Mohon tunggu...
Yulia Eka Sari
Yulia Eka Sari Mohon Tunggu... Akuntan - Pejalan Kaki

Temui aku dalam lembar buku-buku dan jeda dalam kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Potensi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Migrasi TV Digital

20 Agustus 2021   22:44 Diperbarui: 20 Agustus 2021   22:50 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah kamu berpikir dengan hanya mengalihkan (migrasi) TV analogmu ke TV digital, sinyal handphone-mu bisa lebih kencang plus kamu bisa membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia terutama di Industri 4.0 dan ditengah pandemi.

Berdasarkan data Global System for Mobile Communication Association (GSMA), sebuah asosiasi wadah operator telekomunikasi di seluruh dunia, pengalokasian frekuensi 700 MHz untuk penggunaan internet pada perangkat bergerak (mobile broadband) akan memberikan manfaat ekonomi US$ 11 Miliar, atau sekitar Rp 161 Triliun untuk perekonomian Indonesia pada periode 2020-2030. Nilainya setara dengan tambahan Produk Domestik Bruto (PDB) 1%. (kominfo.go.id 2/10/2018).

Lalu apa sebenarnya TV digital, apa bedanya dengan TV analog dan TV kabel. Poin selengkapnya dibahas dibawah ini.

Beralih ke TV Digital setelah Enam Dasawarsa

pexel.com
pexel.com

Program televisi pertama kali diperkenalkan ke Indonesia pada tahun 1962 atau kurang lebih 59 tahun lalu. Saat itu, televisi menggunakan format sinyal analog sebagai format transisi siarannya. Gelombang radio (radio wave) yang berfungsi sebagai alat pengangkut beragai bentuk siaran audio  dan visual yang ditangkap oleh gawai atau perangkat lainnya, saat itu spektrumnya masih longgar. Karena hanya ada beberapa stasiun televisi seperti TVRI dan penggunaan internet belum semarak sepuluh tahun terakhir.

Kini di tahun 2021 terdapat 701 stasiun televisi yang menggunakan format sinyal analog. Buruknya teknologi analog ini memakan ruang frekuensi yang banyak. Sementara penggunaan internet di Indonesia hingga tahun 2020 mencapai lebih dari 196 juta jiwa atau 72% dari total penduduk (kompaspedia.kompas.id 28/06/2021). Bisa kamu bayangkan seberapa padatnya spektrum ruang frekuensi Indonesia sekarang.

Jadi apa yang bisa dilakukan? Program migrasi siaran TV analog ke TV Digital!

Program migrasi resmi dimulai dengan adanya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja pada Pasal 60A angka (2) yang mengatur tentang penghentian siaran analog atau Analog Switch Off (ASO) dilaksanakan paling lambat dua tahun sejak undang-undang tersebut berlaku atau 2 November 2022.

Secara keseluruhan jika kita membandingkan penggunaan frekuensi TV analog v.s TV digital, pertama, TV analog banyak memakan pita frekuensi di 700 MHz, yakni sebanyak 328 MHz. Sedangkan jika kita beralih ke TV digital, hanya dibutuhkan pita frekuensi selebar 176 MHz. Artinya terdapat 152 MHz, 112 MHz bisa digunakan untuk keperluan lain, seperti pengembangan jaringan 5G, dan masih ada cadangan 40 MHz untuk perkembangan teknologi di masa depan. Sisa frekuensi ini bisa menjadi devident digital yang dapat menjadi sumber keuangan suatu Negara (kompaspedia.kompas.id).

TV digital merujuk pada siaran televisi free to air yang ditransmisikan menggunakan format digital. Format ini memiliki keunggulan yaitu gambar lebih bersih, suara lebih jernih dan teknologi juga lebih canggih. Penggunaan format digital ini yang membedakan dengan format di sinyal analog, jika kamu pernah mengalami ketika hari hujan, di televisi mu muncul noise, atau layar kesemutan, hal ini tidak akan terjadi di TV Digital. Selain itu TV digital juga bukan layanan TV berbayar sebagaimana TV kabel yang untuk mengakses stasiun tertentu kamu harus belangganan.

 Lalu apa yang harus kamu lakukan untuk migrasi TV analog ke TV digital? 

pexel.com
pexel.com

Untuk menikmati TV digital hanya diperlukan antena Ultra High Frequency (UHF) serta perangkat TV yang selama ini kamu digunakan untuk menerima siaran TV analog sebelumnya.  Artinya perangkat TV analogmu saat ini masih bisa digunakan. Yang diperlukan adalah teknologi penerima sinyal digital yang dipancarkan oleh sistem Digital Video Broadcasting Terrestrial (DVB-T). Saat ini, Indonesia sudah menggunakan DVB-T2 yang merupakan generasi kedua. Jika TV analogmu mempunyai teknologi tersebut, kamu akan bisa langsung menikmati TV digital tanpa mengganti perangkat TV-mu.

Namun jika TV analogmu belum memiliki kemampuan untuk DVB-T, kamu perlu menambah alat bernama dekorder atau Set Top Box (STB). STB merupakan perangkat yang dapat menangkap sinyal digital kemudian merubahnya menjadi sinyal analog yang ditampilkan di TV analogmu. STB dipasang diantara antenna dan TV, dan harganya juga terjangkau, berkisar 350 ribu. Sebelum membeli pastikan STB nya digunakan untuk TV digital, atau pastikan ada gambar maskot Modi (maskot siaran digital yang digunakan oleh Kominfo).

Manfaat TV Digital Bagi Masyarakat

pixabay.com
pixabay.com

Pertama, dari segi tampilan, TV digital menyajikan gambar yang lebih jernih dan berkualitas juga dengan suara yang stabil.

Kedua, kualitas program akan jauh lebih baik dan bervariasi. Adanya migrasi TV digital yang memungkinkan munculnya saluran baru, membuat potensi kamu menikmati konten yang berkualitas di TV digitalmu, dan itu tidak berbayar.

Ketiga, memungkinkan adanya fitur Early Warning System (EWS) pada siaran TV digital. Sehingga peringatan dini terkait bencana lebih cepat sampai.


Potensi Pertumbuhan Ekonomi dengan Migrasi TV Digital

unplash.com/adismara
unplash.com/adismara

Selain tiga manfaat umum yang bisa diperoleh masyarakat, potensi pertumbuhan ekonomi juga makin terbuka besar dengan migrasi TV Digital. Menurut kajian Boston Consulting Group (BCG)  untuk Kemkominfo 2017,  digital dividend untuk internet broadband akan menghasilkan multiplier effect untuk ekonomi digital di Indonesia antara 2020-2026.

Efek pengganda tersebut antara lain penambahan sejumlah 181 ribu usaha, penambahan lapangan pekerjaan baru sejumlah 230 ribu lapangan kerja, peningkatna pendaptan negara dalam bentuk pajak dan PNBP sebesar 5,5 M dolar AS atau Rp 77 T serta peningkatan kontribusi pada PDB nasional sebasar 31.7 M dolar AS atau 443,8 T. Hal itu sebagaimana dikutip dari Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate dalam sebuah seminar daring Juli lalu (kompaspedia.kompas.id).

Berikut beberapa manfaat dibidang ekonomi yang bisa dicapai jika migrasi TV digital:

Pertama,  TV digital memungkinkan biaya infrastruktur untuk pengadaan dan perawatan tower semakin sedikit. Karena dalam sistem digital satu pemancar bisa digunakan oleh banyak lembaga. Kedua, berkembangnya industri kreatif. Dengan kecepatan akses internet, dan munculnya potensi saluran baru, home industry dari bebagai sektor dapat meramaikan konten di TV digital. E-commerce, e-help, e-education dan lainya. Ketiga, perangkat yang dibutuhkan untuk TV digital semisal STB bisa memunculkan peluang pekerjaan baru bagi banyak anak muda di Indonesia, khususnya di bidang teknik.

Pada akhirnya potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari migrasi TV digital, sayang sekali untuk dilewatkan. Selain kedepan teknologi digitalisasi akan semakin canggih, TV digital bukan hanya tentang perkembangan penyiaran di Indonesia, tapi dari berbagai aspek, pendidikan, kebudayaan, ekonomi bisa sejalan dalam menciptakan kesetaraan akses internet dan teknologi di Indonesia. Untuk itu tentunya, tidak hanya upaya pemerintah yang diperlukan, namun sinergi dari semua kalangan termaksud masyarakat umum sangat diperlukan. Tujuan akhirnya tidaklah, selain tercapainya kesejahteraan rakyat Indonesia secara merata. Semoga.

Referensi:

https://siarandigital.kominfo.go.id/berita/mengurangi-kepadatan-lalu-lintas-penyiaran

https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20200725073801-185-528807/penyiaran-digital-indonesia-tertinggal-dibanding-malaysia

https://kompaspedia.kompas.id/baca/paparan-topik/digitalisasi-penyiaran-di-indonesia-urgensi-dan-manfaatnya

https://infopublik.id/kategori/tv-digitalaso/532679/mengurangi-kepadatan-lalu-lintas-penyiaran

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun