Mohon tunggu...
Yulianingsih
Yulianingsih Mohon Tunggu... Guru - UPT SMPN 3 BANJIT

MOTTO HIDUP SAYA IALAH "TUNAS KELAPA"

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kekuatan Anak Petani

25 Juli 2024   21:45 Diperbarui: 25 Juli 2024   22:02 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Jangan Malu menjadi anak Petani

Ayah ibuku Seorang petani. Setiap hari ayah dan ibuku kekebun untuk bekerja. Namun, terkadang mereka ke kebun Tetangga untuk upahan menambah biaya sekolahku. Terkadang juga mereka upahan membuka jengkol, membelah pinang milik tetangga. Semua itu mereka lakukan untuk biaya hiduo dan terutam untuk kebutuhanku. Tak jarang juga banyak omongan tetangga yang membicarakan tentang kami. Entah itu berupa upatan atau pujian.


Namun itu semua Sungguh aku sangat bahagia dan bersyukur sekali. Aku memiliki mereka yang menyayangiku dengan tulus. Padahal aku tahu mereka bukan orangtua kandungku. Sejak lahir aku sudah diasuh mereka. Sebetulnya mereka adalah paman dan bibikku. Namun sejak lagir aku di asuh mereka sehingga aku sudah tak bisa berpisah dari mereka layaknya orangtua kandungku sendiri.


Meskipun aku keponakannya tetapi mereka sangat melarang aku untuk tidak memanggil mereka Ayah dan ibu. Mereka begitu menyayangiku dengan tulus dan aku sangat bersyukur. Banyak anak diluar sana yang tak seberuntung aku. Mereka mungkin tidak memiliki ayah ataupun ibu. Terkadang aku tidak percaya diri atas itu semua. entah terkait statusku dengan mereka ataupun status mereka sebagai petani.


Rasa itu ku buang sejauh mungkin. Aku berprinsip bahwa aku harus percaya diri, aku harus giat dalam segala hal, dan aku terus belajar untuk membanggakan kedua orangtuaku. Ketika di SMP aku sudah belajar mandiri. Sedikit banyak aku sudah bisa membantu kedua orangtuaku. Meskioun bantuan kecil yangbhanya cukup untuk uang saku.


Setiap pulang sekolah aku ikut tetanggaku berjualan Jagung rebus keliling kampung. Ibu dan ayahku tidak pernah melarang aku mau melakukan hal apapun. mereka mendidikku menjadi anak yang mandiri. Namun semuanya akan tetap dalam pengawasan mereka. aku melakukan hal tersebut tidak pernah merasa malu.


Selanjutnya ketika aku SMA, aku masih tetap berjualant. Setiap bel istirahat aku akan bersiap untuk berjualan.  Aku menjual makanan ringan yang dibuat oleh hasil rumahan.  Aku jualan dengan cara mengambil dari pedagang. Kemudian aku jual dengan seidkit naik dari harga modal. Meskipun hasilnya tidak besar tetapi cukup untuk jajan dan menabung. Terkadang aku juga sering mengerjakan tugas teman-temanku yang malas. Mereka membayarku dengan cukup lumayan. Hasil dari mengerjakan tugas teman langsung aku tabung.


Sungguh aku sangat heran dengan teman-temanku yang kaya dan berkecukupan dalam segala hal. Mereka selalu malas dan mengabaikan tugas-tugas sekolah. Mereka tidak bersyukur terkait keberuntungan yang dimiliki. Rasa syukur mereka sangat tipis sehingga menjadi pemalas. Aku sangat menyadari bahwa ketekunan dan semangat tanpa menyerah membuat siapapun akan bahagia.
Aku akan berjuang dan terus belajar. Ayah dan ibuku selalu memberikan dukungan yang kuat terhadapku. Ketika aku lulus sekolah mereka langsung mengatakan hal yang membuat aku tidak percaya dan pastinya senang. Ibuku berkata, "Nak carilah kampus dan pilihlah jurusan pendidikan". lalu ayahku menyambung kata, "Iya nak, carilah informasi tentang kuliah. Kamu harus kuliah. Ayah dan ibumu siap dalam segala hal untukmu asalkan kau benar-benar semangat dan tekun".


Sungguh hal tersebut membuat aku terdiam, tak percaya, dan bahagia pastinya. Aku meneteskan air mata. Lalu ayahku berkata lagi, "Nak jangan risau sebab ayah dan ibu tidak memiliki harta yang dapat ayah ibu berikan kepadamu. Hanya ilmu yang dapat kami berikan nak". Saat mendengar itu aku tidak banyak bicara aku langsung peluk mereka. Aku mencium kaki mereka dan aku berkata, "Ayah Ibu aku minta doa dan restu, InsyaAllah aku akan berjuang demi masa depanku dan demi kalian berdua".


Singkat cerita akhirnya aku masuk disalah satu Perguruan Tinggi di Lampung. Aku mengambil Jurusan pendidikan. Di kampus aku mendapat banyak hal baru. Aku mendapatkan banyak teman. Teman yang ku dapatkan baik dalam kampus, organisasi, dan bahkan di luar kampus. Seperti biasa, aku tidak mau hilang kesempatan. Sambil belajar aku juga sambil menambah uang saku. Aku termasuk mahasiswi yang tingkat kepercayaan diriku sangat tinggi. Aku dikenal di seluruh kampus karena aku percaya diri dan mandiri.


Hal tersebut aku buktikan ketika aku mencalonkan diri untuk ikut Lomba membaca Puisi. Hasilnya sangat memuaskan dan aku mendapat juara 1 tingkat Provinsi. Mungkin bagi sebagian orang itu tidak penting. Tapi bagiku itulah awal aku harus terus belajar dan belajar tanpa lelah.


Seperti biasa banyak anak-anak kuliah yang orangtuanya kaya dan berkecukupan. Mereka tidak lepas dari Fashion . Mereka berlomba-lomba adu Outfit kekampus. Namun mereka melupakan tugas mereka sebagai mahasiswa. Hal tersebut merupakan peluang bagiku. Aku menawarkan diri untuk menjadi jasa Tukang Ketik. Mereka dengan cepat memakai jasaku. Aku sangat bahagia sekali, karena aku mendapatkan uang tambahan. Namun aku tidak akan lupa dengan tugasku.


Mengingat hal itu rasa semangat dan rasa optimisku semakin menebal. Semangatku semakin menjadi-jadi. Aku terus banyak mengikutii dan mempelajari banyak hal. Suatu hari aku mendapatkan telepon dari Pamanku bahwa Ayahku masuk Rumah Sakit. Sungguh batinku tertusuk-tusuk dan jiwaku hancur. Orangtua yang aku sayangi dirawat di Rumah Sakit. Aku langsung menelpon  mereka dan bertanya mengapa mereka tidak mengabariku. Ayahku berkata dengan lantang, "Nak jangan Khawatrikan ayah, ayah baik- baik saja. Tetaplah fokus kuliah dan jangan pulang cuma karena ayah sakit. Ayah akan marah jika kamu pulang dan mengabaikan pelajaran di kampus!". Lalu aku dengan sedih menjawab, "Baik ayah, aku akan giat belajar dan ayah harus sembuh ya".


Kubiarkan Wajah muramku. Kusimpan dalam-dalam rasa sedihku. Kuperlihatkan wajahku yang terang bak Rembulan malam. Kupastikan wajahku tenang dengan menampakkan wajah yang tak sedih. Aku yakin Allah memberikan cobaan untuk menguji umatnya. Allah maha tahu dan memberikan yang terbaik untuk umatnya yang bersungguh-sungguh. Mungkin Allah mengujiku untuk melihat seberapa kuat dan seberapa besar imanku.


Jiwa juangku, rasa tekadku, dan semangatku mampu menerjang derasnya ombak yang mematikan. Akhirnya aku mampu melalui semuanya. Ternyata aku bangkit dan berhasil mencapai cita-citaku. Aku mampu meraih citaku yang setinggi langit dan seluas samudera. Aku lulus dengan hasil yang sangat memuaskan. Aku lakukan semua itu dengan Ikhtiar dan Do'a.
Aku sangat senang ketika aku menyelasaikan kuliah kedua orangtuaku masih sehat dan energik. Aku wisuda mereka sangat senang dan bangga. Aku sujud dikaki mereka dengan penuh rasa terimakasih dan syukur. Aku bersyukur Allah memberikan kesehatan kepada mereka berdua untuk melihat anaknya diputarkan tali toga. Bagi Ayah dan Ibuku aku menerangi dunia mereka. Oleh sebab itu, aku harus menjadi kebanggan mereka.


Setelah lulus kuliah aku tidak berdiam diri. Aku langsung mencari pekerjaan kesana kemari. Aku merantau ke pulau jawa untuk mencari pekerjaan dan upah yang layak. Alhamdulillah aku diterima disalah satu Bank Sawasta di Jakarta. Luar biasa senangnya mereka mendengar anak satu-satunya  langsung bekerja. Sangat jelas terlihat raut wajah mereka yang tulus memancarkan sinar kebahagiaan.


Namun belum sampai 3 bulan aku bekerja di Bank Swasta tersebut, aku dputuskan kontrak. Sistem kontrak di Jakarta ialah 1 tahun atau 12 bulan. Aku bekerja baru menginjak 3 bulan. Sungguh hal cepat bagiku, dimana orangtuaku sudah bahagia mendengar anaknya bekerja tetapi sudah tidak bekerja lagi. Perusahaan melakukan hal tersebut ada alasanya. Perusahaan mengalami sedikit kebangkrutan sehingga melakukan pengurangan karyawan.


 Salah satu karywannya ialah aku. Tetapi perusahaan tidak begitu saja memecat, mereka menyiapkan dan memberikan pesangon yang mnurutku sangat besar karena gaji 1 bulan di kalikan sisa kontrak. Aku sangat senang menerima pesangon yang diberikan perusahaan. Aku langsung pulang ke kampung halamanku. Aku bawa uang tersebut dan kuberikan semua kepada kedua orangtuaku. Mereka sedih anaknya tidak bekerja lagi, namun mereka senang anaknya pulang dari perantauan dan membawa uang yang cukup besar. Uang tersebut digunakan kedua orangtuaku untuk memperbaiki rumah.


Selang beberapa hari dirumah, aku tidak hanya diam. Aku langsung bergegas mencari pekerjaan yaitu sebagai Pendidik atau Guru. Alhamdulillah pucuk dicinta ulampun tiba. Aku datang ke sekolah saat aku masih SMP dulu. Aku langsung diterima tanpa pertanyaan ataupun alasan lainya. Tanpa persiapan apapun aku hanya membawa berkas lamaran Kepala Sekolah langsung memerintahkan aku mengajar. Rasa yang campur adukpun muncul dengan tiba-tiba. Aku merasa senang, takut, malu, bahkan aku Nervous. Aku bingung apa yang akan aku sampaikan. Namun sekali lagi aku adalah orang yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi, aku langsung bergegas masuk.


Sungguh aku diterima dengan baik oleh warga sekolahku. Aku langsung menemui guru-guruku sewaktu aku SMP dulu dan sekarang menjadi partner kerjaku  Mereka menerima dan mengingatku. Meskipun sudah lama guru-guruku masih mengingatku. Sebab dulu aku merupakan siswa yang rajin, mandiri, dan percaya diri. Tidak dipungkiri banyak Piala yang aku raih baik individu maupun kelompok.


Sesampainya dirumah aku memceritakan semuanya kepada ayah dan ibuku. Merkeka sangat bangga dan bahagia atas kerja kerasku. Mereka bangga atas semangatku tanpa menyerah. Tahunpun berlalu aku masih mengajar dan menjadi guru. Meskipun statusku Honorer aku bangga menjadi seorang guru. Aku mengikuti berbagai kegiatan diluar sekolah untuk menambawa wawasan.


Aku mengikut Program Guru Penggerak dan Alhamdulillah aku lulus. Aku tidak tahu kedepanya seperti apa. Namun aku meyakini setiap orang yang berusaha pasti akan meraih hasil. Meskipun mengikuti Guru Penggerak sulit untuk membagi waktu, aku harus bisa dan berusaha dengan baik. Sungguh suatu kebanggan aku lulus dalam program Guru Penggerak. Disekolah tempat aku mengajar semua guru sudah tua semua. Hanya beberapa guru yang masih muda. Namun yang termuda adalah aku. Oleh sebab itu aku harus menjadi anak muda yang dapat menginspirasi dan kreatif.

Berbagai pengalaman dan pemahaman yang ku dapatkan aku terapkan di sekolah. Aku menggerakan sekolah sesuai Kurikulum merdeka. Aku tidak melihat statusku sebagai honor atau bukan, namun aku harus berfokus pada peserta didik. Meskipun banyak cobaan baik dari luar sekolah atau bahkan dalam sekolah itu sendiri aku tetap semangat tanpa terpuruk sedikitpun. Nah Itulah penggalan kisahku.


Walau aku belum ASN, namun semua pengorbanan kedua orangtuaku tidak akan aku sia-siakan. Aku akan terus berjuang dan semangat demi mereka. Aku sangat bersyukur Allah memberikan kemudahan disetiap langkahku. Sekali lagi aku katakan kepada kalian semua jangan pernah malu memiliki orangtua seorang petani. Tapi malulah ketika kita tidak pernah mencoba. Malulah ketika kita tidak mau berusaha dan tidak berguna.


Meskipun aku telah sukses menjadi sarjana dan seorang guru, aku tetap mengakui bahwa aku anak dari seorang petani. Aku anak petani yang bersyukur dan terus belajar agar dapat meraih cita-cita dan sukses. Aku membuat kedua orangtuaku bangga atas diriku. Aku tunjukkan kepada dunia bahwa anak seorang petani berhak mendapatkan kebahagiaan dan kesuksesan. Terimakasih ayah. Terimakasih ibu. Aku menyayangi kalian lebih dari apapun. Doakan terus anakmu ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun