Mohon tunggu...
Yulia Rahmawati
Yulia Rahmawati Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa FISIP Universitas Airlangga Surabaya

Menulis adalah salah satu cara mengabadikan ingatan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta?

19 Juli 2022   18:07 Diperbarui: 19 Juli 2022   18:11 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bunga pergi meninggalkan gedung kampus dengan motor maticnya. Saat akan melewati pintu gerbang, tiba-tiba Raka menghadangnya dari depan. Hal itu sukses membuat Bunga jantungan dan rasa ingin mengumpati Raka.

"He cicak! Gila ya lo. Kalau tadi gue jantungan terus jatuh gimana? Rada sinting nih orang." Raya mencak-mencak karena ulah Raka.

"Yaelah maaf bu bos. Gue niatnya mau nebeng lo, makanya gue berhentiin lo." Ucap Raka dengan wajah di melas-melaskan.

"Nggak, pulang aja sendiri. Ogah gue males sama lo. Gatau pokoknya gue marah sama lo." Saat Bunga akan melajukan gas motornya, kunci motor Bunga dicabut oleh Raka. Raka tersenyum penuh kemenangan karena berhasil mencabut kunci motor Bunga.

"Balikin nggak Rak. Sini gue mau balik, capek gue." Bunga turun dari motor dan mencoba meraih kunci yang dipegang Raka, namun sayang Bunga terlalu pendek untuk mengambil kunci yang sekarang di angkat tinggi oleh Raka.

"Makanya gue bareng ya Bunga sayang. Ya ya ya?" Saat memohon seperti ini mengapa Raka begitu tampan dan keren dimata Bunga. Bunga tersadar dan segera menepis pikiran anehnya.

"Ish lo nyebelin banget sih Rak." Bunga meninju lengan Raka yang mendapat respons aduh  dari Raka. " Lagian tumben lo ga bawa mobil. Banyak utang ya lo makanya lo jual mobil?".

"Ngaco lo, mobil gue tadi mogok terus sekarang gue tinggal di bengkel." Tanpa persetujuan Bunga, Raka segera duduk di jok motor Bunga dan bersiap untuk mengemudikannya. "Ayo Bung, lo nggak naik?"

"Eh kurang ajar lo emang gue udah iyain?"

"Capek  debat sama lo terus."

"Pakai helm dulu kali Raka ganteng, lo mau ketilang ? Ambil helm gue satunya di jok."

Setelah mengambil helm cadangan yang selalu Bunga bawa mereka menaiki motor bersama. Udara sore ini cukup menyegarkan dan sedikit mendebarkan jantung Bunga. Bunga tidak pernah sebahagia ini dibonceng oleh seseorang, mengapa dibonceng Raka seperti ada kupu-kupu yang menggelitiki perutnya. Asyik dengan pikiraanya, sampai-sampai Bunga tidak sadar kalau Raka tidak berjalan ke arah jalan rumah mereka.

"Loh, Rak. Kita mau kemana? Bukannya perempatan udah kelewat ?"

"Gue mau ajak lo kencan." Jawaban dari Raka sukses membuat jantung Bunga berdebar dua kali lebih cepat dan membuat otak Bunga sedikit blank.

"Hah? Gimana, gimana?" Bunga masih tak paham akan ucapan Raka.

"Yaelah Bung , gue mau ajak lo makan aja sih sambil jalan-jalan sore. Udah lama juga kita nggak jalan bareng gini lagi. Habisnya lo sibuk mulu deh sama penelitian-penelitian lo itu. Sok sibuk lebih tepatnya."

"Yeeeeeeeee, serah gue ya. Tapi iya sih kita lama ya nggak main bareng."

Setelah itu tak ada percakapan diantara mereka.  Raka sibuk dengan jalanan yang dilalui dan Bunga masih sibuk dengan kebingungan jawaban Raka "kencan" sebegitu besar efek kata kencan di pendengaran Bunga, sampai-sampai Bunga terus berdebar tidak jelas. Padahal Raka dan Bunga sudah lama berteman dan Raka sering menggombali Bunga. 

Namun, hari ini mengapa perkataan Raka tadi terdengar dahsyat bagi kesehatan jantung Bunga. Ah, Bunga menemukan jawaban mungkin kita jarang ketemu aja, jadi rasanya kaya beda aja. Iya jarang ketemu, ini pertamanya gue sama Raka jalan bareng lagi setelah sekitar 2 bulan gue cuma chatingan dan itupun jarang. Maklum tugas numpuk banget.

Raka mengehntikan motornya dan segera menarik tangan Bunga untuk menuju sebuah tempat dimana Bunga sendiri juga belum tahu kemana Raka akan menariknya. Ternyata tempat yang mereka datangi adalah bazar makanan yang diadakan oleh seorang food blogger terkenal. 

Raka tahu kalau Bunga adalah pecinta makanan. Tak jarang Bunga menabung untuk menghabiskan liburanya dengan kulineran . Jangan ditanya bagaimana ekspresi Bunga sekarang ketika melihat banner berukuran besar yang bertuliskan Bar Bar Bazar.

"Lo boleh beli apa aja, gue yang bayar." Raka menoleh pada Bunga dan menunjukkan senyum simpulnya.

"Hah beneran? Sumpah demi apa lo?" Bunga masih tidak percaya dengan ucapan Raka.

"Bener, serius, dua rius deh. Gue habis menang lomba  essay. Ya buat beliin lo makanan sih cukup."

Bunga benar-benar tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Memang secinta itu Bunga dengan makanan. 

Raka  yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah lucu Bunga yang sibuk menengok ke kanan dan ke kiri. Setelah beberapa saat Bunga sudah memborong banyak makanan yang beranekaragam.

"Busyet, habis segitu banyak?"

"Gue beli banyak, gue ngga makan sendiri. Kita makan bareng-bareng ya. Tuh ada meja kosong disitu yuk." Bunga mengajak Raka duduk di kursi ujung Bazar yang kosong.

"Nih, lo tinggal pilih mau yang mana. Eh gue tadi beli ayam goreng kunyit kesukaan lo. Nih!." Bunga menunjukkan kotak berisi ayam goreng kunyit kesukaan Raka.

"Thank you sayangku." Raka mengambil ayam goreng dari tangan Bunga. Sedangkan Bunga semakin tak tahu apa yang terjadi dengan jantungnya setelah mendengar kata sayang dari mulut Raka. 

Buru-buru Bunga menetralkan hatinya dan cepat membuka kantong kresek berisi risol dan memakannya dengan lahap, ya memang Bunga k

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun