Mohon tunggu...
Yulita Ayu
Yulita Ayu Mohon Tunggu... Penulis - Jejak kata

Ilmu Ekonomi'17. Penulis, mahasiswa.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Dilema New Normal Era untuk Perdagangan Indonesia

15 Juni 2020   08:27 Diperbarui: 15 Juni 2020   08:33 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pelonggaran atas Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa kota di Indonesia melahirkan sebuah era baru, juga kebijakan baru. Era yang kini disebut dengan era normal baru (new normal era) pada prinsipnya sebagai respon dari kebijakan PSBB yang dapat bekerja dalam membatasi penyebaran Covid-19 yang begitu masif. Kebijakan new normal merupakan sebuah kebijakan ketika ruang publik kembali dibuka dan masyarakat dapat beraktivitas seperti sedia kala. Namun yang berbeda adalah dengan menerapkan protokol kesehatan sesuai dengan anjuran pemerintah.

New normal era juga sebagai respon untuk memulihkan kondisi perekonomian, terutama dunia industri yang mengalami kelumpuhan di kuartal pertama tahun 2020. Kebijakan ini juga akan diberlakukan pada sektor perdagangan Indonesia. Hal tersebut didukung oleh Menteri Kesehatan yang menerbitkan surat edaran berisi dukungan terhadap keberlangsungan usaha  pada sektor jasa dan perdagangan Indonesia.

Selain melakukan pengetatan dalam protokol kesehatan, kebijakan ini juga didukung dengan berbagai aturan yang ada terhadap kinerja pada industri, termasuk industri perdagangan. 

Namun, kebijakan ini tidak seharusnya diterapkan dengan terburu-buru. Mengingat bahwa angka penyebaran hingga saat ini masih terbilang cukup tinggi dan angka kematian tidak mengalami penurunan hingga ke titik yang terbilang rendah. Meski di sisi lain, kondisi industri perdagangan selama masifnya penyebaran Covid-19 nyaris mengalami kelumpuhan.

Banyak sekali tantangan pada new normal era apabila diterapkan dengan terburu-buru. Bahkan tidak menutup kemungkinan akan ada klaster kedua terhadap penyebaran Covid-19. Kebijakan ini bagai pisau bermata dua. Akan menimbulkan dampak buruk, baik pada sisi ekonomi maupun sisi sosial yaitu penyebaran Covid-19 di masyarakat jika tidak benar-benar diperhatikan dan disiapkan dengan maksimal tiap-tiap aturannya.

Namun, lumpuhnya perekonomian dalam beberapa sektor, membuat kebijakan ini menjadi perlu untuk diterapkan. Meski nantinya memiliki potensi akan ada klaster kedua penyebaran Covid-19 di Indonesia. Sebab pandemi ini telah menimbulkan perlambatan terhadap pertumbuhan ekonomi domestik. 

Pada triwulan pertama 2020, pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 2,97% (yoy), sedangkan pada triwulan sebelumnya berada pada angka 4,97% (yoy). Penurunan yang drastis tersebut salah satunya  disebabkan oleh perlambatan pada perdagangan Indonesia dengan berbagai mitra dagangnya. 

Sedangkan di sisi lain, masih banyak negara yang belum benar-benar membuka akses perekonomiannya untuk negara lain maupun global, terutama pada sektor perdagangannya yang masih sangat riskan ketika dibuka dengan terburu-buru.

Industri perdagangan lumpuh, sebab industri tersebut disokong oleh kinerja ekspor dan impor antar negara. Kegiatan ekonomi dalam industri perdagangan, baik dari sisi produksi, distribusi, dan konsumsi tidak tumbuh dengan stabil. Bahkan cenderung mengalami penurunan. 

Berbagai industri di Indonesia yang cenderung menggantungkan bahan baku dari negara lain, dalam artian negara harus melakukan impor bahan baku lebih dulu sebelum melakukan produksi, menjadi terhambat. Sedangkan industri yang masih dapat survive dengan caranya, yaitu mengandalkan sumber daya alam dan sumber daya manusia di Indonesia untuk mempertahankan industrinya, tetap akan terhambat pada kegiatan distribusinya.

Pada sisi konsumsi, masyarakat memiliki kecenderungan yang berbeda dalam mengonsumsi output hasil industri. Beberapa dari mereka melakukan panic buying, sehingga output industri terserap dengan cepat dan menimbulkan gejolak pada harga. Dalam meresponnya, industri akan cenderung memainkan harga untuk tetap memiliki kekuatan pasar. 

Salah satu firm di dalam industri yang memiliki kekuatan untuk bertahan di dalam pasar, maka akan dapat mendominasi pasar dengan mudah. Dominant firm berbeda dengan pasar monopoli (Martin, 1994). Hanya karena suatu firm di dalam industri mampu menguasai pasar, bukan berarti firm tersebut dalam dikatakan memonopoli pasar.

Munculnya sebuah firm yang dominan di dalam pasar, serta dengan kuasanya memainkan harga, akan dapat meningkatkan persaingan antara satu firm dengan firm lainnya. Hal tersebut menjadi sebuah hal yang positif terhadap industri perdagangan agar dapat kembali bergerak dan memperbaiki kondisi rantai perekonomian yang mengalami kekacauan dalam berbagai sisi. 

Dominant firm akan mendorong firm lain untuk bersaing dan menjadikan firmnya menjadi yang dekat dengan tingkat dominan dan memiliki kekuatan pasar. Meski di sisi lain, akan ada harga yang dimainkan sebagai respon dari munculnya firm yang dominan di dalam pasar.

Hal tersebut sejalan dengan new normal era yang perlu terobosan baru untuk memulihkan dan menggerakkan kembali perekonomian yang sempat mengalami kelumpuhan. Namun tetap akan ada dilemma yang besar, yaitu bahwa kebijakan ini harus disertai dengan orang-orang yang mampu untuk masuk dan sanggup dengan kondisi yang baru. Dengan berbagai perubahan-perubahan yang sifatnya baru dan tiap individu dipaksakan untuk mampu ketika ia memilih sanggup menjalani new normal era.

Dengan kesanggupan dan kesiapan tersebut, sumber daya manusia yang berkualitas akan terbentuk dengan sendirinya. Yang nantinya akan mampu mengembalikan kondisi pada sektor perdagangan seperti sedia kala, dan menggerakkannya agar berbagai dampak baik dapat ditransfer pada dunia industri.

Sedangkan dari sisi perekonomian, kesiapan tersebut perlahan dibentuk. Suku bunga BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) yang dipertahankan pada angka 4,5% sejak Maret hingga Mei 2020 menjadi salah satu bentuk kesiapan dari Bank Indonesia dalam merespon adanya kebijakan new normal era yang akan segera diterapkan pada beberapa kota dalam waktu dekat.

Selain itu, kesiapan lainnya dalam perekonomian yaitu perlunya industri perdagangan dalam menjaga ketersediaan bahan baku industri. Ketersediaan tersebut harus terus dijaga agar rantai pasokan terhadap bahan baku tidak terputus dan menyebabkan inflasi meningkat secara besar-besaran, yang kemudian akan menurunkan pertumbuhan ekonomi hingga berada pada angka yang lebih rendah daripada angka saat ini. Sebab terjaganya rantai pasokan bahan baku akan membuat tingkat inflasi terjaga pula.

Rendahnya tingkat inflasi Indonesia menjadi salah satu indikator yang dapat dipertimbangkan dalam menerapkan new normal era. Pada April 2020, inflasi IHK berada pada angka 0,08% (mtm), dan tercatat lebih rendah dari bulan sebelumnya yang menunjukkan angka sebesar 0,10% (mtm). Sedangkan inflasi IHK tahunan pada April 2020 tercatat sebesar 2,67% (yoy), dan lebih rendah dari inflasi bulan sebelumnya yang berada pada angka 2,96% (yoy).

Hal tersebut telah mencerminkan kesiapan dari sisi Bank Indonesia yang konsisten dalam menjaga stabilitas harga. Namun di sisi lain, inflasi yang rendah dipengaruhi oleh lemahnya permintaan domestik akibat penyebaran Covid-19 yang terbilang masih masif. 

Dampaknya, industri perdagangan, baik yang bergerak dibidang pangan maupun non-pangan, outputnya tidak terserap dengan maksimal. Meski di satu kondisi, beberapa masih ada yang melakukan panic buying. Namun panic buying kini tidak semasif ketika awal Covid-19 masuk ke Indonesia. Kinerja industri perdagangan melemah sebab permintaan seringkali tidak stabil.

Lagi-lagi, menjadi dilema bagi Indonesia, terutama dari sisi perdagangannya, dan akan mendampak pada perekonomian domestik secara luas. Dilemma ini yang perlahan harus diselesaikan, yaitu dengan cara menentukan kebijakan sebelum new normal era dengan kebijakan-kebijakan yang tepat, yang melihat dari berbagai sisi dalam perekonomian. Sehingga tidak ada pelaku ekonomi yang dirugikan dari diterapkannya new normal era, dan kebijakan yang menyertai era ini akan dapat tercapai dengan benar-benar pula.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun