Selamat malam pembaca...sudah makan?
kali ini hal unik dan menarik dari kehidupan masyarakat Jepang yang akan saya ulik adalah tentang nasi bungkus. Apa yang ada dalam benak Anda bila kita berbicara tentang nasi bungkus?
Pasti sekepal nasi yang dibungkus dengan kertas minyak dan dijepret atau diberi karet gelang. Atau yang anda bayangkan adalah nasi yang dibungkus dengan daun dengan "sujen", tusuk dari bambu kecil, dengan lauk yang saling bercampur aduk di dalamnya. Begitulah rupa nasi bungkus di Indonesia. Nasi, lauk, sayur bahkan sambal dan kadang sendok plastik pun ikut tercampur menjadi satu. Bila dilihat sekilas tidak ada keindahan dari nasi bungkus kita, sudah menjadi hal jamak dalam pemikiran banyak orang Indonesia kebanyakan adalah "pokok e wareg"(asalkan kenyang) begitulah kira-kira gambaran nasi bungkus yang menjadi makanan kelas menengah bawah di Indonesia.
Bagaimana dengan nasi bungkus yang satu ini?
Nasi bungkus di Jepang tidak dijajakan di kaki lima pinggir jalan atau warteg, tahu kenapa? Karena memang tidak ada penjual kaki lima dan warteg di Jepang...hehehe...
Penyajian yang rapi dan keindahan komposisi makanan yang disajikan sudah menjadi ciri khas masakan-masakan Jepang pada umumnya. Karena sudah menjadi budaya, maka penyajian nasi bungkuspun dibuat semenarik mungkin. Banyaknya nasi, lauk dan sayur benar-benar dipikirkan, masalah perpaduan warna agar menggugah selera makan juga diperhatikan. Dan satu lagi yang tidak kalah penting, selalu ada bahan-bahan dan bumbu yang digunakan ditulis dan ditempelkan di luar kotak.Â
Dengan dituliskannya bahan-bahan yang digunakan akan memudahkan kita melihat bahan penyusun nasi bungkus tersebut. Bagi yang mempunyai alergi tehadap suatu bahan makanan bisa menghindarinya, misalkan yang mempunyai alergi telur atau seafood. Begitu juga untuk saudara muslim bisa mengetahui dengan cepat bahan yang digunakan dalam nasi bungkus yang akan dibelinya, apakah terbuat dari bahan yang halal atau non halal. Karena kadang walaupun kelihatannya hanya sebuah mie spaghetti atau seafood tempura kadang bisa menjadi makanan non halal saat kecap atau bumbu lainnya dicampur dengan mirin atau minyak tertentu (yang biasanya di Jepang kebanyakan menggunakan minyak dari babi).
Andai nasi bungkus di Indonesia juga mencantumkan bahan-bahan pembuatnya dan tidak asal dibungkus saja mungkin kita bisa lebih selektif memilih bahan makanan yang masuk ke dalam tubuh kita.
Oh ya, saat membeli nasi di supermarket dan Anda ingin segera memakannya maka anda juga bisa meminta pegawai toko untuk menghangatkan nasi bungkus anda di microwave lho. Dan eh, jangan khawatir bila plastiknya dipanaskan akan mengubah rasa. Kotak plastiknya sudah dirancang tahan panas di dalam microwave selama 2 menit dan tentu saja plastiknya memang aman untuk makanan.
Saat jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, maka anda cukup membayar nasi bungkus separuh harga. Asyiikk,.... hehheehe,...
Berikut ini beberapa bentuk "nasi bungkus" ala Jepang: