“Sekarang tidak akan ada lagi yang bisa memisahkan kita.” desisnya.
“Tidak, tidak! kamu sudah mati. jangan mendekat! tinggalkan aku sendiri! Kamu sudah mati! Siapa saja tolong aku!” teriak Bram.
“Mengapa sekarang kau berubah Bram. Aku masih kekasihmu, kekasih yang selalu setia menunggumu. Sekarang kamu sudah kembali padaku, kita akan bersama seperti dulu dan tak akan ada yang bisa memisahkan kita lagi.” wanita itu tersenyum dan mengulurkan kedua tangan ke arah Bram.
"Tidak, aku tidak mau. Tinggalkan aku sendiri. Aku tak mau bersamamu. Pergilah!" teriak Bram sambari menyeret tubuhnya menghindar.
"Apa! Kau berbohong padaku. Setelah sekian lama kita bersama, kamu ingin mencampakkanku. Tidak, aku tak akan membiarkan kau pergi lagi. Kau harus mati." gigi wanita itu bergemeretak, tatapan tajam penuh amarah. Wanita itu mencekik leher Bram. Bram meronta-ronta berusaha melepaskan cengkraman wanita itu.
"Tolong jangan bunuh aku. Aku menyesal, jangan bunuh aku!”
"Hah.. Apa katamu?"
"Maafkan aku, jangan sakiti aku, Aku akan melakukan apapun, tapi jangan sakiti aku!"
Wanita itu tertawa melihat mantan kekasihnya yang tak berdaya, sesaat cengkraman tangan wanita itu melonggar. Dengan sekuat tenaga Bram berusaha melepaskan diri dan dia berhasil, Wanita itu terpelanting ketanah, kemudian Bram mengambil kesempatan untuk balik menyerang, dia mencekik dengan sekuat tenaga, tidak berhenti disitu, bram berulangkali melayangkan pukulannya, namun wanita itu makin tertawa keras, hingga memekakkan telinga Bram.
"Apa yang kau lakukan!”’ wanita itu masih terus tertawa melihat Bram yang sudah kehilangan akal sehatnya.
“Kamu harus mati.” pekiknya.