Pendahuluan
      Setiap individu pasti berbeda satu dengan yang lainnya. Begitu juga setiap siswa di kelas pasti berbeda antara satu dengan yang lainnya. Keragaman dalam pembelajaran siswa merupakan aspek penting dalam dunia pendidikan. Pendidikan di Indonesia sampai saat ini masih belum banyak perubahan, sekolah-sekolah masih menerapkan pembelajaran konvensional dimana pembelajaran berpusat pada guru, tanpa memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Di sekolah masih banyak guru yang belum memahami keberagaman dari setiap siswa. Mereka merasa tertarik dan tertantang dengan keberagaman ini, namun mereka tidak selalu memberikan respons yang memadai terhadap beragam kebutuhan siswa. Guru cenderung mengandalkan pendekatan mengajar yang pernah dialaminya saat di sekolah atau menggunakan pendekatan satu ukuran untuk semua karena menganggap kebutuhan semua siswa adalah sama. Mengharapkan semua siswa melakukan aktivitas yang sama, bekerja dengan kecepatan yang sama, mengerjakan pekerjaan rumah yang sama, dan mengerjakan ujian yang sama. Akibatnya masih banyak siswa yang belum terpenuhi kebutuhan belajarnya. Kebutuhan belajar siswa dapat dilihat dari keberagaman masing-masing siswa. Keragaman tersebut mencakup perbedaan latar belakang, kemampuan, minat, gaya belajar, dan karakteristik pribadi lainnya. Pendidikan haruslah sadar bahwa, setiap anak adalah unik dan memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak yang lainnya. Keberagaman dari setiap individu murid harus selalu diperhatikan, karena setiap peserta didik tumbuh di lingkungan dan budaya yang berbeda sesuai dengan kondisi geografis tempat tinggal mereka (Andini, D. W., 2016).
Isi
Mengenali dan mengelola keragaman ini membantu menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif, adil, dan bermakna. Hal ini juga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan pengajaran dengan memungkinkan pendekatan yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa yang berbeda. Pembelajaran yang berpusat pada keragaman adalah tentang memahami bagaimana perbedaan-perbedaan ini dapat digunakan utuk mendorong pertumbuhan, kreativitas, dan pemahaman bagi semua siswa (Wati, T., Sari, I. S., & Andriani, O., 2024). Siswa yang beragam baik dari latar belakang, kemampuan, minat, gaya belajar dan karakteristik ini dapat dipenuhi kebutuhan belajarnya menggunakan pendekatan pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid (Tomlinson dikutip dalam Fitriyah, F., & Bisri, M., 2023). Pembelajaran berdiferensiasi memandang siswa secara berbeda dan dinamis dimana guru melihat pembelajaran dengan berbagai sudut pandang. Pembelajaran berdiferensiasi bukan berarti pembelajaran yang diindividukan. Tetapi, lebih mengarah pada pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan siswa melalui pembelajaran yang independen. dan memaksimalkan kesempatan belajar siswa (Marlina, 2020). Fitriyah & Bisri (2023) menyatakan model pembelajaran berdiferensiasi diantaranya (1) Diferensiasi konten, konten adalah apa yang kita ajarkan kepada murid. Konten dapat dibedakan menjadi tanggapan terhadap kesiapan, minat, dan profil belajar murid maupun kombinasi dari ketiganya. Guru perlu menyediakan bahan dan alat sesuai dengan kebutuhan belajar murid, (2) Diferensiasi proses, proses mengacu pada bagaimana murid akan memahami atau memaknai apa yang dipelajari. Diferensiasi proses dapat dilakukan dengan cara: (a) menggunakan kegiatan berjenjang, (b) menyediakan pertanyaan pemandu atau tantangan yang perlu diselesaikan di sudut-sudut minat, (c) membuat agenda individual untuk murid (daftar tugas, memvariasikan lama waktu yang murid dapat ambil untuk menyelesaikan tugas, dan (d) mengembangkan kegiatan bervariasi. (3) Diferensiasi produk-produk adalah hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukkan murid kepada kita (karangan, pidato, rekaman, diagram) atau sesuatu yang ada wujudnya. Produk yang diberikan meliputi 2 hal: (a) memberikan tantangan dan keragaman atau variasi, (b) memberikan murid pilihan bagaimana mereka dapat mengekspresikan pembelajaran yang diinginkan. Komitmen pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi menurut Marlina (2020), meliputi:
- Menggunakan asesmen. Termasuk di dalamnya memperhatikan masukan, kesiapan, minat dan bakat siswa.
- Menggunakan hasil asesmen untuk mendiferensiasikan lingkungan belajar, pembelajaran, dan evaluasi.
- Memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
- Membuat penyesuaian (dilakukan kapan saja) untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak dapat diperkirakan.
Pakar dalam bidang ini, mencetuskan lima prinsip dasar sebagai panduan bagi guru dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi (Zulkarnain & Khoir, 2023).
Lingkungan Belajar
      Lingkungan belajar mencakup ruang fisik di sekolah dan kelas, tempat siswa belajar belajar. sementara itu, iklim belajar mengacu pada suasana dan kondisi yang dirasakan siswa saat belajar, termasuk hubungan dan interaksi dengan sesama siswa dan guru (Amalia, Rasyad, & Gunawan, 2023)
Kurikulum Yang Berkualitas
      Sartono (2024) mengutip Sartono & Wahyudin dalam kurikulum yang berkualitas, tujuan harus jelas sehingga guru memahami arah yang ingin dicapai pada akhir pembelajaran. fokus guru seharusnya pada pemahaman siswa terhadap materi, bukan sekedar menghafalnya. Tujuan utama pembelajaran adalah agar siswa benar-benar memahami materi dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Guru perlu menyesuaikan kurikulum agar menantang semua siswa, termasuk mereka yang memiliki kemampuan di atas, sedang, atau di bawah rata-rata. Bagi siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata, guru perlu memberikan tantangan yang lebih mendalam agar mereka tetap tertarik dan termotivasi dalam belajar.
Asesmen Berkelanjutan
      Asesmen berkelanjutan adalah praktik dimana guru secara konsisten melakukan asesmen formatif selama proses pembelajaran. Tujuannya untuk meningkatkan metode pengajaran dan memastikan pemahaman peserta didik terhadap materi yang diajarkan (Sasmayunita, Haerul, Thahir, & Afriyanti, 2023). Dalam asesmen formatif ini, nilai tidak diberikan; sebaliknya, itu berfungsi sebagai alat diagnostik untuk mengidentifikasi hambatan yang dihadapi peserta didik dalam pemahaman materi, memahami apa yang belum dipahami, dan membantu guru merancang strategi untuk meningkatkan pemahaman mereka. Guru juga dapat memberikan tes singkat pada akhir pembelajaran kepada peserta didik untuk memastikan pemahaman mereka terhadap materi yang telah dijelaskan. Asesmen akhir ini bermanfaat bagi guru untuk mengevaluasi apakah peserta didik telah benar-benar memahami pelajaran atau masih memerlukan penjelasan lebih lanjut. Hasil asesmen ini membantu guru menentukan area-area yang perlu diulang atau diperjelas, memberikan bantuan tambahan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan, dan menilai efektivitas metode pengajaran yang digunakan. Tentu saja asesmen semacam ini tidak dianggap dalam hal penilaian, tetapi lebih sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran.