Namun ada kalanya anak hanya duduk di lantai beralas tikar dengan aneka mainan. Sementara saya harus melayani pembeli.
Nah, saat itulah pertama kalinya anak merangkak meninggalkan mainannya. Jelas saya kaget bercampur panik, dan mencarinya di setiap sudut ruangan, tetapi tidak menemukan.Â
'Apakah di belakang? ah tidak mungkin. Karena untuk menuju ke sana ada undak-undakan. Jika tidak pintar menuruni bisa terjungkal. Dan...pasti akan terdengar tangisannya.'
Saya tetap menengoknya, dan tidak menemukan. Begitu pula di dekat pintu masuk serta halaman tidak terlihat.
Ya, Allah...anakku neng ngendi?
Saya pun ke depan dan menengok ke kiri, 'sepertinya tidak mungkin. Sebab, saya jarang mengajak ke tempat Pakde yang membuka usaha bengkel motor.'
Seketika saya membuang arah ke tetangga sebelah kanan, rumah(Pakde dan Bude Y). Ya, rumah tersebut setiap saat kami datangi karena dinding tembok saling menyatu.
Terkejut campur Bahagia
Saat itulah hati saya bagai tersiram air hujan, cles..terkejut bercampur bahagia ketika melihat telapak kaki anak saya merangkak menuju ruang tengah.
Bude terkejut melihat kehadiran Nak Nang yang mendekati meja tempat menempatkan radio. Beliau pun terkekeh-kekeh melihat jemari mungil mengutak atik tombolnya.
Saya memang sering mengajak anak ke tempat Bude. Beliau paling dekat, dari kelima tetangga terdekat.Â