi, gumamnya dalam hati, "Pertanda apa ini!"
Setelah tiba di Pulau Jawa, Aji Saka dan kedua abdinya melanjutkan perjalanan mereka dengan menghadapi hutan belantara yang lebat. Mereka mencari penduduk sekitar untuk memperoleh informasi tentang letak desa atau kerajaan terdekat, karena tujuan utama mereka adalah untuk menyebarkan ilmu pengetahuan kepada masyarakat yang mereka temui.
Masyarakat setempat memberi petunjuk kepada mereka untuk menuju ke sebuah kerajaan yang dikenal dengan nama Medhang Kamulan. Tanpa ragu, mereka melanjutkan perjalanan menuju kerajaan tersebut.
Tiba di Pegunungan Kendheng, mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak. Di saat itu, Aji Saka menitipkan keris pusakanya kepada Sembada. Dia memberikan pesan penting kepada Sembada untuk selalu menjaganya dengan baik. Aji Saka juga menekankan bahwa jika ada saatnya dimana keris itu diminta, maka Sembada tidak boleh menyerahkannya kepada siapa pun kecuali jika Aji Saka sendiri yang datang untuk mengambilnya. Sembada dengan tulus menerima tanggung jawab ini.
Aji Saka melanjutkan perjalanan menuju Medhang Kamulan bersama Dora setelah melepas Sembada di Pegunungan Kendheng. Saat mereka tiba di negeri Medhang, mereka sampai di sebuah desa dan berkesempatan bertemu dengan seorang janda tua yang dikenal sebagai Nyai Sengkaren. Setelah saling memperkenalkan diri dan berbincang-bincang, Nyai Sengkaren menjadi tahu tujuan Aji Saka. Akhirnya, dengan ramahnya, Nyai Sengkaren mengundang mereka untuk pulang ke rumahnya.