"Hah....!" tersontak aku menghentikan lamunan dan menatap Deya yang menyodorkan sepiring Selat.
"Hayuk, cepet dimakan! keburu nasinya datang. Lupakan kisahmu, nikmati menumu!" tegas Deya.
Selad Solo ini salah satu menu andalan "Pram Boga", Prambudi sebagai owner. Ia menggeluti usaha sejak 7 tahun lalu. Kebetulan menu tersebut menjadi kegemaranku.
Terlebih jika menu tersebut hasil olahan Pram sendiri yang terasa luar biasa nikmatnya. Seperti saat ia membuatkan selain kue di hari ulang tahunku.
Selat terdiri dari beberapa isian yang tersusun indah dalam piring saji. Ada daging, aneka sayuran rebus seperti, buncis, wortel, juga ada kentang goreng, telur rebus, acar timun, irisan tomat serta daun selada untuk mempercantik hidangan.
Kemudian disiram dengan kuah selad yang sedikit manis cenderung segar, beraroma khas rempah-rempah.
Kuah selat terbuat dari rebusan gula merah, gula pasir, kecap manis, kecap inggris dan serangkaian bumbu, bawang putih, bawang merah, bawang bombay, lada, pala dan cengkih, Â
Bumbu rempah yang punya aroma serta cita rasa khas tersebut bisa memancing selera makanku. Ditambah saus mustard yang aduhai sangat lezat.Â
Pram...selat ini benar-benar mengirimku ke masa lalu, sekalipun sudah tiga tahun berlalu. Aku belum bisa melupakamu. Apalagi tentang tipsmu.
Kau bilang, dalam menyajikan selat ini bagimu sangat mudah. Namun bagi kebanyakan orang gampang-gampang susah, bila cara mengolahnya keliru, maka hasilnya tidak sesuai harapan. Berantakan.