Mohon tunggu...
Novertina Iyai
Novertina Iyai Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa Universitas cendrawasi

Jurnalis dan mahasiwa

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Menemukan hidup dibalik tulisan, Perjalan Seorang Anak Papua

13 Desember 2024   12:35 Diperbarui: 13 Desember 2024   12:35 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yulianus Magai Jurnalis Tribun-papua saat meliput pilkada 2024 (Istimewa) 

" SAya akan hidup dari dan untuk menulis" Mengapa saya memulai tulisan ini dengan pertanyaan ?  Karena inilah inti dari keputusan terbesar dalam hidup saya, keputusan yang tidak dapat diganggu gugat oleh siapa pun. Ya, saya memilih untuk hidup dari dan untuk menulis. Keputusan ini bukan tanpa tantangan, terutama ketika saya sempat berselisih pendapat dengan Bapa saya mengenai masa depan saya.


Bapa ingin saya kuliah di jurusan pertambangan dan bekerja di PT Freeport Indonesia. Untuk mewujudkan keinginannya, saya bersekolah di SMK Negeri 3 Jayapura jurusan pertambangan, yang memiliki program pendidikan selama empat tahun. Namun, di balik semua itu, saya tetap menghidupkan mimpi saya sendiri: menjadi seorang jurnalis.


Awal Mula Menulis


Saya mulai menulis aktivitas harian selama enam bulan, sebuah langkah kecil yang menjadi fondasi perjalanan saya. Kemudian, saya bergabung dengan Majalah Metro Papua, sebuah majalah yang digagas oleh organisasi RPM Simapitowa. Sayangnya, setelah tiga edisi, majalah ini berhenti terbit tanpa alasan yang jelas. Namun, pengalaman ini mengajarkan saya bahwa kegagalan adalah bagian dari perjalanan menuju kesuksesan.


Ketika Metro Papua berhenti, saya tidak menyerah. Saya bertemu dengan Tresia Tekege, seorang jurnalis di Cenderawasih Pos (Cepos) Papua. Kami berdua bergabung dengan Wagadei.id, sebuah media lokal yang dipimpin oleh Abeth Youw, seorang jurnalis senior dari Jubi Papua. Di Wagadei, saya dan Kak Tresia sering keliling Jayapura mencari berita, meskipun itu adalah kerja bakti tanpa gaji. Namun, di sanalah saya mulai memahami pentingnya dedikasi dan komitmen.


Mengasah Diri di Dunia Jurnalistik


Pengalaman di Wagadei memberi saya banyak pelajaran. Saya beberapa kali dipercaya untuk meliput isu lingkungan bersama Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Bahkan, saya berkesempatan terbang ke Makassar untuk mempresentasikan isu krisis air di Jayapura. Perjalanan ini tidak hanya mengasah kemampuan jurnalistik saya, tetapi juga memperluas wawasan saya tentang pentingnya peran media dalam menyuarakan isu-isu penting.


Salah satu pengalaman yang paling berkesan adalah ketika saya meliput dampak krisis air di Jayapura. Saya melihat sendiri bagaimana masyarakat berjuang mendapatkan air bersih, dan itu membuat saya semakin sadar bahwa jurnalisme bisa menjadi alat perubahan. Saya ingin tulisan-tulisan saya menjadi suara bagi mereka yang tak terdengar.


Kak Tresia, sosok perempuan Papua yang inspiratif, menjadi panutan saya dalam dunia jurnalistik. Melihat dedikasi dan semangatnya, saya semakin termotivasi. Dia berhasil menjadi jurnalis di Cepos Online, dan itu membuat saya percaya bahwa saya pun bisa mencapai mimpi yang sama. Setelah beberapa kali mencoba, saya mengikuti tes di Tribun Papua dan berhasil menjadi bagian dari tim mereka sebagai jurnalis.


Peran Jurnalistik dalam Kehidupan


Menjadi jurnalis bukan hanya pekerjaan bagi saya, melainkan panggilan hidup. Setiap berita yang saya tulis adalah bentuk tanggung jawab saya kepada masyarakat, terutama masyarakat Papua yang sering kali suaranya tidak sampai ke publik nasional. Saya percaya bahwa tulisan memiliki kekuatan untuk membuka mata, menggerakkan hati, dan mengubah dunia.


Saya juga melihat bagaimana jurnalisme dapat memperjuangkan hak-hak masyarakat. Misalnya, ketika saya meliput isu lingkungan, saya melihat bagaimana informasi yang benar dapat mendorong aksi nyata. Jurnalisme, bagi saya, adalah sarana untuk memberikan dampak positif, tidak hanya bagi individu tetapi juga komunitas secara keseluruhan.


Pesan untuk Anak Papua


Perjalanan saya di dunia jurnalistik tidaklah mudah, tetapi saya ingin berbagi pesan kepada anak-anak Papua: konsistensi adalah kunci. Apa pun bidang yang kalian tekuni, tetaplah percaya pada mimpi kalian dan jangan pernah menyerah. Dunia mungkin akan memberikan banyak tantangan, tetapi jangan biarkan itu mematahkan semangat kalian.


Untuk kalian yang memiliki mimpi besar, jangan takut untuk melangkah. Mulailah dari langkah kecil, seperti saya yang memulai dengan menulis aktivitas harian. Jangan ragu untuk belajar dari orang-orang yang lebih berpengalaman, seperti saya belajar dari Kak Tresia dan Abeth Youw. Jadikan setiap pengalaman sebagai pelajaran berharga.


Hari ini, saya berdiri di sini sebagai seorang jurnalis yang bangga dengan perjalanan hidupnya. Saya hidup dari dan untuk menulis, dan ini adalah cerita saya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun