Tradisi Ramadan Unik di Daerahku Hanya saat Ramadan.
Bicara tradisi unik, di setiap daerah memiliki beragam tradisi khas sarat makna tentang keagamaan, kebersamaan menjalani hidup yang indah.
Seperti halnya di kampung kelahiran penulis dan daerah sekitarnya, masih kental dengan tradisi yang sudah dilakukan secara turun-temurun, salah satunya: Â
Tradisi Maleman- Di tempat kelahiran saya, masih lekat dengan tradisi maleman( malem selikuran) di saat itu dilaksanan kenduri masal, jatuh pada tanggal ganjil di sepertiga akhir bulan suci Ramadan.
Kenduri terdiri dari hidangan nasi dengan lauk pauk komplit disajikan dalam Tenong (tempat makanan terbuat dari anyaman bambu dengan penutup) dialasi daun pisang. Kenduri bisa dilakukan di Masjid dan Musala setempat.
Sayangnya, di tempat tinggal saya saat ini, hal tersebut tiada. Kecuali acara nyadran(jelang puasa Ramadan).
***
Jika ditanya apa tradisi unik di tempat tinggalmu selama Ramadan?
Walah, saya malah jadi bingung mau menjawab apa. Bagaimana tidak bingung, di tempat tinggal saya itu ndak ada tradisi unik, sepertinya telah hilang tinggal kenangan.
Masalah tradisi unik menjadi perbincangan hangat di grup ke penulisan yang saya ikuti. Diskusi teman-teman hampir sama, di tempatnya tiada tradisi unik di Bulan Ramadan.
Dulu, saat Ramadan tiba, di kampung-kampung ada tradisi unik di mana anak remaja keliling kampung sambil menabuh kentongan. Hal tersebut dilakukan bertujuan membangunkan warga untuk sahur.
Dan setiap tabuhan, keluar nada indah dari kentongan diiringi lantunan sahur...sahur..., sahur...sahur ... sungguh merdu nan indah didengar.
Lantas, tantangan admin tentang Mistery Callenge ke 2 ini, gimana dong, nyerah?Â
Alhamdulillah tidak. Kebetulan di tempat tinggal saya ada tradisi bukber di Musala. Dan Tradisi tersebut yang akan saya jadikan pendamping artikel.
Keraguan pun terkikis melalui diskusi di grup pagi itu. Mbak Sri Rohmatiah Djalil, Kompasianer asal Kota Madiun menyarakan ide serupa. Dan, keraguan di hati pun hilang.
Lantas keinginan untuk mengabadikan lewat video saya sampaikan kepada suami, beliau tidak mempermasalahkan.Â
Dan, akhirnya kami berdua berangkat dengan mengendarai motor menuju Musala yang tidak jauh dari rumah. Sementara Nak Nang lebih memilih berbuka puasa di rumah.Â
**
Terlihat sebagian warga bapak-bapak duduk di teras Musala sisi barat. Sedangkan sisi timur diisi terlihat Mbak (N) dan kerabat warga setempat yang menjadi guru ngaji anak-anak setiap sore jelang magrib.Â
Menu buka puasa tersusun di meja. Sebelum acara bukber di mulai, terlebih dahulu sesepuh yang juga Imam Musala memimpin zikir, tahil dan doa ditutup dengan bacaan Al-fatihah.
Suami selaku salah satu takmir dibantu anak remaja setempat laden( menyampaikan) hidangan nasi kotak, buah semangka dan minuman teh hangat secara bergantian ke setiap warga.
Menu buka puasa terdiri dari nasi, sepotong ayam goreng berlauk tumis soun dan buah pisang penutup menu. Kami menikmati buka puasa dengan nikmat.
Dan acara bukber tidak hanya diperuntukkan warga setempat. Jadi, ketika hidangan melimpah, dan ada pedagang yang numpang sembahyang, ia pun mendapat bagian. Begitupun dengan musafir yang sekadar mampir.
Nah, itulah tradisi yang unik lagi menarik di tempat tinggal penulis. Semoga kebersamaan tetap terjaga, pula Allah melimpahkan keberkahan melalui tradisi ini.Â
Semoga ulasan ringan ini membawa manfaat untuk kita semua. Terima kasih sudah singgah.
#TradisiRamadanUnik
#EveryStoryMatters
#RamadanBercerita2024
#RamadanBercerita2024Hari10
#DiariRamadan
#ArtikelYuliyanti
#Klaten,20Maret2024
#Tulisanke-564
#MenulisdiKompasiana Unik di Daerahku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H