Mohon tunggu...
Yulianita Abu Bakar
Yulianita Abu Bakar Mohon Tunggu... Guru - Guru

There are things more important than happiness (Imam Syamil's son)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Batas Rasa dan Logika

22 Juni 2024   03:18 Diperbarui: 22 Juni 2024   05:19 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Di tepian senja, kita berdiri, 

Antara rasa yang membara dan logika yang mendingin.

Hati bicara dalam bahasa cinta,

Namun akal membisikkan ragu yang tak sirna.


Rindu membelai halus di malam sepi,

Menyentuh lembut, menggugah jiwa.

Namun di balik gemuruhnya cinta,

Ada pertanyaan yang tak berujung di dada.

Kita belajar meniti di atas benang tipis,

Antara mimpi dan realita yang teriris.

Menimbang setiap kata, mengukur setiap langkah,

Agar cinta tak tergelincir dalam jurang lelah.

Dalam diam, kita temukan harmoni,

Rasa dan logika menari dalam irama yang serasi.

Di sana, cinta menemukan arti,

Lebih dari sekadar rasa, lebih dari sekadar mimpi.


Cinta ini bukan sekadar gemuruh hati,

Tapi juga sinar bening dari akal yang menyertai.

Dan di batas rasa dan logika yang sejati,

Kita temukan cinta yang hakiki, abadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun