Tanpa menunggu lama pesanan terhidang secara bergantian. Pedagang mie ayam terlihat sopan dalam menyajikan hidangan.
Namun, suami terhentak seketika ibu-ibu ( mungkin sudah dipanggil nenek jika dilihat raut wajahnya), dalam menyajikan minuman dengan tangan kiri.
Apakah dia kidal?
Setelah menghidangkan minuman, saya melirik ibu yang berlalu. Sejauh pengamatan saya, warung tersebut dikelola oleh satu keluarga. Â
Apakah dia kidal, kok menyajikan dengan tangan kiri tanpa kata mempersilahkan kepada pelanggan yang ibaratnya raja?
Seandainya benar-benar kidal? Haruskah melayani tamu dengan tangan kiri? Dan akhirnya, saya hanya ngelus dodo.Â
Mengelus dada sambil beristighfar, semoga keluarga kami tetap bisa menjaga adab kesopanan.
Mendahulukan tangan kanan ketimbang tangan kiri dalam berbagai aktivitas. Terutama jika berhadapan dengan orang lain.
Lantas apa hubungannya dengan dua kisah di atas dalam peranan di keluarga?
Dari dua kisah di atas saya simpulkan ada benang merah yang saling berkaitan. Terutama tentang pola didik yang harus kita tanamkan kepada anak semenjak dini.Â
Anak terlahir ibarat kertas putih tak bernoda. Tergantung kita sebagai orang tua menginginkan anak sesuai kriteria yang diinginkan.