Pernahkan Anda menonton film religi akhir-akhir ini?
Mengulik dunia perfilm-man memang asyik dan menarik. Lebih-lebih jika "Film Religi"Â yang membawa sisi positif bagi kita.
Beberapa bulan terakhir saya meluangkan waktu sejenak untuk memanjakan mata dengan melihat tayangan film lewat kanal Youtube.
Ada sebuah film religi yang saya sukai. Bagi saya menonton hiburan tersebut bukan sekadar memanjakan mata dan menyenangkan hati. Tetapi bisa menambah wawasan, serta membawa banyak sisi positif yang bisa dipetik dari alur ceritanya.
Ada satu film religi yang bisa menambah wawasan, bahkan kita bisa mengetahui sejarah perjuangan sebelum bumi pertiwi merdeka. Bagaimana perjuangan mereka ketika mempertahankan dan berusaha untuk merebut tanah air dari penjajah.
Seperti halnya yang terjadi di sebuah pesantren di Jawa Timur. Berikut film yang saya tonton masih membekas hingga menitikkan air mata jika mengenangnya.
Film yang berjudul Sang Kiai merupakan film drama Indonesia tahun 2013, mengisahkan sosok pejuang yang juga seorang tokoh Islam yang disegani.
Beliau pendiri Organisasi Islam terbesar di Indonesia, yaitu Nahdatul Ulama (NU) pada tahun 1869, beliau bernama  K. H. Hasyim Asy'ari(diperankan oleh Ikranagara).
Di kalangan nahdliyin dan ulama beliau disebut Hadhrotus Syekh (Maha Guru), Kiai juga memiliki Pondok Pesantren Tebuireng yang terletak di Jombang Jawa Timur.
Pada tahun 1942, tentara Jepang berhasil mengusir Belanda,. Pada awalnya, rakyat menyambut dengan suka cita karena terbebas dari Belanda.Â
Nyatanya, dijajah Jepang semakin memperburuk keadaan. Pasalnya Jepang melarang pengibaran Bendera Merah Putih, menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya pun dilarang.Â
Pula memaksa masyarakat Indonesia melakukan Seikerei( menyembah Matahari). K. H Hasyim Asy'ari pun menolak karena tindakan tersebut menyimpang dari aqidah agama Islam.
Suatu ketika, para pengurus pondok berkumpul untuk memperketat penjagaan pesantren, terutama pada keluarga Kiai karena tentara Jepang menangkap para Kiai lain.Â
Pada saat itulah muncul anak laki-laki yang taklain adalah Gusdur kecil ikut nimbrung  bersama ayahnya( Wahid Hasyim).Â
Suatu hari, penjagaan pun jebol, tentara Jepang berhasil memasuki pondok serta menakuti santri dengan tembakan mesinnya.Â
Akhirnya Sang Kiai pun menyerah, bersedia ditangkap, karena Jepang mengancam hendak membakar pondok. Sang Kiai juga dituduh memprovokasi santri untuk melakukan kerusuhan di pabrik Cukir.
Salah satu pengurus pesantren yang merupakan K.H Wahid Hasyim yang tak lain salah satu putra Kiai Hasyim Asy'ari serta para santri dan dan tokoh agama menghimpun kekuatan untuk melawan Jepang.
Taktik yang digunakan dengan cara berpura-pura bekerja sama dengan Jepang pula memanfaatkan fasilitasnya.Â
Perjuangannya tidsk sia-sia,  berkat bantuan  A. Hamid Ono, petinggi Jepang pun melepaskan para Kiai yang ditangkap.Â
Berakhirnya film besutan sutradara Rako Prijanto tersebut ditandai dengan wafatnya Sang Kiai, di saat tokoh nasional lain membutuhkan wejangan dari beliau.
Mangkatnya Sang Kiai meninggalkan duka mendalam tidak hanya bagi keluarga, para santri serta segenap kalangan masyarakat.Â
Film Religi Sang Kiai selalu melekat di hati, patut direkomendasikan untuk semua kalangan. Dari alur cerita, kita bisa mengetahui peran santri dalam melawan penjajah.
Selain itu, kita bisa meneladani sikap, perilaku, serta perjuangan Sang Kiai.
Film bernuansa Religi ini tidak hanya menambah pengetahuan dalam bidang agama, pula mengenang para pejuang dalam memerangi penjajah.
Anda bisa melihat tayangan film Sang Kiai ini melalui link kanal Youtube.
Sekian dari saya, terima kasih sudah singgah.
Samber THR 2023, hari ke 5
#SamberThr
#SamberTHR2023ke-5
#THRKompasiana
#Kurma
#FilmReligi
#Tulisanke-443
#Klaten, 05 April 2023
#MenulisdiKompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H