Mohon tunggu...
Yulia N Lukito
Yulia N Lukito Mohon Tunggu... Dosen - Penggiat arsitektur, pendidikan dan lingkung bangun

Bio di Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Edukasi Pengunjung Mengenai Kesejahteraan Hewan Melalui Desain Landscape Immersion

28 November 2018   19:10 Diperbarui: 28 November 2018   19:15 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh Yulia Nurliani Lukito dan Farkhan Amriel

Kebun binatang atau taman margasatwa merupakan fasilitas pemeliharaan hewan yang memiliki tujuan untuk memberikan tempat rekreasi serta memberikan pendidikan bagi masyarakat mengenai hewan dan tempat hidupnya dan sekaligus sebagai tempat untuk konservasi lingkungan. 

Sebagai fasilitas yang ditujukan untuk masyarakat umum, sebuah kebun binatang harus memiliki desain yang baik yang memadukan aspek alam dan buatan manusia. 

Bila kita melihat perkembangan kebun binatang selama ini, aspek rekreasi menjadi tujuan terbesar dari keberadaan kebun binatang dan sering kali kurang memerhatikan kesejahteraan satwa atau dengan kata lain satwa hanya menjadi obyek bagi pengunjung.

Seperti apakah desain kebun binatang yang mendukung interaksi pengunjung dengan hewan dan memerhatikan kesejahteraan satwa dengan lebih baik? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita bisa melihat perkembangan ide sebuah kebun binatang serta desain yang menjelaskan hubungan kebun binatang dengan kondisi satwa dan kepuasan pengunjung. Beberapa ide tentang kebun binatang tersebut adalah:

Zoo as a Prison (kebun binatang sebagai sebuah kandang atau penjara)

Kebun binatang diatur menjadi kumpulan kandang-kandang kecil berisi hewan dan manusia bisa melihat hewan sebagai obyek tontonan. Biasanya pengaturan kandang binatang mengikuti taksonomi yang membagi binatang menurut jenis Desain kebun binatang mengatur kandang menjadi rumah burung atau kandang reptil.

Zoo as Art Galleries (kebun binatang sebagai sebuah galeri seni)

Di sekitar abad ke sembilan belas, ide tentang kebun binatang berubah menjadi sebuah galeri dan mengadaptasikan desain tanpa pagar yang membatasi manusia dan hewan dengan tujuan untuk mendapatkan pengaturan komposisi seperti dalam sebuah karya seni. Walaupun tanpa pagar, sesungguhnya terdapat parit yang membatasi antara kandang binatang dengan pengunjung, sebuah ide yang dipelopori oleh seorang supplier hewan untuk kebun binatang bernama Carl Hagenback. Secara umum desain seperti ini memperlihatkan konsep lansekap seperti pada era Romantisme di Eropa serta memperlihatkan desain yang mendekati habitat asli hewan.

Zoo as Education and Conservation Facilities (kebun binatang sebagai fasilitas pendidikan dan konservasi)

Sejak pertengahan abad ke -20 terdapat ide tentang kebun binatang sebagai landscape immersion yang mempertahankan desain tanpa kandang tapi tapi dengan menaruh perhatian penuh terhadap kesejahteraan binatang.

Desain kebun binatang yang memasukkan ide tentang landscape immersion sampai saat ini dianggap menjadi satu pendekatan yang baik dalam mengelola sebuah kebun binatang yaitu pendekatan perancangan kebun binatang untuk memberikan kesejahteraan satwa di lingkungan yang bukan habitat aslinya. 

John Coe, seorang arsitek spesialis kebun binatang, adalah salah seorang pelopor ide ini yang menekankan kesinambungan lansekap dan penerapan dominasi-subordinasi terhadap satwa. Untuk pengunjung, landscape immersion dapat memberikan pengalaman baru dan berkesan karena hewan berperilaku secara lebih alami. Pendekatan ini juga memperbaiki kelayakan habitat hewan di kebun binatang serta mengatur intervensi pengunjung untuk berinteraksi. Pada prinsipnya manusia bisa tetap menikmati kebun binatang tanpa mengganggu hewan.

Penerapan landscape immersion dilakukan dengan pendekatan yang tidak memisahkan "ruang" antara manusia dan satwa namun tetap memberikan batasan yang aman. 

Dalam kebun binatang, penerapan ini dilakukan tidak hanya di area satwa, namun juga area di mana manusia berkegiatan sehingga kebutuhan satwa dan manusia tetap terpenuhi dengan baik. Karena edukasi tentang hewan di kebun binatang berhubungan erat dengan pengalaman pengunjung, kebun binatang perlu memiliki desain kandang dan pengaturan koleksi yang baik agar memungkinkan segi perilaku hewan dan dapat mengilustrasikan berbagai prinsip ekologi. 

Sepanjang desain kandang sudah cukup besar untuk tempat hidup dan keadaannya mendekati keadaan asli habitat, pengunjung bisa diberi kesempatan mendekat misal melalui dinding transparan.

Pandangan pengunjung bisa mengakibatkan kepuasan pengunjung dalam mengamati binatang tetapi sering kali memberikan perasaan stres kepada hewan. Jika antara pengunjung dan hewan sudah terdapat parit untuk menjaga keamanan serta desain kandang hewan sudah mendekati habitat aslinya, dapat dicarikan cara agar pengunjung bisa mendekati hewan tanpa mengganggu karena bagaimanapun tidak ada yang sebanding dengan pengalaman berdiri berjarak satu meter dari gorila. Misalnya kita bisa merancang tiga lapis kaca pengaman yang dilaminasi dengan dua lapis plastik di antaranya yang ketebalan materialnya bervariasi sesuai dengan kebutuhan.

Beberapa pertimbangan dalam desain kandang pada dasarnya mencakup:

  1. Desain dan pengaturan koleksi hewan harus memenuhi kebutuhan hewan sehingga hewan dapat menunjukkan perilaku alami mereka. Dengan melihat perilaku alami hewan maka pengunjung bisa belajar lebih banyak tentang hewan dan lingkungan hidup.
  2. Desain dan pengaturan koleksi hewan harus memenuhi kebutuhan pengunjung. Bahkan ketika hewan menunjukkan perilaku alami mereka, aspek fisik seperti kandang jelek, misalnya, bisa memberikan pengalaman yang tidak menyenangkan. Jika pengalaman negatif mendominasi, semua upaya edukasi pengunjung akan sia-sia.

Kandang dalam kebun binatang semakin umum dirancang untuk meniru habitat alami hewan. Penting untuk kita pahami bahwa desain kandang alami tidak dengan sendirinya menjamin kebutuhan hewan terpenuhi. 

Sebuah kandang "naturalistik" untuk singa yang rancangannya menjadi replika sebuah gurun yang lantai dan pohonnya dibuat dari bahan beton tidak lebih baik daripada kandang dengan ubin mengkilap dan baja tahan karat. Kandang yang "naturalistik" mungkin mengesankan para pengunjung, tetapi, dari sudut pandang kesejahteraan hewan, kandang seperti ini mungkin tidak memiliki elemen yang merangsang perilaku alami seperti misal berlari atau memanjat.

Untungnya, sekarang ada banyak kebun binatang dengan berbagai program penangkaran dan pembiakan yang memungkinkan hewan untuk menampilkan perilaku alami hewan. 

Tidak ada keraguan bahwa desain "naturalistik" memiliki kekuatan pembelajaran karenanya desain yang misalnya memberikan alam yang "liar" agar hewan bisa berperilaku alami.  Perilaku ini, pada gilirannya, memberikan para pengunjung pengalaman-pengalaman yang menarik dan spontan serta lebih mengedukasi.

Tetapi tetap saja penerapan landscape immersion dengan desain yang "naturalistik" masih memiliki kekurangan. Hewan-hewan terkadang bergerak menjauh dari manusia dan seringkali sulit untuk dilihat pengunjung terutama di dalam kandang dengan vegetasi yang lebat. 

Peran kebun binatang untuk menyelamatkan keragaman hayati saat ini tidak dapat digantikan karena menjadi tempat yang bisa memiliki potensi untuk menjaga populasi hewan. Bagaimanapun juga menjaga satwa dalam habitat asli lebih baik daripada mengurung satwa di kebun binatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun