Mohon tunggu...
Yulianita Abu Bakar
Yulianita Abu Bakar Mohon Tunggu... Guru - Guru

There are things more important than happiness (Imam Syamil's son)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Petani Mangrove yang Peduli Pada Lingkungan

8 Maret 2024   21:45 Diperbarui: 8 Maret 2024   21:54 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di pesisir pantai yang tenang, terhampar sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh hutan mangrove yang subur. Di sana, hiduplah seorang petani mangrove bernama Bambang. Bambang adalah sosok yang rendah hati namun penuh semangat untuk melestarikan lingkungan sekitarnya. Kehidupannya tidak pernah lepas dari hutan bakau yang menjadi sumber mata pencaharian.

Pagi itu, Bambang seperti biasa sudah bersiap-siap untuk pergi ke hutan mangrove. Sejak kecil, dia telah belajar betapa pentingnya menjaga lingkungan alam. Ayahnya, seorang nelayan, selalu menanamkan nilai-nilai kepedulian terhadap alam kepadanya. Sejak saat itu, Bambang bertekad untuk menjadi pelindung alam di desanya.

Saat memasuki hutan mangrove, Bambang segera merasakan udara segar yang mengalir di antara rimbunan pohon bakau. Di sana, dia melihat banyak sampah-sampah plastik yang terbawa oleh arus laut. Ini adalah pemandangan yang sudah biasa baginya, namun tetap membuat hatinya sedih.

Seperti biasa, Bambang mengumpulkan sampah-sampah plastik yang terjangkau tangan nya. Awalnya hanya bisikan perasaan. Lalu, menjadi rutinitas. Membersihkan hutan mangrove dari sampah-sampah yang mencemari lingkungannya. Meski pun terkadang merasa putus asa karena melihat betapa banyaknya sampah yang terus bertambah, Bambang masih tetap melakukannya.

Suatu hari, ketika sedang membersihkan hutan mangrove, Bambang menemukan sebuah botol plastik yang berisi secarik kertas. Dengan penuh rasa ingin tahu, dia membuka botol tersebut dan membaca isi kertas nya. 

Ternyata, itu adalah surat dari seorang anak perempuan yang tinggal di kota besar. Dalam surat itu, si anak menulis betapa dia khawatir dengan kondisi lingkungan dan meminta bantuan kepada siapa pun yang menemukan surat tersebut untuk membantu membersihkan lingkungan.

Surat itu membuat Bambang tersentuh. Dia menyadari betapa pentingnya peran setiap individu dalam menjaga kelestarian lingkungan. Ini menjadi semangat baru, Bambang memutuskan untuk tidak hanya membersihkan hutan mangrove, tapi juga untuk melakukan sosialisasi dan mengajak masyarakat sekitar untuk peduli terhadap lingkungan.

Dengan bantuan beberapa beberapa saudara, serta temannya, Bambang mulai mengadakan kegiatan-kegiatan sosial seperti pembersihan pantai, penyuluhan tentang pentingnya daur ulang, dan kampanye anti-sampah plastik. Usahanya mulai membuahkan hasil. Semakin banyak orang yang sadar akan pentingnya menjaga lingkungan, dan semakin sedikit sampah yang terbuang di hutan mangrove.

Namun, tantangan tidak pernah berhenti datang. Suatu hari, sebuah perusahaan besar datang ke desa mereka dengan rencana untuk membangun pabrik di tepi pantai. Rencana ini membuat Bambang dan warga desa lainnya khawatir akan dampaknya terhadap lingkungan.

Bambang tidak tinggal diam. Dia memimpin perlawanan terhadap rencana pembangunan pabrik tersebut. Bersama dengan warga desa, dia mengumpulkan bukti-bukti tentang dampak negatif yang akan ditimbulkan oleh pabrik tersebut, baik terhadap hutan mangrove maupun kehidupan masyarakat lokal.

Mereka juga mengajukan petisi kepada pemerintah setempat, meminta mereka untuk mempertimbangkan ulang izin pembangunan pabrik tersebut. Meski pun awalnya bertemu dengan banyak hambatan dan tantangan, namun Bambang dan warga desa tidak menyerah. Mereka terus berjuang dengan keyakinan bahwa mereka melakukan hal yang benar untuk melindungi lingkungan dan masa depan anak cucu mereka.

Akhirnya, setelah berbulan-bulan perjuangan, pemerintah setempat memutuskan untuk membatalkan rencana pembangunan pabrik tersebut. Keputusan tersebut menjadi kemenangan bagi Bambang dan warga desa. Mereka merayakan keberhasilan mereka dengan sukacita, namun juga dengan kesadaran bahwa perjuangan mereka belum selesai.

Bambang dan warga desa terus melanjutkan upaya mereka untuk menjaga kelestarian lingkungan. Mereka terus melakukan kegiatan pembersihan dan penanaman mangrove, serta mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga alam. Bersama-sama, mereka membuktikan bahwa kepedulian dan perjuangan untuk lingkungan dapat menghasilkan perubahan yang nyata.

Bulan demi bulan berlalu, Bambang dan warga desa terus bekerja keras menjaga kelestarian lingkungan mereka. Kegiatan pembersihan pantai dan penanaman mangrove menjadi rutinitas yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Mereka juga menggelar berbagai acara pendidikan lingkungan, mulai dari seminar hingga lokakarya di sekolah-sekolah setempat.

Dengan semangat yang terus berkobar, mereka berhasil menarik perhatian lebih banyak orang untuk bergabung dalam gerakan kepedulian lingkungan. Semakin banyak sukarelawan yang bergabung, semakin luas jangkauan upaya mereka untuk membersihkan pantai dan mengajak masyarakat untuk berubah.

Tidak hanya itu, Bambang dan warga desa juga mulai menjalankan program-program daur ulang. Mereka mengumpulkan sampah-sampah plastik dan bahan bekas lainnya untuk di daur ulang menjadi barang-barang baru yang dapat digunakan kembali. Inisiatif ini tidak hanya membantu mengurangi jumlah sampah yang mencemari lingkungan, tetapi juga memberikan peluang ekonomi bagi masyarakat desa.

Dengan adanya pendapatan tambahan dari hasil daur ulang, masyarakat desa mulai merasakan manfaat langsung dari upaya pelestarian lingkungan yang mereka lakukan. Mereka menjadi semakin termotivasi untuk terus berkontribusi dalam menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan mereka.

Selain itu, Bambang dan timnya juga mulai menjalankan program penyuluhan kepada para nelayan setempat tentang pentingnya menjaga ekosistem laut. Mereka mengedukasi para nelayan tentang teknik penangkapan ikan yang berkelanjutan dan memberikan informasi tentang daerah larangan penangkapan ikan untuk menjaga populasi ikan tetap lestari.

Respons dari masyarakat sangat positif. Para nelayan mulai memahami betapa pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem laut agar sumber daya laut tetap berkelanjutan. Mereka mulai menerapkan praktik-praktik yang telah mereka pelajari dalam kegiatan penangkapan ikan mereka, seperti menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan dan menghindari penangkapan ikan yang terlalu banyak.

Seiring berjalannya waktu, desa Bambang menjadi contoh bagi desa-desa lain di sekitarnya. Banyak desa-desa lain yang terinspirasi oleh keberhasilan mereka dalam menjaga lingkungan. Mereka mulai meniru program-program yang telah sukses dilaksanakan di desa Bambang, seperti program pembersihan pantai, penanaman mangrove, dan kampanye penyuluhan lingkungan.

Ketika melihat dampak positif yang mereka hasilkan, Bambang dan warga desa semakin termotivasi untuk terus bergerak maju. Mereka percaya bahwa perubahan yang mereka lakukan bukan hanya untuk saat ini, tetapi juga untuk masa depan generasi mendatang. Mereka ingin meninggalkan warisan yang berharga bagi anak cucu mereka, yaitu alam yang bersih dan sehat.

Namun, tantangan lainnya datang menghampiri mereka. Musim kemarau yang panjang mengakibatkan kekeringan di desa mereka. Sungai-sungai yang biasanya menjadi sumber air bersih kering, dan persediaan air bersih di desa semakin menipis.

Pemimpin, para pembuka di desa beserta warga segera bertindak cepat. Mereka mulai mencari solusi untuk mengatasi masalah kekurangan air tersebut. Salah satu ide yang muncul adalah memanfaatkan teknologi penampungan air hujan. Mereka membangun bak-bak penampungan air di berbagai lokasi strategis di desa, sehingga dapat menampung air hujan saat musim hujan tiba dan digunakan saat musim kemarau.

Selain itu, mereka juga mulai mengajak masyarakat untuk melakukan konservasi air dengan cara menggunakan air secara bijak dan mengurangi pemborosan. Mereka mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian sumber daya air, serta memberikan contoh-contoh praktis tentang bagaimana cara menghemat air dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan kerja keras dan kerja sama yang solid, mereka berhasil mengatasi masalah kekurangan air. Mereka belajar bahwa dengan kepedulian, kerja keras, dan kolaborasi, tidak ada masalah yang tidak bisa mereka atasi.

Pada suatu hari, ketika Bambang berjalan-jalan di tepi pantai yang bersih, dia merenung tentang perjalanan panjang yang telah mereka lalui. Dia merasa bangga dan bersyukur bisa menjadi bagian dari komunitas yang peduli terhadap lingkungan dan selalu siap berbuat yang terbaik untuk menjaga kelestarian alam.

 Baginya, menjaga lingkungan agar bersih dari sampah adalah tanggung jawab bersama yang harus dipikul oleh semua orang demi masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.

Dalam hati, dia berjanji untuk terus menjadi pelindung alam, karena rumah kita bukan hanya tempat kita tinggal, tapi juga tempat bagi semua makhluk hidup untuk hidup dengan harmoni dan seimbang.

Selesai

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun