Mohon tunggu...
Yuliyanti
Yuliyanti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yuli adja

Yuliyanti adalah seorang Ibu Rumah Tangga memiliki kesibukan mengurus bisnis keluarga, Leader paytren, Leader Treninet. Sebagai penulis pemula telah meloloskan 7 antologi. Penulis bisa ditemui di IG: yuliyanti_leader_paytren Bergabung di Kompasiana 20, Oktober 2020

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kebaya Bukan Hanya Sekadar Penutup Badan, Melainkan Identitas Budaya Bangsa

9 September 2022   21:42 Diperbarui: 18 September 2022   04:30 1289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasihttps://www.dewimagazine.com/news/sejarah-kebaya-kutubaru-kebaya-klasik-indonesia

Topik admin kali ini bertajuk Kebaya Nusantara. Wah, asyik dan menarik untuk diulik.

Kebaya diketahui sudah berada di ranah Nusantara sejak abad ke-15, berawal di Kerajaan Majapahit. Pada masa pemerintahan dalam kendali Belanda, busana ini hanya dikenakan oleh permaisuri dan para selir Raja.

Selain keluarga keraton, hanya wanita berdarah biru yang memakai kebaya beludru dipadukan dengan stagen dan kemben, serta rambut berkonde. Ya, kurang lebih demikian nampak lembut dan anggun dalam kaca mata saya.

Ketika penguasaan Nusantara beralih ke Jepang, popularitas kebaya menurun karena perdagangan tekstil terputus. Keadaan tersebut berubah kembali di saat awal kemerdekaan.

Kebaya menjadi salah satu identitas busana tradisinal Indonesia yang selalu terasa spesial dan sakral saat dikenakan wanita. Seiring berjalannya waktu, tren fashion kebaya bervariatif.

Terkesan modern mempercantik tampilan wanita Indonesia di keseharian maupun acara-acara formal. Namun, makna sejarah kebaya lekat dengan pakaian adat wanita Jawa. Bahkan menjadi identitas tradisional warisan budaya tak benda.

Sependek ingatan, ada beberapa kebaya yang menjadi dentitas budaya, lebih dikenal dengan sebutan Kebaya Nusantara. 

Di antaranya, Kebaya Kartini, Kebaya Jawa, Kutubaru, Encim, Kebaya Bali dan Sunda. 

Namun saya tidak akan mengulik satu persatu. Melainkan yang kerap dijumpai pula dikenakan di tempat asal penulis.

***

Bagi masyarakat Jawa, kebaya bukan hanya sekadar pakaian penutup badan. Melainkan simbol identitas diri. Ada makna mendalam di balik busana tersebut.

Memakai kebaya jangkep(genap)dipadukan dengan jarit panjang, stagen dan kemben, melambangkan sifat, penampilan seorang perempuan harus lemah lembut dalam bertutur kata, serta halus dalam bertindak. Selebihnya simak di sini

***

Mengenal asal usul kebaya

1.Kebaya Kartini

Ilustrasi https://merahputih.com/post/read/kebaya-simbol-kelembutan-dan-keteguhan-perempuan
Ilustrasi https://merahputih.com/post/read/kebaya-simbol-kelembutan-dan-keteguhan-perempuan


Mengutip Merah Putih.com-Pada zaman dulu, Kebaya kartini hanya dikenakan wanita berdarah biru, seperti halnya R A Kartini yang mengenakan busana dalam keseharian. 

Namun seiring berjalannya waktu, busana tersebut merupakan kebaya tradisional. Memiliki panjang sebatas pinggul dengan lipatan kerah vertikal hingga mencapai dada. 

Dipadukan stagen dengan jarit wiron. Filosofi kebaya kartini adalah, seorang wanita harus pandai beradaptasi, luwes, lemah lembut, sabar serta pandai menjaga diri.

2. Kebaya Jawa

Ilustrasihttps://id.theasianparent.com/kebaya
Ilustrasihttps://id.theasianparent.com/kebaya


Kebaya yang satu ini berkiblat dari mode baju tradisional Surakarta atau Keraton Solo serta Yogyakarta. Pada zaman dulu kebaya ini hanya dikenakan kalangan keraton atau bangsawan. Seiring berjalannya waktu, hampir semua wanita Jawa bisa mengenakan dalam acara sakral.

Busana Jawa tersebut berbahan halus seperti sutera, beludru identik dengan warna hitam bermotif bordir pita emas mengelilingi lengan, leher depan dada hingga ke bawah baju. 

Bagian leher membentuk huruf V, dengan kancing yang menutup rapat bagian depan bawahnya meruncing. Selebihnya di sini.


3. Kebaya Kutubaru

Ilustrasihttps://www.dewimagazine.com/news/sejarah-kebaya-kutubaru-kebaya-klasik-indonesia
Ilustrasihttps://www.dewimagazine.com/news/sejarah-kebaya-kutubaru-kebaya-klasik-indonesia


Jenis kebaya ini sama seperti yang dipakai ibu semasa gadis dalam sebuah bingkai lawas. Jelang pernikahan beliau dengan bapak, ibu nampak anggun dan modis dalam balutan kebaya klasik dengan bef, atau yang lebih populer dengan sebutan kutubaru. 

Tidak ketinggalan asesoris wanita tas dan kipas sebagai padu padan terselip di antara kedua tangan.


Ketika saya menelusuri asal usulnya, kebaya tersebut muncul di akhir abad ke-18. Dan hampir tenggelam kepopulerannya.

Namun, seiring berjalannya waktu kembali naik daun ketika Ibu Iriana Jokowi kerap mengenakan dalam acara kenegaraan.

Melansir dari- dewimagazine.com- Menjadi ciri khas kebaya ini dengan adanya tambahan lipatan di bagian kanan dan kiri dada. 

Biasanya saat memakai kebaya ini menambahkan stagen(kain motif hampir serupa yang dililitkan pada bagian perut). Meskipun pemakaiannya terbilang rumit, di zaman kolonial Belanda jenis pakaian ini kerap dipakai dalam keseharian.

4.Kebaya Jumputan

Foto berkebaya jumputan ( jelang sesi among tamu) dokumen yuliyanti 
Foto berkebaya jumputan ( jelang sesi among tamu) dokumen yuliyanti 

Kebaya ini hadiah tetangga sebelah ketika beliau menikahkan putranya. Saya bersama suami menjadi salah satu pasangan among tamu. Among tamu berdiri menyambut tamu. Biasanya berdiri di depan pintu utama.  

Saya mengenakan kebaya jumputan, sebagian orang mengenalnya sebagai kebaya kutubaru modern. Berbahan katun dengan motifnya yang khas. bisa dipadukan dengan mukena. Hanya saja busana tersebut tidak memiliki kemben di perut.

***


Mengenal sejarah kebaya seperti tertulis di atas, alangkah baiknya kita sebagai generasi muda, wajib melestarikan pula menggaungkan keberadaan kebaya ke kancah dunia.

Selain itu saling bahu membahu, bergotong royong, dan bersolidaritas untuk mendukung dan melestarikan Kebaya. Langkah tersebut diambil dalam rangka mendorong kemajuan kebudayaan Indonesia di peradaban dunia.

Mari berkebaya, agar kebaya tercatat sebagsi warisan budaya tak benda oleh dunia UNESCO. Maka generasi selanjutnya wajib menjaga, melestarikan agar tidak diklaim negara tetangga, dan tetap menjadi identitas bangsa Indonesia.

 
#Artikelyuliyanti
#TemaKebayaNusantara
#TulisanKe-361
#Klaten, 09 September2022
#MenulisdiKompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun