Jum'at 16 September 2022 lalu, saya pulang ke rumah ibu dalam rangka memenuhi undangan perhelatan desa setempat.
Desa tempat kelahiran saya sedang mengadakan tasyakuran(Rasulan). Yaitu, menggelar pagelaran Ringgit wacucal(pagelaran wayang kulit sehari semalam).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI), arti kata tasyakuran adalah selamatan untuk bertasyakur.
Namun, artikel ini tidak akan mengulas perayaan tersebut. Melainkan akan berbagi kisah kudapan jadah pemberian ibu.
Jadah adalah penganan dari bahan beras ketan pilihan(ketan super) kemudian diolah sedemikian rupa hingga menjadi jajanan seperti kue berwarna putih, memiliki tekstur kenyal sedikit lembek, serta lengket.
Proses pembuatan jadah cukup membutuhkan kesabaran ekstra. Selain melalui beberapa tahapan, pula mencampurkan parutan kelapa. Sehingga menjadikan jadah memiliki rasa gurih lebih menonjol.
Maka sudah sepantasnya jika jadah menjadi makanan khas Jawa Tengah. Di tempat saya, membuat jadah hanya pada saat-saat tertentu. Misalnya pada acara khusus, perayaan adat jawa, serta pesta pernikahan.
Sedangkan pada hari-hari biasa, jarang ditemukan penganan jadah manten ketan putih yang bersejarah.
Menurut para sesepuh desa, setiap ada acara mantenan (pernikahan) tuan rumah tidak akan meninggalkan penganan satu ini. Sebab, jadah menjadi salah satu kelengkapan dalam upacara sakral.
Kehadiran jadah menjadi salah satu jenis makanan(nyamikan) yang sudah cukup populer di masyarakat sekitar.
Penggunaan jadah berasal dari istilah amik-amik yang dalam bahasa Jawa tersebut Nyamikan yang disuguhkan.
Awalnya kudapan tersebut digunakan dalam rangkaian sesaji manten, makanya lebih dikenal dengan jadah manten.
Namun seiring berjalannya waktu, nyamikan tersebut disuguhkan pula sebagai hantaran bagi para tamu atau tetangga dekat yang membantu berlangsungnya hajatan.
***
Makna mendalam yang terkandung dalam jadah manten
Sebagaimana yang saya tulis di atas, jadah mempunyai sejarah, pula sarat makna mendalam tentang kehidupan.
Konon menurut cerita orang tua, makna mendalam yang terkandung dalam jadah manten adalah, harapan para leluhur supaya kedua mempelai senantiasa hidup rukun, seiring sejalan dalam mengarungi biduk rumah tangga.
Pasangan suami isteri(pasutri) kudu atut runtut tansah reruntungan ing sarino sawengine (harus selalu rukun bersama-sama setiap hari) dalam suka maupun duka, seperti halnya ketan di dalam jadah yang selalu lengket.
***
Budaya Jawa terkenal beraneka ragam, begitupula kulinernya. Disetiap kuliner terkandung pesan luhur para leluhur. Salah satunya terdapat dalam makanan tradisional berbahan ketan.
Filosofi ketan syarat makna kehidupan, yang jarang diketahui oleh sebagian orang adalah:
1. Lambang kesucian
Makna yang terkandung dalam jadah ketan putih adalah, lambang kesucian. Pesan sarat makna yang disampaikan para leluhur yaitu, setiap kita supaya menjadi manusia yang senantiasa menjaga diri dari sifat iri, dengki, sombong dan tamak serta rasa egois.
2. Penguasaan diri
Selain itu, makna ketan melambangkan keraketan(kelengketan) pula dipercayai sebagai simbol penguasaan diri, merenungi arti kehidupan serta mawas diri atas segala kesalahan dan dosa yang dilakukan. Selengkapnya di sini.
Nah, itulah sekelumit makna mendalam yang terkandung dalam jadah manten atau jadah ketan putih di seputar tanah Jawa.
Pesan dalam artikel ini sebagai pengingat khususnya bagi saya pribadi, untuk selalu mawas diri. Pula Belajar dari jadah ketan.
Sekian dari saya, semoga bermanfaat.
#FilosofiJadahKetan
#Artikelyuliyanti
#Tulisanke-371
#Klaten, 27 September 2022
#MenulisdiKompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H