Di bawah rintik gerimis, motor yang kami kendarai tetap melaju melewati gang kecil area perindustrian, serta kampung  padat penduduk, hingga akhirnya sampai di jalan raya.
"Selamat datang."
Senyum ramah pramuniaga menyambut kedatangan kami, saya pun membalas dengan senyum termanis. Ciee...
Tak lama berselang, tiga kerudung saya dapatkan, setelah merasa "sreg" (nyaman) ketika memakai, saya segera membayar dan bergegas pulang.
Qodarullah, di tengah perjalanan Allah memberkahi kami dengan hujan. Sangat deras. Suami pun membelokkan kendaran ke emper toko bermaksud memakai jas hujan.
Sayangnya, jas hujan yang tersedia di jok motor hanya satu lembar. Jika dipaksakan saya bakalan klebes alias basah kuyup. Akhirnya kami berteduh di toko tersebut, mungkin lebih tepatnya di rumah makan.
Sebab di kedua sisi pintu masuk tersedia dua wastafel tempat cuci tangan. Sedangkan di samping toko tampak bangunan beratap baja ringan. Di dalamnya terlihat piranti untuk memasak.Â
Tersemat sebuah tulisan menu soto ayam di pintu pagar. Beruntung aktivitasnya telah usai, sehingga keberadaan kami tidak menggangu.
kenangan semasa pacaran 17 tahun silam. Ketika itu (calon suami) bekerja di luar kota, beliau pulang sebulan sekali.
Saat berteduh, saya teringat sebuahLayaknya anak muda pada umumnya, di malam minggu, kami memanfaatkan momen kebersamaan sekadar bermotor, atau mencicipi kuliner khas Kota Panggang.
Saya tersenyum jika mengenangnya. Hujan membawa berkah, membangkitkan kenangan bersejarah di bulan syawal. Saya pun bersyukur atas nikmat yang Allah berikan. Yakni, menjadi wanita pilihan suami sholeh.