Pernahkah Anda mendengar tentang sistem pengelolaan laut yang mampu menjaga keberlanjutan sumber daya maritim selama ratusan tahun? Di Kepulauan Maluku, kearifan lokal bernama sasi telah menjadi contoh sempurna bagaimana tradisi leluhur bisa menjadi solusi masalah lingkungan modern.
Apa Itu Sasi?
Sasi adalah sistem buka-tutup kawasan laut yang diatur oleh hukum adat Maluku. Ketika sasi diberlakukan, masyarakat dilarang mengambil hasil laut di area tertentu selama periode yang ditentukan.
Menurut Eliza Marthen Kissya, seorang kepala kewang di negeri Haruku, sasi adalah "jati diri masyarakat adat Haruku, sekaligus solusi dalam rangka pelestarian alam". Ia menegaskan bahwa kearifan lokal ini merupakan hasil dari aturan yang ditetapkan oleh leluhur dan harus dipegang teguh oleh generasi sekarang.
Mengapa Sasi Menjadi Perhatian Dunia?
- Diakui UNESCO sebagai praktik konservasi berkelanjutan
- Diadopsi oleh program konservasi internasional
- Menjadi objek penelitian ilmiah dari berbagai negara
Data statistik mengenai peningkatan hasil laut sebelum dan sesudah penerapan sasi di Maluku menunjukkan dampak positif terhadap produksi perikanan. Berikut adalah beberapa temuan yang relevan:
1. Peningkatan Produksi Perikanan: Secara umum, produksi perikanan di Maluku mengalami peningkatan setelah penerapan sasi. Misalnya, laporan menunjukkan bahwa dari tahun 2005 hingga 2008, meskipun terdapat fluktuasi, terjadi peningkatan yang signifikan dalam hasil tangkapan ikan.
2. Catch Per Unit Effort (CPUE): Data dari penelitian menunjukkan bahwa CPUE, yang mengukur efisiensi penangkapan ikan, meningkat setelah penerapan sasi. Sebelum sasi diterapkan, hasil tangkapan cenderung menurun karena eksploitasi yang berlebihan. Namun, setelah periode sasi, hasil tangkapan kembali meningkat, mencerminkan pemulihan populasi ikan.
3. Data Tangkapan: Misalnya, hasil tangkapan ikan tuna di Laut Maluku menunjukkan bahwa pada bulan Maret, hasil tangkapan mencapai 473.850 kg setelah penerapan sasi, dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya yang lebih rendah. Ini menunjukkan bahwa waktu pemulihan selama sasi memberikan kesempatan bagi ikan untuk berkembang biak.
4. Potensi Sumber Daya Perikanan: Maluku memiliki potensi sumber daya perikanan yang besar, dengan total potensi mencapai 1.640.160 ton per tahun. Dengan penerapan sasi, pengelolaan sumber daya ini menjadi lebih berkelanjutan, dan hasil tangkapan dapat meningkat secara signifikan.
Secara keseluruhan, penerapan sasi laut di Maluku telah terbukti efektif dalam meningkatkan hasil laut dan menjaga keberlanjutan sumber daya perikanan.
Bagaimana sasi bekerja?
Penetapan Wilayah
- Area yang Dilindungi: Wilayah yang diberlakukan sasi ditandai dengan batasan yang jelas, biasanya ditarik dari pantai hingga batas terumbu karang. Masyarakat adat menggunakan tanda fisik seperti tongkat kayu yang dililit daun kelapa untuk menandai batas sasi. Ini memastikan bahwa masyarakat dapat membedakan antara area yang boleh dimanfaatkan dan yang tidak boleh diakses.
- Durasi Penutupan: Durasi penutupan sasi bervariasi tergantung pada jenis sumber daya yang dilindungi dan kondisi lingkungan. Sasi dapat berlangsung selama beberapa bulan hingga tahun, tergantung pada siklus reproduksi biota laut. Pembukaan sasi dilakukan melalui upacara adat, di mana keputusan diambil dalam rapat yang melibatkan tokoh masyarakat dan lembaga kewang.
Proses Penerapan Sasi
1. Pengumuman Sasi: Setelah rapat keputusan, pembukaan sasi diumumkan secara resmi oleh lembaga kewang melalui seorang Marinyo (pembawa pesan) yang berkeliling desa untuk memberitahukan masyarakat.
2. Pengawasan dan Penegakan Hukum: Kewang bertanggung jawab untuk mengawasipelaksanaan sasi dan menegakkan hukum adat. Mereka melaporkan kondisi sumber daya laut serta menangani pelanggaran terhadap aturan sasi.
3. Kepentingan Ekonomi: Pembukaan sasi juga dipertimbangkan berdasarkan kebutuhan pasar dan konsumsi masyarakat. Hal ini menciptakan keseimbangan antara pelestarian sumber daya dan kebutuhan ekonomi lokal.
Dengan cara ini, sasi tidak hanya berfungsi sebagai alat konservasi tetapi juga sebagai pengatur sosial yang menjaga hubungan harmonis antara masyarakat dan lingkungan mereka.
Sasi dalam Lingkup Internasional
Beberapa negara di Pasifik, termasuk Fiji, dan Vanuatu, telah mulai mengadopsi prinsip sasi, sebuah tradisi lokal yang berfungsi untuk melestarikan sumber daya alam melalui pelarangan sementara pengambilan hasil laut atau darat. Berikut adalah contoh implementasi sasi di masing-masing negara.
1. Fiji
Di Fiji, praktik sasi dikenal sebagai tabu, yang merupakan larangan terhadap pengambilan sumber daya tertentu dalam jangka waktu tertentu. Masyarakat lokal menerapkan sistem ini untuk melindungi ekosistem laut dan memastikan keberlanjutan sumber daya.
Contoh Implementasi:
- Pengelolaan Sumber Daya Laut: Masyarakat pesisir di Fiji sering kali menetapkan tabu pada area penangkapan ikan tertentu selama musim tertentu untuk memungkinkan pemulihan populasi ikan. Ini dilakukan dengan melibatkan seluruh komunitas dalam proses pengambilan keputusan dan ritual yang menandai awal dan akhir periode tabu.
2. Vanuatu
Vanuatu juga menerapkan sistem tradisional serupa yang dikenal sebagai tabu. Pemerintah Vanuatu telah berupaya mengintegrasikan pengetahuan tradisional dengan manajemen sumber daya formal untuk mendukung keberlanjutan lingkungan.
Contoh Implementasi:
- Area Konservasi Komunitas: Pemerintah Vanuatu memfasilitasi pendaftaran Area Konservasi Komunitas, yang memungkinkan masyarakat lokal untuk mengelola sumber daya mereka sendiri. Ini termasuk penerapan tabu pada pengambilan hasil laut dan darat untuk melindungi keanekaragaman hayati serta mendukung mata pencaharian mereka.
Melalui penerapan prinsip sasi, kedua negara ini menunjukkan komitmen mereka terhadap pelestarian lingkungan dan keberlanjutan sumber daya alam. Praktik ini tidak hanya membantu menjaga ekosistem tetapi juga memperkuat ikatan sosial dalam komunitas lokal.
Tertarik mempelajari lebih lanjut tentang sasi? Kunjungi desa-desa adat di Maluku atau ikuti workshop tentang kearifan lokal maritim Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI