Di tepian senja, kita berdiri,Â
Antara rasa yang membara dan logika yang mendingin.
Hati bicara dalam bahasa cinta,
Namun akal membisikkan ragu yang tak sirna.
Rindu membelai halus di malam sepi,
Menyentuh lembut, menggugah jiwa.
Namun di balik gemuruhnya cinta,
Ada pertanyaan yang tak berujung di dada.
Kita belajar meniti di atas benang tipis,
Antara mimpi dan realita yang teriris.
Menimbang setiap kata, mengukur setiap langkah,
Agar cinta tak tergelincir dalam jurang lelah.
Dalam diam, kita temukan harmoni,
Rasa dan logika menari dalam irama yang serasi.
Di sana, cinta menemukan arti,
Lebih dari sekadar rasa, lebih dari sekadar mimpi.
Cinta ini bukan sekadar gemuruh hati,
Tapi juga sinar bening dari akal yang menyertai.
Dan di batas rasa dan logika yang sejati,
Kita temukan cinta yang hakiki, abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H