Mohon tunggu...
Yuli D A
Yuli D A Mohon Tunggu... Lainnya - Hanya Aku

Diam tanpa Ekspresi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Janji

26 Agustus 2022   08:00 Diperbarui: 21 September 2022   18:16 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Sekarang tidak akan ada lagi yang bisa memisahkan kita.” desisnya.

“Tidak, tidak! kamu sudah mati. jangan mendekat! tinggalkan aku sendiri! Kamu sudah mati! Siapa saja tolong aku!” teriak Bram.

“Mengapa sekarang kau berubah Bram. Aku masih kekasihmu, kekasih yang selalu setia menunggumu. Sekarang kamu sudah kembali padaku, kita akan bersama seperti dulu dan tak akan ada yang bisa memisahkan kita lagi.” wanita itu tersenyum dan mengulurkan kedua tangan ke arah Bram.

"Tidak, aku tidak mau. Tinggalkan aku sendiri. Aku tak mau bersamamu. Pergilah!" teriak Bram sambari menyeret tubuhnya menghindar.

"Apa! Kau berbohong padaku. Setelah sekian lama kita bersama, kamu ingin mencampakkanku. Tidak, aku tak akan membiarkan kau pergi lagi. Kau harus mati." gigi wanita itu bergemeretak, tatapan tajam penuh amarah. Wanita itu mencekik leher Bram. Bram meronta-ronta berusaha melepaskan cengkraman wanita itu.

"Tolong jangan bunuh aku. Aku menyesal, jangan bunuh aku!” 

"Hah.. Apa katamu?" 

"Maafkan aku, jangan sakiti aku, Aku akan melakukan apapun, tapi jangan sakiti aku!"

Wanita itu tertawa melihat mantan kekasihnya yang tak berdaya, sesaat cengkraman tangan wanita itu melonggar. Dengan sekuat tenaga Bram berusaha melepaskan diri dan dia berhasil, Wanita itu terpelanting ketanah, kemudian Bram mengambil kesempatan untuk balik menyerang, dia mencekik dengan sekuat tenaga, tidak berhenti disitu, bram berulangkali melayangkan pukulannya, namun wanita itu makin tertawa keras, hingga memekakkan telinga Bram.

"Apa yang kau lakukan!”’ wanita itu masih terus tertawa melihat Bram yang sudah kehilangan akal sehatnya.

“Kamu harus mati.” pekiknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun