Mohon tunggu...
yulianto liestiono
yulianto liestiono Mohon Tunggu... Freelancer - perupa

Lahir di Magelang. Pendidikan terakhir ISI (Institut Seni Indonesia )Jogjakarta. Tinggal di Depok

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membaca Karya Edo Abdullah

4 Januari 2019   19:45 Diperbarui: 4 Januari 2019   20:00 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Seni rupa, khususnya seni rupa Jakarta terus saja bertumbuh. Lihat saja berbagai pameran, baik di TIM, Balai Budaya dan beberapa galeri swasta di Jakarta. Ada banyak pameran menarik  yang di adakan oleh seniman seniman muda.

Jakarta adalah kota yang sangat berbeda dibanding dengan kota lainnya di Indonesia. Kota yang menjadi ajang pertemuan banyak kebudayaan baik dari berbagai penjuru Indonesia maupun dari manca negara. Walaupun Informasi teknologi memungkinkan orang untuk melihat, mempengaruhi maupun dipengaruhi berbagai informasi yang sama dengan apa yang diterima di Jakarta, namun dunia realita Jakarta tetap mempunyai pengaruh yang berbeda dibandingkan dengan  realita di kota lainnya. 

Luasnya wilayah, sistim transportasi, pusat gaya hidup, beban dan penghasilan di Jakarta serta berbagai persoalan lainnya tentu memiliki pengaruh kuat terhadap manusia yang hidup di dalamnya.

Pameran lukisan karya Edo Abdullah di Marto galeri beberapa waktu lalu, menarik untuk dibaca sebagai salah satu materi untuk melihat keberadaan seni rupa  Jakarta saat ini.

Di tahun 2000 an ( sekitar 18 tahun lalu ) gelombang perubahan seni rupa Indonesia memiliki fluktuasi yang cukup ekstrim. Naiknya beberapa kelompok pemuda yang kemudian menempati posisi atas terjadi dengan sangat cepat, lihat saja Kelompok Jendela, yang sangat fenomenal. 

Lihat juga kecepatan popularitas Bob Sick, Ugo Untoro, S Teddy D, Nyoman Masriadi dan masih banyak lagi lainnya. Gelombang pelukis pelukis muda ini pada titik tertentu sempat menengelamkan para senior mereka, hingga harga karya "maestro" sempat terkoreksi walau hanya sesaat. 

Apa yang terjadi di Jogja juga terjadi di Jakarta, munculnya Hanafi yang segera memancing berbagai komentar dan polemik adalah bukti adanya perubahan yang cukup drastis dalam kehidupan senir rupa Jakarta. Namun demikian pada kenyataanya Jakarta pada di tahun 2000an karya dengan genre abstrak dan khususnya dengan sentuhan ala Hanafi menjadi subur terlihat dalam kanvas beberapa pelukis jakarta. Sedikit atau banyak karya Hanafi mempunyai pengaruh terhadap banyak karya di Jakarta.

Edo Abdullah adalah seniman Jakarta yang lahir tahun 1957,  tentunya telah memiliki pengamatan dan pengalaman dalam kehidupan seni rupa Jakarta. Walau pada awalnya ia lebih menekuni seni grafis ( baca, design) namun pada 2014 ia mulai terlihat memasuki dunia seni lukis Jakarta.  

Jadi dalam dunia seni lukis,  Edo Abdullah cukup muda. Hingga ia pantas dibaca sebagai pembawa bendera estafet seni rupa Jakarta setelah periode 2000 an.

Karya Edo Abdullah banyak saya lihat di dunia maya, khususnya karya karya digitalnya. Banyak pelajaran yang saya dapatkan dari postingan di web maupun sosmed miliknya. Karyanya menarik dan mewakili kekinian. Ia mahir menggunakan berbagai alat untuk merekayasa image, dari alat yang umum seperti Photoshop maupun alat yang khusus untuk melukis seperti Artrage. Karya digitalnya menunjukan ia memiliki tingkat kreatiftas yang diatas rata rata. 

Hal ini terlihat dari bagai mana cara ia mengolah image dengan mengkombinasikan efek dari berbagai alat yang disediakan dalam software. Ia juga mampu menampilkan citra yang rumit, hingga tak mudah untuk dilacak jejak atau proses terciptanya efek tersebut. Edo Abdullah tidak sekedar klik and drag namun mengolah berbagai kemungkinan yang dapat dicapainya.

Karya digital Edo Abdullah dapat menjadi ukuran untuk menentukan seberapa jauh kita memahami dan menguasai teknologi (IT) yang ada saat ini. Karya Edo Abdullah juga dapat menjadi ukuran seberapa besar nyali kita untuk mempelajari dan memahami teknologi yang tidak hanya berpengaruh dalam dunia seni rupa namun dalam peradaban manusia seluruh dunia. 

Pada poin inilah kita harus terus mencermati dan belajar seni rupa digital untuk memasuki dunia baru, dunia digital. Dan Edo Abdullah dapat dijadikan titik awal untuk berpikir dan bergerak.

Secara genre, barangkali karya Edo Abdullah tidak jauh berbeda dengan karya 2000 an khususnya karya karya abstrak. Namun karya Edo Abdullah tetap dapat dinikmati dan dibanggakan, karena karyanya memiliki tingkat artistik yang baik. Komposisi warna serta penumpukan garis garisnya dapat menghadirkan cerita atau paling tidak suara yang merdu. Ini sebuah kemewahan yang tak mudah ditemukan dalam karya abstrak lainnya.

Semoga pameran Edo Abdullah di Marto ini dapat menjadi triger baru untuk menghasilkan gelombang baru seni rupa Jakarta yang terasa adem ayem saat ini.

Yulianto Liestiono, analis seni rupa tinggal di Depok

nikmati karya Edo Abdullah  disini

http://edoabede.wixsite.com/digitalart

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun