Mohon tunggu...
Yulia
Yulia Mohon Tunggu... Guru - Guru

Belajar adalah suatu proses

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Perkembangan Psikososial Erik H. Erikson

26 November 2021   22:17 Diperbarui: 26 November 2021   22:28 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ahli psikologi yang lahir di Jerman pada tahun 1902, ia dikenal banyak orang karena teorinya tentang perkembangan psikososial yang menggambarkan manusia dari lahir sampai masa tuanya. Ia adalah seorang guru, seniman dan penyair dan meninggal di Harwich Amerika serikat 12 Mei 1994. Pembentukan karakter pada anak sangat penting, karena berhubungan dengan krisis yang bersifat psikososial yaitu kebutuhan psikologis individu (psiko) dan bertentangan dengan kebutuhan masyarakat (sosial). 

Ada 8 tahap psikososial teori perkembangan yang menekankan ego menjadi kontribusi positif dengan menguasai sikap, ide, dan keterampilan pada tahap perkembangan. Setiap tahap mengalami krisis psikososial yang mengakibatkan hasil positif atau negatif pada perkembangan kepribadian. Keberhasilan setiap tahap perkembnagan menghasilkan kepribadian yang sehat dan digunakan untuk menyelesaikan krisis berikutnya. Adapun menurut Erikson perkembangan psikososial menusia seperti berikut ini :

1. Bayi Awal (0-18 bulan)

Pada masa ini krisis yang dialami adalah rasa percaya dan ketidakpercayaan. Dimana masa ini akan terbentuk rasa mudah percaya atau justru rasa tidak percaya/curiga. Yang berperan masa ini adalah seorang ibu atau orang tua yang membimbingnya.

Maka peran orang tua/ibu menjadi sangat penting karena akan membimbing ke arah yang lebih baik.  Kepercayaan ini menyebabkan anak pada masa selanjutnya berani melakukan berbagai eksplorasi terhadap lingkungannya.

2. Bayi lanjut (18 bulan-3 tahun)

Otonom dan rasa malu yang dialami pada masa ini. Dimana masa ini sangat menentukan rasa percaya diri dalam perkembangan kehidupannya. Yang berperan pada masa ini adalah orang tuanya untuk mendampingi dalam belajar dan melakukan kontrol sesuai kebutuhannya. Namun apabila orang tua mengontrol anak secara berlebihan dapat membuat anak menjadi ragu, malu dantidak mandiri.

3. Anak awal (3 tahun -- 6 tahun)

Pada masa ini krisis yang dialami adalah inisiatif dan rasa bersalah. Dimana anak ini belajar tentang boleh dan tidak boleh dilakukan. Anak yang berhasil dalam tahap ini akan memiliki rasa mampu dan berkompeten dalam memimpin orang lain namun jika tidak berhasil maka akan memiliki rasa bersalah, minder, dan kurang inisiatif.  

4. Anak pertengahan (6 tahun -- 12 tahun)

Pada masa ini krisis yang dialami adalah ketekunan dan rendah diri. Dimana pada tahap ini anak sangat aktif dan lebih suka melakukan hal yang kompetitif sehingga dapat menunjukkan rasa bangga terhadap keberhasilan yang diaraihnya dan dianggap kompeten, namun dalam tahap ini bisa saja muncul rasa rendah diri, merasa bahwa tidak kompeten dan tidak produktif. Dalam hal ini guru dapat berperaan penting dan memiliki tanggung jawab bagi perkembangan anak.karena pada tahapan ini adalah masa usia sekolah. Tentu saja tidak terlepas dari peran orang tua juga.

5. Masa Puber (12 tahun -- 18 tahun)

Pada masa ini krisis yang dialami adalah identitas dan kebingungan peran. Pada tahap ini anak mencari jati diri dan identitas pribadi. Anak dihadapkan pada peran baru, status, pekerjaan dan romantisme. Jika anak tersebut dapat menjalani peran tersebut dengan baik maka identitas positif akan tercapai. Jika tidak yakin dengan kepercayaan diri dan hasratnya makan akan muncul rasa kebingungan dan bisa juga emosinya tidak terkendali.

6. Dewasa awal (18 tahun -- 40 tahun)

Krisis yang dialami adalah keintiman dan isolasi. Pada masa ini sudah melewati masa remaja dan menjadi orang yang dewasa. Sehingga emosi lebih stabil. Pada masa ini sedang mencari pasangan atau mejauhkan diri dari hubungan. Namun dapat dipercayai apabila hubungan personal yang kuat penting untuk mengembangkan hubungan yang intim. Apabila mengalami kegagalan akan muncul rasa terasingkan, terisolasi dan menjauh dalam interaksi dengan orang.

7. Dewasa pertengahan (40 tahun - 65 tahun)

Pada masa ini krisis utama adalah generativitas dan stagnasi. Generativitas adalah keadaan yang dialami oleh orang dewasa yang berhasil melakukan berbagai tugas dan kewajiaban dalam membin agenerasi penerus.  Tahap ini fokus terhadap keluarga dan karir. Masa ini keluarga dan tempat kerja sangat berperan penting, dibutuhkan sikap kepedulian satu sama lain.sehingga dapat membina generasi penerus. Namun apabila terjadi kegagalan maka yang terjadi adalah tidak produktif dan stag kemudian muncul rasa kecewa dan mengisolasikan diri dari lingkungan.

8. Masa Lanjut ( 65 ke atas)

Pada masa ini krisis utama adalah integritas dan keputusasaan, di mana integritas timbul karena adanya rasa tanggungjawab yang besar akan peran yang diperoleh selama masa muda. Artinya bahwa dalam tahap ini cenderung melakukan cerminan diri terhadap masa lalu dan jika mungkin menyelesaikan permasalahan yang belum terselesaikan. Jika tidak berhasil melewati masa ini merasa hidupnya tidak berguna, adanya penyesalan dan keputusasaan. Dalam hal ini keluarga yang memiliki peran penting sehingga orang-orang dalam usia lanjut ini senang ada teman untuk berbicara.diakui keberadaanya.

Demikian 8 tahapan perkembangan psikososial menurut Erik Erikson. Manusia yang bisa melewati masa krisisnya dalam setiap tahap, mereka akan berhasil dalam hidupnya. Namun ketika manusia memiliki masa krisis dalam perkembangannya dan tidak bisa melewatinya mereka akan gagal dalam hidupnya. 

Untuk itu manusia dalam setiap tahap perkembangannya semestinya mengupayakan  untuk berjuang untuk mengenal dan menyesuaikan dengan lingkungannya sehingga dalam setiap tahapnya dapat terlampaui dengan baik.

Contoh penerapan pada pembelajaran untuk anak pertengahan yaitu usia 6-12 tahun. Yang harus dikembangkan adalah pada tahapan ini contohnya pada tahap perkembangan ini tentu lebih banyak melibatkan orang tua sebagai pendamping. Apabila anak sudah melakukan sesuatu yang baik, anak segera diberikan penghargaan dapat berupa pujian. Hal- hal yang dihindari adalah memberikan  sesuatu yang berlebihan, memberikan punishment terhadap anak karena akan memunculkan trauma yang mendalam, dan menaruh harapan yang terlalu tinggi terhadap anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun