Mohon tunggu...
Yuliani Telo
Yuliani Telo Mohon Tunggu... -

Karna saya berhak menghirup udara di dunia ku sendiri..^.^\r\nhttp://coretansitelo.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Karena Perhelatan Kompasiana, Aku Menemukannya Kembali

12 Desember 2011   15:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:26 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiba-tiba pandanganku gelap,entah apa yang terjadi. Sebuah lorong menarikku ,hilang dan membawaku pada sebuah deretan kursi penumpang,seperti sebuah stasiun.

Lama aku menatapnya,sosok yang jelas sangat aku kenal. Gelisah, seperti menanti sesuatu yang begitu berharga, wajahnya sedikit pucat, sebentar menilik sekitar lalu melihat jam kemudian tertuju pada ponselnya yang berbunyi.

Ku perhatikan lagi,wajahnya berubah sumringah ketika ia menerima telpon tersebut. Sejurus kemudian matanya mulai mencari lagi menjelajah setiap sudut stasiun. Aku ikut mencari arah ketika ia melambaikan tangan pada sosok yang mendekatinya. Ya,aku mengenal pria itu,sangat mengenalnya.

Entah magnet apa yang membawa ku mengintil di belakang dua sejoli yang mungkin sedang melepas rindu,tanpa mereka tau atau memang mereka tak tau?? EntahLah!!

“Kemana kita??”

“Langsung ke Senayan aja yah,kan sama-sama gak tau tempatnya jadi yaa gak papa lah muter-muter,heheee”

“Ya uda,kita naek busway ya..”

Terpancar raut bahagia dari keduanya dan aku masih saja menguntit pasangan itu. Akupun merasakan kebahagiaan ,sama ketika sosok gadis mungil itu tersenyum lebar menatap mesra pada wajah disampingnya.

“Sorry yah kalau aku ngerepotin kamu”

“Iyah gak apa-apa,aku malah seneng banget bisa ketemu terus nemenin kamu di Jakarta”,ku lihat mereka tertawa lepas,memasuki jalur busway. Meski aku hanya memperhatikannya ,tapi aku bisa merasakan kebahagian yang sedang dirajut.

Tuhan..

Akankah kisah ini tetap manis??

Semoga senyum itu berakhir hingga senja menjemput

Gumamku diantara senyum mereka…..

“Kenapa Tuhan membiarkan kita seperti ini?? Aku dihadapkan pada pilihan menyulitkan yang kita buat sendiri,” celetuk gadis mungil itu lalu menatap langit mendung.

Lelaki itu hanya diam,memandang gadis disampingnya lalu memeluk erat.

“Maapkan aku Tel,aku yang tak pernah bisa tegas akan hubungan ini”

“Seandainya dulu ,kau tak pernah mengijinkan hatiku tuk menerima hati lain. Ah hati!! Aku benci sikap mu saat itu,membuatku kecewa.”

Gadis itu beranjak,lalu berlari kecil menyudahi penyesalan antara mereka. Aku merasakan sesuatu menggores luka lama yang belum kering. Entah apa yang terjadi, butir-butir halus menyentuh pipiku. Dingin, hening memandang bayang yang melangkah tanpa arah.

Gerimis senja ini menutup hari dua sejoli yang memang tengah melepas rindu setelah 1,5 tahun terpisah. Mungkin ini jalan mereka,tak dinyana. Sebuah perhelatan besar dari sebuah media massa mempertemukan mereka kembali. Mengkonfirmasi seluruh rasa selama 2 tahun terakhir yang terkubur dalam hati masing-masing.

“Terima kasih teruntuk sambutan mu di tempat terindah di hati mu. Maapkan aku merepotkan mu,menyita waktu mu…”

“Sssstttt, aku bahagia bisa bersama mu,menghabiskan setiap detik nafas ini hingga senja menjemput. Akhirnya sesuatu yang tak pernah aku impikan kini justru menjelma menjadi sebuah kejutan terindah..”

“Sesuatu?? Apa Ndul??”

“Kita bisa menikmati malam minggu ini berdua,dibawah rintik – rintik hujan ketika langit menangis bahagia.”

“Haah?? Hahhahahahaaa”,gadis mungil itu tertawa lepas bersama rintik hujan yang mengguyur.

Sekejap aku mencium sesuatu,hangatkan tubuhku. Aku membuka mata , menatap sekeliling berwarna putih . seorang perawat yang sedari tadi disamping mencoba memberi tau apa yang terjadi.

Oh.. ternyata aku telah berada di ruang medis tempat aku bekerja setelah beberapa jam lalu tak sadarkan diri.

Tuhan ….

Terimakasih atas kesempatan ini

Mengenang hari kemarin

Lewat celah lorong waktu

Aku bahagia…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun