Tetapi rentang waktu mengubah segalanya. Skenario Allah membuat saya tinggal dan betah menikmati terkabulnya sebuah impian (sebuah profesi hingga saat ini).
Dan melalui proses pula, kini saya terdampar dan menetap di blog keroyokan Kompasiana tercinta. Mungkin inilah jawaban Tuhan atas doa dan cita-cita semasa kecil.
**
Tetap Semangat Meski gagal Meraih Penghargaan
Senin 21 Oktober 2024 lalu, Admin(pengurus Kompasiana) memberitahu lewat imail jika nama saya masuk nomine Kompasiana Award 2024.
Lagi-lagi saya terlambat menerima pesan pemberitahuan lantaran ruang penyimpanan di media gmail penuh.
Agar saya bisa menerima sekaligus mengirim pesan balasan, saya menghapus beberapa gambar, video, serta pesan maupun sampah yang ada di imail, dan google.
Â
Singkat cerita media imail aman, saya membalas pesan terkait ikut kompasianival 2024, (hadir tidaknya di malam penghargaan) kepada pengurus Kompasiana.
Pada awalnya saya antusias menjawab " Insyaa Allah hadir."
Qodarullah, sebaik-baik rencana manusia, rencana Allah-lah yang paling baik. Karena sesuatu hal yang tidak bisa saya uraikan menahan keinginan.
Apakah saya kecewa?
Ya. Sebagai manusia biasa mempunyai rasa sedih dan kecewa itu hal yang lumrah. Seperti halnya gagal bertemu dengan Kompasianer lain di acara Kompasiana Award.