Aku berdiri disini laiknya pohon sedang  menjejakkan tanah  untuk menguatkan
Lalu kulihat dirimu mirip  pengelana yang kehilangan kompas dan gairah kehidupanÂ
Lenganmu mengembang seperti sebuah pengumumanÂ
Aku senang dan bahagia, Â teman serta handai taulan
Aku hanya satu pohon sandaran tempatmu menangis, Â merutuk, Â atau diri yang kehilangan
Aku yang tahu sebenarnya apakah dirimu wujud penuh  kekosongan, tak pernah  mencari  keheninganÂ
Panggung, Â panggung, Â bagimu semua soal yang harus ditampilkan
Aku masih berdiri disini menikmati sepoi angin dan  menjadi sandaran
Melihatmu lelah berlari,  mencari dan bersembunyi pada ambisi  letih nian
Diamlah disini,  duduklah dan cari  keheninganÂ
Mungkin  ada saatnya  berhenti  berjalan atau berlari saat mulai  kelelahan
Tanggalkan kepalsuan
Tanggalkan rasa kekosongan
Aku masih berdiri disini seperti pohon
Kadang ada badai yang coba kulawan
Atau kunikmati semua mirip makanan dalam nampan
Kau ada dan bersandar, ataupun  tak  ada, aku masih sama,  aku menjadi  rerindangan
Yang melihat mereka berlarian
Saling memukul dan menjegal di belakang tabir yang ada di kegelapan dalam tampilan menyilaukan
Dirimu, kegelapan  dan pakaian menyala untuk menutupi kekurangan
Kemarilah, membekulah seperti  diriku,  saat mencari  apa  yang kau bingungkan
Biarkan terang itu menyala bahkan dalam kegelapan
Lalu dirimu laik menjadi sandaran yang penuh kekuatan dan lampu  menyala kebaikan
Singkirkan semua panggungmu, aku peduli padamu sebenarnya, tetapi kepalsuanmu mengenaskan mirip patron jahitan yang dipaskan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H