“Take it easy, dia datang, ya harus disambut, c’mon jangan gugup, please, Sasha”,ia menasehati dirinya sendiri. Membesarkan hatinya sendiri.
Sasha lebih percaya pada pertimbangannya bahwa benar-benar Adri menaruh perasaan special, so special pada dirinya, sehingga telah tiga kali dalam satu purnama ini, Adri melompati jarak untuk menemui dirinya.
Diam-diam Sasha selalu mencatat dalam hatinya, kata-kata terakhir di setiap perjumpaan mereka.
Terakhir kali, Adri memegang bahunya dan menasehatinya,”Jangan sok kebule-bulean dengan sering memakai istilah Barat. Cintailah bahasamu sendiri. Perkuat rasa nasionalisme-mu, Sas.”
Semua itu terngiang, bagaimana tidak ingat, jika cengkeraman di bahunya saat itu terasa sangat kuat. Walau toh kemudian remasan itu berubah melunak, sebagaimana lembutnya kecupannya pada dahi Sasha setelah itu.
Itu terjadi gara-gara Sasha ‘salah’ mengucap kata perpisahan kala ia mengantar sang kekasih ke pintu gerbang rumah,”Sweetie, take care. Jangan lupa kontak aku ya, meski sibuk. Line atau Facebook. Walau cuma sekedar Just say hello and goodbye. Ok, babe?”
Begitulah.
"Jangan terulang lagi”, desah Sasha. Ia berniat akan mematuhi pesan Adri.
***
Pintu dibukanya dengan hati berbunga. Wajah pengobat rindunya - tampak memenuhi seluruh indra penglihatan. Adri mengucap salam pagi.
Sasha pun membalas salam terindah di paginya itu, dan melanjutkan sambutan selamat datang pada Adri dalam bahasa ibu – yang diejanya terbata-bata,“Suwe ora jamu, jamu godong telo. Suwe ora ketemu, temu pisan ojo gelo.”