Mohon tunggu...
Yuliyanti
Yuliyanti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yuli adja

Yuliyanti adalah seorang Ibu Rumah Tangga memiliki kesibukan mengurus bisnis keluarga, Leader paytren, Leader Treninet. Sebagai penulis pemula telah meloloskan 7 antologi. Penulis bisa ditemui di IG: yuliyanti_leader_paytren Bergabung di Kompasiana 20, Oktober 2020

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Begini Cara Saya Merawat Pohon Kelengkeng agar Tumbuhan Berbuah Melimpah

25 Oktober 2024   21:15 Diperbarui: 28 Oktober 2024   19:04 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cangkang Telur (Dokumentasi pribadi Yuliyanti)

Suatu ketika, tepatnya tanggal 9 September 2023 lalu saya memanen buah kelengkeng cukup banyak dari tahun-tahun sebelumnya. 

Hasil panen lantas saya posting di grup  kepenulisan yang saya ikuti. Di grup kami saling bertukar pikiran juga berbagi rasa bahagia seperti halnya ketika saya membagikan foto hasil panen.

Kiriman foto kelengkeng menuai komentar sesama Kompasianer. Salah satunya Mbak Ika Ayra yang berdomisili di Kota Kayu Kalimantan.

Beliau penasaran serta ingin mengetahui cara saya merawat tanaman kelengkeng hingga pohon tersebut bisa berbuah banyak.

Panen waktu itu memang sangat luar biasa. Pengorban saya tidak sia-sia ketika merawat tanaman sampai berbuah manis. Hal ini menjadikan hidup lebih bermakna.

Pasalnya, tumbuhan ini berbeda dengan pohon pisang serta pepaya yang kerap berbuah meski tidak dirawat.

**
Memiliki kebun yang ditanami beragam buah, lantas tanaman tersebut berbuah banyak, tentu menjadi impian semua orang yang menanamnya. Termasuk suami.

Dulu, suami menanam pohon pisang, mangga, belimbing dan kelengkeng di kebun sisi timur.

Sedangkan di sisi barat dekat bangunan, tumbuh tanaman pepaya. Pohon tersebut tumbuh begitu saja. Kemungkinan bersumber dari biji yang terbuang sewaktu keluarga kami menikmati buahnya.

Pohon pepaya dikenal lebih mudah tumbuh dan berbuah meski tanpa perawatan khusus. Begitu pula dengan pohon pisang dan mangga.

Namun tidak dengan ketiga tanaman kelengkeng. Pohon ini tidak berbunga apalagi berbuah. Sependek ingatan saya, sekira 10 tahun menanam 3 pohon kelengkeng, baru berbuah tiga kali.

Itu pun hanya dua pohon yang berbuah. Jauh sebelum Covid -19 pohon kedua berbuah, dan buahnya hanya beberapa biji. Meski buahnya hanya bisa dihitung dengan jari, tetapi rasanya manis.  Kami bisa menikmati hasil kebun sendiri.

Tahun-tahun berikutnya kedua pohon kembali berbunga. Bunganya cukup banyak, sayangnya semua rontok. Bahkan pernah dua kali buah kelengkeng  garing(kering kulitnya keras) meski masih muda.

Saya meminta suami untuk membeli obat atau menyuntik tanaman agar cepat berbuah. Sayangnya beliau selalu kelupaan mampir di toko pertanian.

Lalu bagaimana tiba-tiba tanaman bisa berbuah melimpah?

Begini cara saya merawat pohon kelengkeng agar tumbuhan berbuah banyak.

Tanaman sebagai makluk hidup juga memerlukan sumber pangan (nutrisi) dari dalam tanah. Siapa pun kita, jika menanam sebuah tanaman sudah selayaknya dirawat. Seperti halnya saya merawat tanaman kelengkeng. 

Adapun perawatan bisa dilakukan dengan beragam cara. Salah satunya dengan cara pemangkasan ranting yang tidak produktif dan memupuk.

Memangkas ranting tanaman menjadi salah satu kunci agar tumbuhan lekas berbuah. Sependek ingatan saya, suami tidak melakukan prmangkasan ranting.

Meski demikian, saya berusaha merawatnya dengan cara sendiri. Alhamdulillah tips tersebut manjur. Semua berkat manfaat limbah(sampah) dapur. 

Anda penasaran? Lanjut membaca artikel hingga usai ya, Pembaca.

Merawat pohon kelengkeng ini sangat mudah, tidak perlu merogo kocek dalam untuk membeli pupuknya. Cukup menggunakan limbah dapur, hasilnya sangat manjur.

Adapun limbah yang diperlukan adalah:

1. Ampas teh.
2. Cangkang (kulit telur)
3. Air cucian beras.

Ketiga limbah dapur yang kerap terbuang sia-sia ternyata mempunyai manfaat besar, baik untuk tanaman.

1. Jangan Buang Ampas Teh

Foto Ampas Teh (Dokumentasi pribadi Yuliyanti)
Foto Ampas Teh (Dokumentasi pribadi Yuliyanti)

Hampir setiap hari keluarga kami menyeduh (nyencem) teh untuk dikonsumsi sendiri maupun beberapa pegawai di toko. Setiap seduhan, tentu menyisakan ampasnya bukan?

Pada awalnya ampas teh selalu dibuang, lantas saya teringat seseorang pernah menaburkan ampas teh pada tanaman anturium. Dan tumbuhan pun tumbuh subur.

Dari sanalah saya berinisiatif untuk mengumpulkan ampas teh dengan disimpan di kantung plastik kuat, lalu menyimpan di kulkas hingga terkumpul cukup banyak.

2. Cangkang Telur

Cangkang Telur (Dokumentasi pribadi Yuliyanti)
Cangkang Telur (Dokumentasi pribadi Yuliyanti)
Cangkang telur atau yang lebih dikenal masyarakat sekitar dengan nama kulit telur, limbah yang satu ini kerap menghiasi dapur setiap warga.

Bagi sebagian orang yang tidak mengetahui manfaatnya, pasti akan membuang setelah mengambil isinya.

Beberapa tahun sebelumnya, saya pernah melihat cangkang telur tersematkan di ranting tanaman bunga. Saya penasaran. 

Katanya kulit telur bisa dijadikan hiasan dengan cara digambar. 'Wuih keren' batin saya kala itu. Saya pun belajar mengumpulkan. Sayangnya, berakhir di tempat sampah.

Seiring berjalannya waktu, sang waktulah memberi pengalaman baru. Cangkang telur bisa dijadikan pupuk.

Menurut-Kampungkb.bkkbn.go.id. Cangkang telur mengandung kalsium,fosfor, magnesium, dan unsur mikro lainnya. Nutrisi kulit telur meresap ke dalam tanah, sehingga membantu perkembangan tumbuhan sedari akar, bunga dan buahnya.

(Dokumentasi pribadi Yuliyanti)
(Dokumentasi pribadi Yuliyanti)
Setelah mengetahui kandungan nutrisinya, setiap memasak telur kulitnya saya kumpulkan di kantung plastik. Setelah menggunung, kulit telur diremuk (dihancurkan) hingga menjadi lebih kecil.

Kemudian dua bahan dicampur (rata) menjadi satu, selanjutnya bisa dijadikan pupuk organik yang ramah lingkungan. Caranya ditaburkan seperti sematan gambar di bawah ini.

Memupuk tanaman(Dokumentasi pribadi Yuliyanti)
Memupuk tanaman(Dokumentasi pribadi Yuliyanti)
Selain menggunakan ke dua bahan di atas, saya juga menggunakan air cucian beras untuk menyiram tanaman setiap hari.

3. Air cucian beras

(Dokumentasi pribadi Yuliyanti)
(Dokumentasi pribadi Yuliyanti)
Air cucian beras merupakan limbah dapur yang kerap terbuang sia-sia. Namun, semenjak tahun 2022, setiap mencuci beras air pususan yang mempunyai nama (leri) saya tampung di dalam wadah.

Kemudian air yang berwarna putih susu tersebut saya campu dengan air keran lalu digunakan untuk menyirami tanaman di kebun belakang. 

Sesekali saya bicara dengan tanaman, dan menyuruhnya lekas berbuah dengan bahasa Jawa.

"Kelengkeng, iki tak sirami banyu susu, gek ndang awoh, yo!"

[Kelengkeng, ini tak siram dengan air susu, buruan berbuah, ya!]

Begitulah, setiap menyirami di pagi atau sore hari, saya selalu berbisik kepada si pohon. Terkadang juga saya sholawatin sambil mengelus salah satu ranting beserta daunnya.

Tentunya dengan harapan mereka bisa merasakan dan mengerti apa yang saya ucapkan, lalu berbuah.

Nah itulah cara atau tips sederhana merawat pohon kelengkeng agar tumbuh subur dan berbuah banyak. Semoga bermanfaat, terima kasih sudah singgah.

**

Pembaca yang budiman, terima kasih sudah meluangkan waktu singgah di artikel ini. 

Berhubung masih ada perpanjangan waktu voting kompasianival Award 2024, saya mohon doa restu dan dukungannya.

Caranya vote nama Yuliyanti di lin yang saya sematkan di bawah ini: https://kompasianival.kompasiana.com/voting

Terima kasih atas waktu dan dukungannya. Semoga Allah membalas kebaikan Anda berlipat-lipat. Aamiin.

#TipsMerawatTanaman
#ArtikelYuliyanti
#Klaten,25Oktober2024
#Tulisanke-610
#MenulisdiKompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun