Mohon tunggu...
Yulianti RatnaDewi
Yulianti RatnaDewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pendidikan Sosiologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Beban Ganda pada Perempuan sebagai Kajian Sosiologi Keluarga dan Gender

14 Februari 2022   18:08 Diperbarui: 14 Februari 2022   18:10 4634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Saat ini sudah tidak asing lagi jika seorang perempuan mampu menghasilkan pendapatannya sendiri dengan menjadi wanita karier. Meskipun perempuan tersebut telah menikah, mereka tetap mampu menjadi wanita karier  di samping menjadi ibu rumah tangga. 

Di Indonesia sendiri perempuan yang sudah menikah dia berperan dalam melakukan pekerjaan domestik yaitu mengurus pekerjaan rumah seperti mencuci, memasak, beres-beres, dan sebagainya. Sedangkan seorang laki-laki yaitu mencari nafkah. 

Oleh sebab itu selalu ada istilah kalau perempuan akan berakhir di dapur saja. Namun, seiring berjalannya waktu perempuan mampu membuktikan kalau mereka juga bisa menghasilkan pendapatan seperti laki-laki.

Banyaknya perempuan yang telah mampu menghasilkan pendapatan sendiri tidak serta merta mengubah peran perempuan dalam rumah tangga. Perempuan masih tetap dituntut mampu menjalankan pekerjaan rumah di samping pekerjaannya sebagai wanita karier . 

Hal ini karena dalam budaya patriarki seperti yang ada di Indonesia tidak jarang masih banyak masyarakat menganggap bahwa pekerjaan mengurus rumah hanya boleh dilakukan oleh perempuan, dan laki-laki dianggap tidak pantas. Sehingga banyak laki-laki enggan membantu istri mereka melakukan pekerjaan rumah .

Adanya situasi seperti menyebabkan peran ganda atau beban ganda bagi perempuan. Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia beban ganda (double burden) artinya beban pekerjaan yang diterima salah satu jenis kelamin lebih banyak dibandingkan jenis kelamin lainnya. Dengan beban pekerjaan yang lebih banyak dapat dianggap sebagai ketidakadilan gender.

Beban ganda pada perempuan dianggap sebagai ketidakadilan gender karena dapat memicu stres bagi perempuan yang disebabkan beratnya tuntutan di dunia kerja dan dalam rumah tangga, di samping itu juga tidak jarang perempuan yang bekerja akan mendapatkan stigma dari masyarakat yaitu dianggap bukan ibu dan istri yang baik karena tidak menjalankan perannya di rumah secara maksimal. 

Selain menimbulkan stres adanya beban ganda pada perempuan akan berdampak pada keluarga di mana waktu kumpul keluarga akan menjadi terbatas. 

Ketika di luar perempuan harus bekerja sebagai wanita karier, dan di dalam rumah sibuk mengurus pekerjaan rumah. Sehingga waktu pun habis melakukan pekerjaan, ini akan menyebabkan kurangnya interaksi dengan suami ataupun anak. 

Kurangnya interaksi sendiri akan menimbulkan permasalahan baru lainnya, misalnya penyimpangan yang dilakukan anak karena kurangnya perhatian orang tua.

Pentingnya masalah beban ganda pada perempuan ini diatasi, maka dalam menemukan solusi yang tepat masalah ini dapat dikaji dengan sosiologi keluarga dan gender. Apa itu sosiologi keluarga dan gender? 

Sosiologi keluarga  menurut  Salvicion G Balion dan Aracelis Maglaya adalah kajian pengetahuan yang menitikberatkan pada kajian interaksi keluarga dalam perannya masing-masing, sehingga memiliki konsekuensi bagi pelestarian budaya melalui lembaga terkecil dalam masyarakat, yaitu keluarga (Clara dan Wardani, 2020).

Kenapa harus mempelajari sosiologi keluarga? Seperti yang kita tahu keluarga itu adalah kelompok terkecil di masyarakat, di mana masyarakat sendiri terdiri dari kelompok keluarga, untuk menciptakan masyarakat yang orang-orangnya berkualitas dan mandiri maka itu semua diawali dari keluarga, hal ini karena  keluarga adalah pendidikan pertama bagi seorang anak. 

Dengan menciptakan keluarga yang baik maka akan tercipta masyarakat yang baik juga. Sosiologi keluarga sendiri mempelajari hubungan antar anggota keluarga, bagaimana peran-peran para anggotanya. 

Apabila hubungan antar keluarga dan peran antar anggotanya dijalankan dengan baik akan tercipta keluarga yang baik. Namun sebaliknya ketika peran tidak dilakukan sebagaimana mestinya misalnya ibu dan bapak tidak bisa menjalankan perannya maka akan terjadi disorganisasi yang berimbas pada anggota keluarga lainnya sepeti anak. 

Sedangkan sosiologi gender adalah sebuah kajian tentang gender dilihat dari perspektif sosiologi. Contohnya mengkaji tentang permasalahan dan isu gender dalam kehidupan sosial (Soedarwo, 2010).

Sosiologi gender hadir untuk mengatasi ketidakadilan gender yang ada di masyarakat. Khususnya pada perempuan yang lebih sering terjadi, seperti permasalahan beban ganda pada perempuan.

 

Daftar Pustaka

Clara, E., & Wardani, A. A. D. (2020). Sosiologi Keluarga. UNJ PRESS.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia. Ketidak Adilan Gender. Diakses dari: https://kemenpppa.go.id/index.php/page/view/23#:~:text=Beban%20ganda%20(double%20burden)%20artinya,banyak%20dibandingkan%20jenis%20kelamin%20lainnya.

Soedarwo, V. S. D. (2010). Pengertian gender dan sosialisasi gender. Jakarta: Universitas Terbuka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun