Menyambung artikel sebelumnya yang berjudul Tebak isi Amplop, Games Lebaran yang Menyenangkan.
Kala itu, malam semakin larut, gema takbir terdengar saling bersahutan meski kedua mata serasa dipulut (lengket) tetapi saya masih menunggui Nak Nang.
Begitu pun amplop lebaran masih tergeletak di sofa menunggu sang tuan yang bakal meminang. Seiring denting waktu berlalu, yang dinanti pun telah berdiri di ambang pintu
Meski mata merem melek, tetapi bisa melihat wajah buah hati yang berseri-seri usai takbir keliling bersama teman-temannya.
Saya memahami apa yang ia rasakan, usai sebulan menjalani puasa serta serentetan ibadah lain, tiba waktunya menyambut hari kemenangan (Idul Fitri).
Â
Saya ingin melengkapi kegembiraanya dengan memberikan sesuatu yang ditunggu anak-anak jelang hari raya, yaitu memberi "fitrah" atau yang lebih dikenal dengan nama salam tempel.
Kemudian kami berbincang tentang permainan games lebaran yang ringan tetapi menyenangkan. Nampak binar riang menghias wajahnya.
Setelah memahami aturannya, sesaat ia milang-miling (mengamati) sampul uang sebelum menjatuhkan pilihannya.
"Cap-cip-cup kembang kuncup," kata Nak Nang sembari jemarinya menari menunjuk amplop berwarna biru.
Sebelumnya, saya menyiapkan beberapa lembar uang kertas terdiri dari Rp10.000, Rp 20.000, Rp50.000, Rp 75.000, dan lembaran Rp100.000-an masing-masing satu lembar.
Dalam permainan games lebaran keluarga ini sengaja saya buat begitu mudah. Saya memasukkan ke lima uang kertas disesuaikan dengan warna amplop.
Pertama-tama uang sepuluh ribuan saya masukkan ke amplop Idul Fitri berwarnah merah logo kue .
Selanjutnya amplop berwarna kuning berisikan uang kertas baru 75.000 an, sedangkan amplop biru dengan logo TAYO STATION berisikan uang kertas 50.000.
Amplop pink saya isi lembaran peci merah. Sedangkan amplop berwarna hijau muda berisikan pecahan 20.000.
Setelahnya, kelima amplop saya susun di atas sofa membentuk setengah lingkaran. Lalu menyuruh anak untuk mengambil satu sampul uang sesuai kemantapan hatinya.
"Horeee...aku entuk seket ewu."Â Ya, lembaran lima puluh ribuan berada dalam genggaman tangan Nak Nang. Ia pun tertawa riang sembari mengipaskan lembaran biru di depan wajahnya.
"Matur nuwun-matur matur nuwun, buk," rezeki anak Sholeh iki." Katanya ketika saya menambahkan sampul berwarna pink.
Kiranya anak saya riang gembira mendapatkan "uang pitrah," dari ibunya.
Bagi keluarga kami, memberi uang fitrah, atau salam tempel bukan semata-mata ingin memanjakannya. Namun, ada makna mendalam.
Yakni, sebagai bentuk apresiasi lantaran ia berhasil menjalankan puasa Ramadan satu bulan dengan ikhlas. Besar harapan kami kelak ia akan melakukan ibadah dengan lebih baik.
Besar harapan kami, kelak ia akan melakukan puasa lebih baik, juga gemar bersedekah di kala sempit maupun lapang.
Nah, di sinilah perlunya pembelajaran yang ditanamkan semenjak dini agar anak terbiasa di kemudian hari.
Sekian dari saya, semoga tulisan ini bermanfaat. Terima kasih sudah singgah.
#Tebak IsiAmplopLebaran
#MaknaSalamTempel
#DiaryRamadan
#ArtikelYuliyanti
#Tulisanke-590
#Klaten,17 Mei2024
#MenulisdiKompasiana