Pandemi covid-19 melanda Indonesia terhitung sejak ditemukannya kasus pertama pada Bulan Maret Tahun 2020. Pemerintah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), lonsekuensi dari PSBB meliputi; penutupan tempat wisata, pembatasan transportasi umum, pembatasan kegiatan di fasilitas publik, serta penutupan sekolah.
Salah satunya yakni Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang asalnya dilakukan di ruang-ruang kelas kini beralih secara online. Seiring berjalannya waktu, efektivitas online learning dipertanyakan oleh wali siswa maupun guru yang mengajar. Kurang efektifnya online learning saat ini membuat kekhawatiran dari banyak pihak akan learning-loss di generasi mendatang.
Nadiem Makarim yang pada saat itu belum genap satu semester diangkat menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan harus menghadapi kenyataan sulit ini.Â
Dengan berbagai permasalahan yang sudah ada maupun baru muncul sejak pendemi harus segera ia tangani. Melalui program unggulannya yakni Merdeka Belajar, Nadiem mencanangkan Kampus Mengajar untuk membantu pembelajaran selama pandemi khususnya di daerah 3T yang infrastruktur internetnya tidak memadai.
Sekitar 15.000 mahasiswa yang tergabung dalam Kampus Mengajar Angkatan 1 di tempatkan di Sekolah Dasar yang prioritasnya 3T selama tiga bulan dari Maret dan berakhir pada Juni 2021.Â
Mahasiswa berperan sebagai partner guru untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Selain itu mahasiswa juga diharapkan melakukan penguatan pada pembelajaran literasi dan numerasi serta membantu percepatan teknologi di sekolah.
Saya merupakan salah satu dari 15.000 mahasiswa yang mengikuti program tersebut. Terdapat delapan orang termasuk saya yang ditugaskan untuk membantu SDN Pasirwaru.Â
Dengan jumlah anggota delapan mahasiswa berasal dari kampus yang berbeda-beda berikut rinciannya; empat mahasiswi dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI); seorang mahasiswi dari Universitas Islam Bandung (UNISBA); seorang mahasiswi Universitas Langlangbuana (UNLA); seorang mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY); dan seorang mahasiswa Universitas Pasundan (UNPAS).Â
Selain berbeda kampus kami berbeda-beda program studi dari prodi pendidikan maupun non-pendidikan.
Sekolah ini berjarak 3,7 km dari Alun-Alun Banjaran Kabupaten Bandung Jawa Barat. Meskipun jaraknya tidak terlalu jauh dari pusat kegiatan ekonomi namun karena medan yang cukup terjal membuat tempat ini sulit mendapatkan jaringan internet.Â
Secara kondisi fisik pun sarana dan prasarana SDN Pasirwaru cukup menunjang KBM namun karena terkendala jaringan internet pembelajaran dengan online learning masih belum optimal.
Kedatangan kami disambut hangat oleh pihak SDN Pasirwaru dengan terbuka dan banyak membimbing kami dalam pelaksanaan program Kampus Mengajar.Â
Hal pertama yang kami lakukan setiba di sekolah tersebut adalah melakukan observasi. Kami mencatat dan menganalisa apa yang dibutuhkan sekolah dan mencocokan dengan kemampuan dan sumber daya yang kami miliki.
Selama kami di SDN Pasirwaru kami membantu program pembelajaran baik secara online dan offline. Pembelajaran offline dilakukan dengan door-to-door yang sudah dikelompokkan berdasarkan jarak rumah peserta didik agar dapat meminimalisir penyebaran virus covid-19.
Lalu kami juga membantu pelaksanaan ujian-ujian dari persiapan hingga evaluasi. Selain itu, kami membantu dalam hal administratif seperti pengisian dapodik dan merapikan arsip-arsip sekolah.Â
Dalam hal teknologi kami juga mengenalkan siswa dan sempat mendampingi pelatihan teknologi untuk persiapan Asesmen Kompetensi Minimun (AKM) dan Ujian Sekolah (US).
Banyak pengalaman berharga yang didapat dari program Kampus Mengajar ini lebih dari sekadar berbagi ilmu dengan para murid. Program ini juga mengubah pandangan saya terhadap profesi guru.Â
Meskipun saya seorang mahasiswi pendidikan tapi sebelumnya tidak pernah tertarik untuk berkarir menjadi seorang guru. Akan tetapi setelah mencoba terjun ke sekolah saya mendapatkan kesenangan dari murid-murid yang penuh antusias untuk belajar.Â
Energi positif yang terpancar dari murid-murid sangat saya rasakan dan nampaknya saya banyak belajar dari mereka dibandingkan sebaliknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H