Topik pilihan admin bertajuk, Radio Berhenti Mengudara, mengingatkan kisah lucu buah hati kami sewaktu balita. Seperti yang tertulis di artikel Tetangga Ibarat Orangtua Kedua, saya menyewa rumah sekaligus menjadikan tempat usaha.
Pada masa itu, pasca menikah saya dan suami menempati ruko hingga jelang buah hati lahir.Â
Begitu bayi lahir hingga berumur 4 bulan, saya dan Nak Nang tinggal di rumah ibu. Dengan alasan rumah beliau terasa nyaman jauh dari kebisingan, dan polusi udara.
Sedangkan suami mengurus usaha, sepekan sekali beliau mengunjugi kami. Setelah usia balita memasuki bulan ke-5, ibu memperbolehkan saya membawa ke toko.Â
Rumah yang saya sewa berukuran sekitar 7×9 dengan 3 ruang sekatan. Ruangan utama kami jadikan sarana jual beli, satu ruangan kecil sarana ibadah sekaligus ruang pribadi.
Ruang belakang menjadi tempat multifungsi. Sebagai tempat istirahat, dapur, dan kamar mandi yang tersekat dinding tembok dengan ketinggian sekitar 1-1,5 meter.
Sebenarnya rumah seukuran di atas kurang luas untuk usaha, bertambah hadirnya buah hati yang memasuki masa pertumbuhan. Namun, kami melewati dengan suka cita. Orang Jawa bilang, prihatin, hehe...
Selain suami, ada satu sopir serta kedua adik yang membantu kerepotan toko. Saat toko ramai pembeli, mereka berjubel di ruangan tersekat etalase membentuk huruf L.
Sedangkan saya fokus di meja kasir, sesekali membaur sembari mengawasi Nak Nang yang mulai trampil merangkak.
Pada suatu ketika, tanpa persiapan tetiba pembeli datang bersamaan. Beruntungnya, Nak Nang saya dudukan di baby walker. Saya merasa tenang sesaat meski harus wara-wiri.
Namun ada kalanya anak hanya duduk di lantai beralas tikar dengan aneka mainan. Sementara saya harus melayani pembeli.
Nah, saat itulah pertama kalinya anak merangkak meninggalkan mainannya. Jelas saya kaget bercampur panik, dan mencarinya di setiap sudut ruangan, tetapi tidak menemukan.Â
'Apakah di belakang? ah tidak mungkin. Karena untuk menuju ke sana ada undak-undakan. Jika tidak pintar menuruni bisa terjungkal. Dan...pasti akan terdengar tangisannya.'
Saya tetap menengoknya, dan tidak menemukan. Begitu pula di dekat pintu masuk serta halaman tidak terlihat.
Ya, Allah...anakku neng ngendi?
Saya pun ke depan dan menengok ke kiri, 'sepertinya tidak mungkin. Sebab, saya jarang mengajak ke tempat Pakde yang membuka usaha bengkel motor.'
Seketika saya membuang arah ke tetangga sebelah kanan, rumah(Pakde dan Bude Y). Ya, rumah tersebut setiap saat kami datangi karena dinding tembok saling menyatu.
Terkejut campur Bahagia
Saat itulah hati saya bagai tersiram air hujan, cles..terkejut bercampur bahagia ketika melihat telapak kaki anak saya merangkak menuju ruang tengah.
Bude terkejut melihat kehadiran Nak Nang yang mendekati meja tempat menempatkan radio. Beliau pun terkekeh-kekeh melihat jemari mungil mengutak atik tombolnya.
Saya memang sering mengajak anak ke tempat Bude. Beliau paling dekat, dari kelima tetangga terdekat.Â
Selain kediamannya luas, rumah beliau dilengkapi alat musik seperti piano, radio tape, dan beberapa sound sistem. Pakde memang menyukai jenis alat musik tersebut.
Mengapa Anak Balita Menyukai Radio?
Pada awalnya saya tidak menyadari, mengapa Nak Nang menyukai radio. Dan saya mengetahuinya baru-baru ini. Semasa hamil saya sering memutar musik klasik dan tradisional bakal membuat bayi menyukainya di kelak kemudian hari.
Efek Mozart menyatakan, memanfaatkan dan memperdengarkan kekuatan musik dapat mempertajam pikiran, meningkatkan kreativitas, dan menyehatkan tubuh( Don Compbell).
Ternyata, setelah anak saya lahir bahkan semasa usia 8 bulan ia menyukai radio. Demi memenuhi keingintahuannya, ia rela merangkak menuju tetangga sebelah...hehe..
Ternyata Tips Memperdengarkan Musik Pada Balita, Bermanfaat Lho!
1. Mempertajam Pikiran
Seperti yang saya tulis di atas, musik selain menyehatkan juga dapat mempertajam pikiran, serta meningkatkan kreativitas. Irama musik dapat mendukung memori kesehatan pada orang diberbagai usia.
2. Musik Menumbuhkan Ketangkasan dan Komposisi Motorik
Dengan mendengarkan musik melibatkan motorik sekaligus melatih otak yang berhubungan dengan bahasa.
3. Musik juga bisa mengubah mood si kecil.
Saat bayi rewel, kemudian diperdengarkan musik atau menyanyikan lagu lucu dapat membuat hatinya nyaman dan senyum pun mengembang.
4. Musik dapat menenangkan bayiÂ
Ya, musik dapat menenangkan bayi serta menjadi lagu penghantar tidurnya.
Meski demikian, mendengarkan musik kepada bayi tidak boleh terlalu keras serta jenis musiknya pula jangan yang nge-rock, hehe. Sebab bisa membahayakan telinga si Kecil.
***
Semenjak Nak Nang berusia satu tahun hingga jelang PAUD, saya berulang kali membeli radio untuknya. Pernah suatu malam membeli, pagi harinya ambyar karena dibanting. Hehe...Â
Lantas kami membeli bekas, sehubungan tidak berbunyi lama-lama ia merengek. Akhirnya meminjam Radio jadul milik keluarga. Apa yang terjadi Pembaca?...rusak lagi.
Kemudian saya memutar musik melalui home theater, tetapi ia tidak bisa merengkuhnya. Hingga adik memberikan radio miliknya.Â
Kini home theater dan radio telah rusak semua, berhubung mempunyai sejarah kami menyimpan di gudang. Meski demikian, tiada alasan untuk Radio Berhenti Mengudara.Â
Sekalipun saat ini dunia digital memadati, tetapi tidak bisa menggeser radio yang kami cintai, dengan setia menemani dalam segala suasana.
Nah, bagaimana dengan Anda?
#RadioBerhentiMengudara
#ArtikelYuliyanti
#TopikPilihan
#Tulisanke-406
#Klaten, 23 Desember 2022
#MenulisdiKompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H