Tapi di sini, di rumah paman ku. Hidupku tidak juga mudah. Banyak sekali gangguan. 2 hari pertama aku sampai di sini. Bibi memarahi ku karena aku tidak bisa masak gulai ikan gurami. Esok nya, saat aku pergi ke warung, Aku di ganggu oleh anak-anak muda yang sedang duduk di pinggir jalan. Dan kemarin, Zalyan. Entah apa lagi masalah yang akan menghampiri.Â
Di sini aku tidak pergi salat Tarawih ke masjid. Aku memilih salat di kamar ku. Aku tidak berani keluar rumah di malam hari. Ini bukan kampung ku. Aku harus menjaga diriku di tempat orang. Itu pikiran ku.
Aku membiasakan diri tidur lebih awal. Di rumah aku biasa tidur jam 11 malam. Tapi semenjak aku sampai di rumah paman. Aku tidur jam 09 malam. Aku bangun jam 3 pagi untuk belajar. Belajar bahasa Inggris selama 1 jam. Membaca Quran 5 lembar, selebihnya aku pakai untuk menggambar atau membaca koran bekas. Dari pagi sampai sore aku akan sibuk di dapur dengan kue-kue kering. Selagi aku masih tinggal di rumah paman, Hanya dini hari waktu yang aku punya untuk diriku sendiri.Â
Sering aku teringat pada dua sahabatku, Po-pon dan Sarah. Aku iri pada mereka yang bisa berkuliah dengan beasiswa. Sementara aku yang tertinggal harus berhadapan dengan banyak masalah dan membawa perasaan bersalah. Aku ingin marah. Tapi marah pada siapa? Pada Tuhan kah? Tapi Tuhan pemilik segalanya.... Marah pada orang tua ku? Marah pada uni yang kawin muda dan pindah ke Palembang? Â
Ah........otak ku panas bila segala penyesalan dan pertanyaan itu datang. Lebih baik aku menyibukkan diri, menghadapi, menjalani serta menerima keadaan ku saat ini. Ramadan ini akan aku habiskan dengan bekerja di rumah paman. Dan aku akan bertahan di sini sampai aku menguasai bahasa Inggris. Agar nanti aku punya bekal untuk mencari pekerjaan lain yang lebih baik.
SelesaiÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H