Mohon tunggu...
Yulia yusuf
Yulia yusuf Mohon Tunggu... Guru - Pemerhati pendidikan dan penikmat sastra

guru

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Begini Penampilan Nasi Bungkus di Jepang

5 Juli 2017   21:23 Diperbarui: 7 Juli 2017   05:59 2888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selamat malam pembaca...sudah makan?

kali ini hal unik dan menarik dari kehidupan masyarakat Jepang yang akan saya ulik adalah tentang nasi bungkus. Apa yang ada dalam benak Anda bila kita berbicara tentang nasi bungkus?

Pasti sekepal nasi yang dibungkus dengan kertas minyak dan dijepret atau diberi karet gelang. Atau yang anda bayangkan adalah nasi yang dibungkus dengan daun dengan "sujen", tusuk dari bambu kecil, dengan lauk yang saling bercampur aduk di dalamnya. Begitulah rupa nasi bungkus di Indonesia. Nasi, lauk, sayur bahkan sambal dan kadang sendok plastik pun ikut tercampur menjadi satu. Bila dilihat sekilas tidak ada keindahan dari nasi bungkus kita, sudah menjadi hal jamak dalam pemikiran banyak orang Indonesia kebanyakan adalah "pokok e wareg"(asalkan kenyang) begitulah kira-kira gambaran nasi bungkus yang menjadi makanan kelas menengah bawah di Indonesia.

Bagaimana dengan nasi bungkus yang satu ini?

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Lalu apa yang anda pikirkan dengan nasi bungkus yang ini?
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Foto-foto tersebut adalah nasi bungkus yang ada di Jepang. Jangan dibayangkan tidak ada nasi bungkus di Jepang ya. Seperti halnya di Indonesia, di Jepang juga ada nasi bungkus lho. Namun penampilannya berbeda.

Nasi bungkus di Jepang tidak dijajakan di kaki lima pinggir jalan atau warteg, tahu kenapa? Karena memang tidak ada penjual kaki lima dan warteg di Jepang...hehehe...

Penyajian yang rapi dan keindahan komposisi makanan yang disajikan sudah menjadi ciri khas masakan-masakan Jepang pada umumnya. Karena sudah menjadi budaya, maka penyajian nasi bungkuspun dibuat semenarik mungkin. Banyaknya nasi, lauk dan sayur benar-benar dipikirkan, masalah perpaduan warna agar menggugah selera makan juga diperhatikan. Dan satu lagi yang tidak kalah penting, selalu ada bahan-bahan dan bumbu yang digunakan ditulis dan ditempelkan di luar kotak. 

Dengan dituliskannya bahan-bahan yang digunakan akan memudahkan kita melihat bahan penyusun nasi bungkus tersebut. Bagi yang mempunyai alergi tehadap suatu bahan makanan bisa menghindarinya, misalkan yang mempunyai alergi telur atau seafood. Begitu juga untuk saudara muslim bisa mengetahui dengan cepat bahan yang digunakan dalam nasi bungkus yang akan dibelinya, apakah terbuat dari bahan yang halal atau non halal. Karena kadang walaupun kelihatannya hanya sebuah mie spaghetti atau seafood tempura kadang bisa menjadi makanan non halal saat kecap atau bumbu lainnya dicampur dengan mirin atau minyak tertentu (yang biasanya di Jepang kebanyakan menggunakan minyak dari babi).

Andai nasi bungkus di Indonesia juga mencantumkan bahan-bahan pembuatnya dan tidak asal dibungkus saja mungkin kita bisa lebih selektif memilih bahan makanan yang masuk ke dalam tubuh kita.

Oh ya, saat membeli nasi di supermarket dan Anda ingin segera memakannya maka anda juga bisa meminta pegawai toko untuk menghangatkan nasi bungkus anda di microwave lho. Dan eh, jangan khawatir bila plastiknya dipanaskan akan mengubah rasa. Kotak plastiknya sudah dirancang tahan panas di dalam microwave selama 2 menit dan tentu saja plastiknya memang aman untuk makanan.

Saat jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, maka anda cukup membayar nasi bungkus separuh harga. Asyiikk,.... hehheehe,...

Berikut ini beberapa bentuk "nasi bungkus" ala Jepang:

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Menariknya penampilan nasi bungkus yang dijajakan di supermarket, kombini dan toko di dekat stasiun di Jepang kadang membuat sayang untuk dimakan ya... Tapi kalau Anda lapar, ya langsung dimakan saja,... hehehe,...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun