Mohon tunggu...
Yulio Jansen
Yulio Jansen Mohon Tunggu... Musisi - @yuliojansen Mahasiswa, Musisi dan mari berbagi informasi yang bermanfaat.

Mahasiswa, Musisi dan mari berbagi informasi yang bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Sebuah Masterpiece dari 3 Dewa Pop Punk

28 Oktober 2020   16:00 Diperbarui: 28 Oktober 2020   16:04 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua dekade yang lalu, tepatnya pada 1 Juni 1999, trio asal San Diego, California, Amerika Serikat yaitu Tom Delonge (Vokal/Gitar), Mark Hoppus (Bass/Vocal) dan Travis Barker (Drummer) yang terbentuk pada tahun 1992, beraliran Crapy Punkrock yang biasa kita sebut dengan nama Blink-182, melakukan sebuah langkah sensasional yang mengukir sukses untuk mereka menancapkan taji-nya di kancah per-musikan dunia, dengan merilis album kedua mereka bersama major label bertajuk “Enema of the State”. 

Dirilis oleh MCA Record, yang berperan sebagai label yang menaungi mereka, album tersebut dibuat melalui proses yang relatif singkat, direkam di berbagai studio, serta di komandoi Jerry Finn yang dikenal sebagai “sang produser band punk veteran” untuk menahkodai  proses perekaman suara, secara teknis pengerjaan album ini hanya memakan waktu 3 bulan, namun dengan pengerjaan-nya yang lebih serius, sehingga mendapatkan hasil yang lebih maksimal daripada album-album mereka sebelumnya, tak heran jika akhirnya keluar dengan menuai sukses komersial yang sangat besar. 

Manyabet predikat lima kali Multi Platinum untuk penjualan di Amerika Serikat dan total 15 juta keping untuk penjualan di seluruh dunia, itu merupakan penjualan terbanyak mereka hingga saat ini, berbagai penghargaan bergengsi  juga mereka dapat, diantaranya yaitu “MTV Europe Music Award for Best New Act” dan “MTV Video Music Award for Best Group”. 

Fakta menarik datang ketika, mereka menjadi kan seorang aktris video porno yaitu Janine Lindemulder sebagai model pengisi sampul dan model video klip dari salah satu single pada album ini, selain itu album ini merupakan debut pertama bagi sang drummer Travis Barker untuk memulai karirnya bersama Blink-182 ,yang bergabung setelah drummer yang sebelumnya Scoot Raynor di pecat saat mereka akan memulai pengerjaan album, di akhir tahun 1998.

Dengan nuansa album fisik yang dominan berwarna biru, dan ber-sampulkan seorang suster yang memiliki tatto khas kupu-kupu di bagian dada, dengan pose yang siap untuk menyuntik pasien nya, menjadi sebuah representasi dari band itu sendiri yang memang slengek’an dan personilnya tidak bisa diajak serius. 

Album ini berisikan 12 lagu dengan durasi total 35 menit, yang menurut sebagian orang merupakan waktu yang terlalu cepat untuk sebuah album yang bersejarah. 

Saking suksesnya album itu, hingga sempat menduduki “U.S Billboard Top 200” di posisi 9 pada tahun 1999, beberapa single andalan mereka juga meledak ke telinga para pendengar di seluruh dunia, sebut saja All the Small Thing, yang sukses bertengger di posisi 6 pada tangga lagu “Billboard Hot 100” selama 26 minggu. 

Selain itu What My Age’s Again dan Adam’s Song merupakan beberapa single terlaris yang juga ada di album ini, bahkan hingga saat ini All the Small Thing’s merupakan lagu yang paling sering diputar fans mereka, dengan mendapat lebih dari 400 juta lebih pemutaran di Spotify.

Secara garis besar, album ini menceritakan tentang bagaimana realita seorang remaja yang sedang beranjak dewasa, dari mulai khayalan tentang cinta, pesta, juga  dimana kesenangan dan kecerobohan adalah sebuah hal yang mereka lakukan sehari-hari,  semua itu dituliskan dengan lirik yang chatchy dan juga terkesan tidak serius. 

Hal tersebut justru membuat lagu mereka mudah dicerna pendengarnya, seperti penggalan lirik “no body like’s you when you’re 23” yang ada pada lagu What My Ages Again dan juga “all the small things, true care truth bring’s” pada single All the Small Things, yang menurut sebagian besar pendengar related pada pengalaman hidup yang mereka alami, bahkan Hai Magazine sempat menuliskan artikel tentang seorang fans Blink-182 yang curhat, jika banyak orang yang membencinya ketika ulang tahun-nya yang ke 23 sedang berlangsung.

Layaknya sebuah kehidupan remaja, yang tak selalu bahagia, mereka juga memiliki langgam yang bercerita tentang sebuah depresi seseorang yaitu Adam’s Song, tidak seperti sebagian besar lagu yang ada pada album ini dengan ritme cepat dan lirik yang ceria, Adam’s Song cenderung beritme lambat dan berlirik lebih serius/dark, menurut sang penulis lagu Mark Hoppus, lagu ini memang kelam namun jika dicermati lirik nya sebenarnya lagu ini membantu seseorang untuk melalui masa depresinya, dan menunjukan bahwa harapan masih selalu ada.

Terlepas dari syair lagu, sebutan masterpiece pada Enema of the State, lahir bukan hanya dengan satu alasan, selain lirik yang mudah diterima masyarakat, dan diperkuat juga dengan adanya faktor teknis dalam pembuatan sebuah karya yaitu karakter sound dan kualitas audio yang megah nan modern pada jaman-nya.

Semua itu di implementasikan melalui peracikan sound gitar lowgain yang dinamis khas ala Fender stratocaster, serta eksperimen mix amp antara Mesa Boggie Dual Rectifier dan Marshall JCM 900, alhasil membuat karakter gitar yang warm dan twangky pada waktu bersamaan, disusul dengan sound bass rock twang yang sangat blend dengan kick drum yang punchy dan snare yang warm, serta penambahan instrument synthesizer yang membuat album ini terkesan thight dan melodious, selain kepuasan dari band itu sendiri hal tersebut juga membuat nyaman telinga pendengarnya.

Tak jauh dari kehidupan para rockstar yang biasanya berbau kontroversi, album ini juga memicu berbagai perdebatan dari berbagai kalangan, mulai dari skena musik underground ,komunitas punk oldschool hingga sampailah ke telinga salah satu frontman yang juga dedengkot PunkRock Britania Raya yang tidak diragukan lagi idealismenya, yaitu Johnny Rotten yang merupakan vokalis dari Sex Pistols, dia menyebutkan bahwa “Bukankah itu sekelompok anak laki-laki konyol? 

Itu adalah tiruan dari aksi komedi. Mereka sangat buruk sehingga harus ditampilkan secara permanen di Saturday Night Live, yang sejauh saya tahu, merupakan penghinaan terbesar”. 

Memang setelah perilisan-nya banyak anggapan yang beredar bahwa lagu-lagu dari Blink-182 tidak layak disebut sebuah karya dari music punk, dan banyak juga yang mengatakan jika Blnk-182 sangat menjual diri terhadap popularitas.

Hal-hal demikian dikatakan juga bukan tanpa alasan, lantaran sudah menjadi ideologi dalam musik punk bahwa wajib hukumnya untuk seorang punkrocker lebih mengedepankan idealisme-nya terhadap isu sosial dan politik dibanding harus tunduk terhadap kapitalis.

Sedangkan memang sudah faktanya jika lagu yang diciptakan Blink-182 lebih banyak menceritakan percintaan dan sesuatu yang berbau lelucon remaja, mereka juga tidak concern terhadap isu-isu yang berbau sosial politik. 

Tak selalu bernada buruk, banyak juga yang mengakui jika album ini memang fantastis, hingga muncul anggapan dari banyak pengamat musik yang mengatakan Enema of The State merupakan landmark bagi album musik beraliran poppunk untuk dikenal lebih luas lagi.

Di Indonesia sendiri, Enema of the State bak menjadi  trend yang memang sangat  massive  dan juga digandrungi kawula muda pada jaman-nya, itu adalah alasan seseorang untuk memakai celana baggy dan kaos jangkis, serta menyanyikan lagu dengan suara cempreng ala-ala Tom Delonge. 

Alhasil, pada saat itu banyak band dan skena yang mulai bermunculan di masing-masing daerah, dan dikenal dengan sebutan Melodic Punk di Indonesia, banyak band besar yang dulunya lahir di era itu, sebut saja Endank Soekamti (Jogjakarta), Rocket Rockers (Bandung) dan Blingsatan (Surabaya).

Meski memiliki influence yang sama pada awal pembentukan-nya, kini band-band tersebut bisa berdiri dengan ciri khas mereka masing-masing. Menurut saya, masa itu benar-benar era yang terlalui indah untuk terlewatkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun