Desain kebun binatang yang memasukkan ide tentang landscape immersion sampai saat ini dianggap menjadi satu pendekatan yang baik dalam mengelola sebuah kebun binatang yaitu pendekatan perancangan kebun binatang untuk memberikan kesejahteraan satwa di lingkungan yang bukan habitat aslinya.Â
John Coe, seorang arsitek spesialis kebun binatang, adalah salah seorang pelopor ide ini yang menekankan kesinambungan lansekap dan penerapan dominasi-subordinasi terhadap satwa. Untuk pengunjung, landscape immersion dapat memberikan pengalaman baru dan berkesan karena hewan berperilaku secara lebih alami. Pendekatan ini juga memperbaiki kelayakan habitat hewan di kebun binatang serta mengatur intervensi pengunjung untuk berinteraksi. Pada prinsipnya manusia bisa tetap menikmati kebun binatang tanpa mengganggu hewan.
Penerapan landscape immersion dilakukan dengan pendekatan yang tidak memisahkan "ruang" antara manusia dan satwa namun tetap memberikan batasan yang aman.Â
Dalam kebun binatang, penerapan ini dilakukan tidak hanya di area satwa, namun juga area di mana manusia berkegiatan sehingga kebutuhan satwa dan manusia tetap terpenuhi dengan baik. Karena edukasi tentang hewan di kebun binatang berhubungan erat dengan pengalaman pengunjung, kebun binatang perlu memiliki desain kandang dan pengaturan koleksi yang baik agar memungkinkan segi perilaku hewan dan dapat mengilustrasikan berbagai prinsip ekologi.Â
Sepanjang desain kandang sudah cukup besar untuk tempat hidup dan keadaannya mendekati keadaan asli habitat, pengunjung bisa diberi kesempatan mendekat misal melalui dinding transparan.
Beberapa pertimbangan dalam desain kandang pada dasarnya mencakup:
- Desain dan pengaturan koleksi hewan harus memenuhi kebutuhan hewan sehingga hewan dapat menunjukkan perilaku alami mereka. Dengan melihat perilaku alami hewan maka pengunjung bisa belajar lebih banyak tentang hewan dan lingkungan hidup.
- Desain dan pengaturan koleksi hewan harus memenuhi kebutuhan pengunjung. Bahkan ketika hewan menunjukkan perilaku alami mereka, aspek fisik seperti kandang jelek, misalnya, bisa memberikan pengalaman yang tidak menyenangkan. Jika pengalaman negatif mendominasi, semua upaya edukasi pengunjung akan sia-sia.
Kandang dalam kebun binatang semakin umum dirancang untuk meniru habitat alami hewan. Penting untuk kita pahami bahwa desain kandang alami tidak dengan sendirinya menjamin kebutuhan hewan terpenuhi.Â
Sebuah kandang "naturalistik" untuk singa yang rancangannya menjadi replika sebuah gurun yang lantai dan pohonnya dibuat dari bahan beton tidak lebih baik daripada kandang dengan ubin mengkilap dan baja tahan karat. Kandang yang "naturalistik" mungkin mengesankan para pengunjung, tetapi, dari sudut pandang kesejahteraan hewan, kandang seperti ini mungkin tidak memiliki elemen yang merangsang perilaku alami seperti misal berlari atau memanjat.
Untungnya, sekarang ada banyak kebun binatang dengan berbagai program penangkaran dan pembiakan yang memungkinkan hewan untuk menampilkan perilaku alami hewan.Â
Tidak ada keraguan bahwa desain "naturalistik" memiliki kekuatan pembelajaran karenanya desain yang misalnya memberikan alam yang "liar" agar hewan bisa berperilaku alami. Â Perilaku ini, pada gilirannya, memberikan para pengunjung pengalaman-pengalaman yang menarik dan spontan serta lebih mengedukasi.