Masyarakat Indonesia tentu tidak asing lagi dengan hati dan paru sapi. Bahan tersebut bisa diolah dengan beragam cara, salah satunya dijadikan tumisan (oseng-oseng).
Namun, sebagian orang menghindari, lantaran meyakini jika mengonsumsi jeroan, bakal mendatangkan efek buruk bagi kesehatan.
Hati sapi jika dikonsumsi secara wajar, akan memberikan dampak positif bagi kesehatan. Meski demikian, saya sendiri sebenarnya arang kadang(jarang-jarang) mengonsumsi bagian organ dalam hewan. Baik hati ayam maupun sapi.Â
Mengolah bahan di atas jika berkesempatan menyembelih ayam sendiri atau ketika mendapatkan hantaran dari tetangga sebelah. Pula saat Hari Raya Iduladha. Seperti tahun ini.
Alhamdulillah, tahun ini keluarga kecil kami diberi kesempatan untuk berkurban dengan mengatasnamakan almarhum Bapak Mertua.
Sehubungan kami mendapat jatah kurban serta bagian rewang cukup melimpah. Kira-kira hampir 10 kilogram dari total keseluruhan.
Setelah sedikit berbagi, daging, iga, sekengkel (balungan) serta babat saya simpan di lemari es. Sedangkan hati yang tersisa, saya olah menjadi tumisan. Sesuai permintaan suami untuk santap pagi.
Ketika memasak hati sapi atau hati ayam kampung, saya teringat kata almarhum nenek. Katanya dengan logat Sunda ke Jawa-jawa-an, "Ati iki isoh kanggo tambah darah, Nduk!" [Hati ini bisa untuk tambah darah, Nduk!]. Dengan kata lain, bisa mencegah anemia.
Ketika sedang memasak daging, saya selalu memadukan bahan sayuran yang mengandung serat sebagai penyeimbang protein. Selain itu, saya sendiri penyuka sayuran.
Setelah saya praktikkan, hasilnya enak sekali, rasa hati tidak pahit, paru terasa kenyal, kriuk kacang panjang begitu menggoda, ditambah aroma sedap cabai hijau yang khas membuat lidah ingin nambah. Anda penasaran?